Kisah Pastor LGBT Brasil Dirikan Gereja Transgender Pertama

Kisah Pastor LGBT Brasil Dirikan Gereja Transgender Pertama

[AkhirZaman.org]  Hidup penuh tekanan sejak kecil, Jacque Chanel tak pernah mengira bisa menjadi pastor di gereja transgender pertama di Brasil, yang ia dirikan usai melewati perjuangan panjang.

Di salah satu sudut di Sao Paulo, gereja tersebut berdiri dengan spanduk merah muda terbentang di depannya bertuliskan, “Saya trans, dan saya ingin bermartabat dan dihormati.”

Chanel memimpin kebaktian-kebaktian di gereja itu. Dengan demikian, gereja ini mendobrak tradisi dari berbagai aspek, mulai dari jemaat hingga pastor yang memimpinnya.

Banyak jemaah yang hadir di gereja itu juga merupakan tunawisma. Tiap berdoa, mereka melingkar dan saling bergandengan tangan, bukan berbaris sebagaimana di gereja pada umumnya.

“Saya sangat menderita untuk sampai ke tahap ini,” katanya.Chanel merentangkan tangan saat menyapa mereka. Tatapannya tajam, memperlihatkan pengalaman beratnya selam hidup.

Brasil memang merupakan salah satu negara yang berbahaya di dunia bagi orang-orang transgender. Pada 2020 lalu saja, ada sekitar 175 transgender yang terbunuh.

Alexya Salvador, pendeta transgender pertama di Amerika Latin, memimpin kebaktian gereja di São Paulo, Brasil. Foto: Reuters/Alamy

“Kami hidup di masyarakat yang menganiaya kami, mendiskriminasi kami. Apa yang saya lakukan di sini adalah memberi harapan dan kekuatan untuk orang-orang trans,” ujar Chanel kepada AFP.

Chanel sendiri lahir dengan nama Ricardo, di Kota Belem, negara bagian Para. Ibunya melihat sisi transgender dalam diri sang anak sebagai penyakit.

Sang ibu lantas mengirim Chanel ke satu pastor di Gereja Kristen Injil untuk “menyembuhkan” transgender-nya. Dia mengingat pastor itu sebagai sosok ayah.

“Dia tak menerima saya menjadi transgender, tapi setidaknya dia peduli kepada saya,” ucapnya.

Namun, hidup Chanel kembali ‘suram’ ketika mengetahui pastor itu dibunuh. Tanpa kehadirannya, Chanel tidak lagi diterima di gereja itu.

Gerakan Kristen Injil yang berkembang di Brasil sebagian besar masih konservatif. Mereka bisa memusuhi orang-orang yang dianggap melanggar nilai-nilai tradisional.

Namun, pengalaman tersebut tak menghentikan langkah Chanel mencari gereja yang akan bersedia merangkulnya.

“Mereka tak akan menerima saya. Mereka akan meletakkan tangan di atas kepala saya untuk mengusir roh-roh jahat,” ujar Channel.

Saat pindah ke Sao Paulo, Channel mulai mengunjungi gereja bersama dengan komunitas LGBT lain.

“Kami akan selalu duduk di belakang. Sampai suatu hari, pastor meminta kami ke depan. Itu untuk mengusir kami,” ucapnya.

Meski terus menjadi korban diskriminasi, Chanel tak pernah berniat melepas kepercayaannya. Dia terus mencoba menjelajahi gereja yang berbeda.

Hingga akhirnya, ia menemukan satu grup injil inklusi, sebuah gerakan yang muncul era 2000-an untuk menyambut orang-orang LGBT Kristen.

“Itu mengubah hidup saya. Namun kemudian, mulai terasa tak adil. Ada 300 gay dan lesbian, dan hanya dua transgender. Apakah itu benar-benar inklusif?” tanya Chanel.

Hidup penuh tekanan sejak kecil, Jacque Chanel tak mengira bisa menjadi pastor di gereja transgender pertama Brasil, yang ia dirikan usai perjuangan panjang.

(AFP/Miguel Schincariol) Dia lantas terinspirasi melakukan gerakan serupa untuk kelompok ibadah sendiri, dan mengumpulkan sekitar 200 orang transgender.

Chanel membuka gereja itu sekitar enam bulan lalu, dengan pembukaan perdana via daring.

Dia menyambut jemaat dengan memberi makan. Sepekan sekali, ia juga membagikan sumbangan berupa makanan kepada orang miskin di Sao Paulo.

Chanel mengatakan bahwa kebaktian di gerejanya itu pernah menjadi sasaran serangan kaum Evangelikal konservatif secara online. Namun, ia tetap membuka pintu untuk semua golongan.

“Trans atau tidak, saya mengundang semua orang ke kebaktian mingguan kami. Kami terbuka untuk semua orang,” katanya.

Salah satu jemaah yang mengikuti kebaktian di gereja inklusif itu adalah Vanessa Souza.

“Saat saya pergi ke Gereja Katolik, banyak orang memerhatikan saya, terutama saat saya menerima komuni (upacara di Gereja Katolik),” ujar salah satu jemaah.

Souza lalu mengatakan bahwa di gereja bentukan Chanel, ia merasa seperti rumah.

“Di sini berbeda. Tidak ada orang yang melihat saya. Tak ada yang mengamati pakaian saya atau memanggil saya banci. Saya merasa seperti di rumah,” katanya.

Saat ini, ia tengah menunggu operasi bedah untuk benar-benar menjadi gender yang dipilih.

Chanel sendiri tak terburu-buru untuk melakukan operasi. Ia tetap menggunakan nama Ricardo di kartu identitasnya.

“Itu memberi saya kesempatan mengajar ke orang-orang setiap ada yang mengajukan pertanyaan,” katanya.



https://bit.ly/3Czt5IO

Dalam  gereja Tuhan, Alkitab adalah satu-satunya standar kebenaran yang dipakai untuk menjalankan gerejaNya. Apa yang Alkitab katakan tentang dirinya? “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” II Timotis 3:16. Dari sini kita Yakini bahwa Alkitab adalah standar kebenaran hidup bagi umat-umatNya.

Bilamana standar utama Anda, saya, serta semua umat Kristen adalah Firman Tuhan, lalu bagaimana bilamana standar Tuhan digantikan dengan kata hati seseorang bahkan Pemuka agama sekalipun atau hikmat pribadi? Firman Tuhan nyatakan: “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya” Amsal 16:9. Untuk itulah standar Tuhan tidak pernah tergantikan oleh pertimbangan manusia semata, bahkan manusia yang penuh hikmat sekalipun seperti raja Salomo.

Anda dan saya serta seluruh umat Kristen tahu bahwa Allah itu kasih. Kasih terbesar yang nyata sekali di hadapkan pada dunia adalah melalui kematian AnakNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus.

Apakah standar Tuhan itu hanya kasih? “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” Wahyu 3:19. Apakah hanya kasih saja yang menjadi standar dari pemerintahan Tuhan Allah? “Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu.” Mazmur 89:15. Ini adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain kasih dan hukum adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Apakah LGBT Tuhan yang ciptakan? Kalua iya, kenapa waktu penciptaan Tuhan Allah hanya ciptakan Adam yang mewakili pria dan Hawa mewakili seorang Wanita, dan mereka tidak bertukar indentitas? Mengenai pernikahan kenapa Tuhan menyatukan sebuah pernikahan di taman Eden antara Adam (pria) dengan Hawa (Wanita), kenapa Tuhan tidak menikahkan yang sejenis? Berasal darimanakah segala hal yang bertolak belakang dari apa yang Tuhan Allah sudah cotohkan? Tentu saja itu dari lawan Tuhan Allah kita.

“Bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat.” I Timotius 1:10. Dengan jelas mengatakan bahwa pemburit  dan kejahatan lainnya adalah bertentangan dengan ajaran sehat. Dan lebih dari itu Alkitab katakan dengan tegas, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” I Korintus 6:9,10.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *