Apakah Perbudakan Masa Kini Sebuah Tanda Zaman?

Apakah Perbudakan Masa Kini Sebuah Tanda Zaman?

AkhirZaman.org: Ada seseorang yang menawarkan kesempatan untuk keluar dari kemiskinan yang menyedihkan kepada seorang gadis muda dari negara berkembang, entah itu orang asing atau bahkan orang yang dikenalnya.

Gadis itu terpikat, bahkan sering kali pergi ke negara lain, di mana ia mengetahui bahwa ia sebenarnya diperdagangkan dan dipaksa bekerja dengan bayaran yang sangat rendah sementara ia mengira dirinya akan mendapatkan pekerjaan sebagai pramusaji, pelayan di hotel mewah, atau bahkan sebagai model.

Namun, ternyata ia telah dijebak menjadi seorang budak, dengan hanya sedikit pilihan dan sedikit kesempatan untuk keluar dari kesulitannya.

Bahkan lebih tidak manusiawi lagi, gadis ini dipaksa masuk ke dalam bisnis pelacuran dan dijual kepada pelanggan yang tidak waras sebagai bagian dari rumah bordil. Terkadang para gadis ini berusia sangat muda, bahkan lebih muda hingga belasan tahun.

Kondisi ini merupakan latar belakang dari film terbaru Sound of Freedom yang dibintangi oleh Jim Caviezel, yang terkenal karena pernah memerankan sosok Yesus dalam film The Passion of the Christ.

Film Sound of Freedom ini telah memicu berbagai argumentasi di media, terutama karena beberapa pihak mengkritik adegan perbudakan seks anak yang dianggap sebagai suatu konspirasi yang terlalu dibesar-besarkan.

Berbekal upaya yang tidak biasa, film ini sukses menggegerkan para pengamat box office serta secara singkat menduduki posisi teratas di antara deretan film di negeri Paman Sam.

Bagaimana dengan kasus yang digambarkan dalam film ini? Sebenarnya, apakah ada orang-orang yang telah direndahkan martabatnya oleh dosa sehingga mau terjebak dalam perdagangan anak hanya sebagai alasan untuk mendapatkan keuntungan?

Kisah Memilukan Hati

Siapa pun yang pernah melakukan perjalanan di jalan raya antar negara bagian di Amerika Serikat lalu berhenti di tempat peristirahatan pasti pernah melihat poster-poster yang memperingatkan akan adanya perdagangan manusia.

Beberapa poster, dengan huruf besar dan tebal, bertuliskan hal-hal seperti Bantu Hentikan Perdagangan Manusia, sementara juga memberikan sinyal peringatan bahwa seseorang sedang diperdagangkan dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

Jelas sudah, bahwa perdagangan manusia itu memang ada.

Namun, mengingat kejahatan terhadap kemanusiaan ini dilakukan secara rahasia sungguh suatu kisah memilukan hati, maka data spesifik yang menunjukkan tingkat cakupannya masih sulit untuk ditemukan.

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh The Human Trafficking Institute, sebuah organisasi yang dibentuk untuk memberantas perbudakan modern dari sumbernya, ILO (International Labour Organization) menyatakan bahwa terdapat sebanyak 24,9 juta korban perdagangan manusia di seluruh dunia.

Dalam definisi tersebut, istilah kerja paksa digunakan untuk menunjukkan jenis-jenis perdagangan manusia.

Angka 24,9 juta ini mencakup juga kasus perdagangan seks, atau eksploitasi seksual komersial, dan eksploitasi kerja paksa, baik yang dilakukan oleh pihak swasta maupun oleh pihak penguasa.

Jika dihitung, angka dari korban perdagangan manusia kurang lebih sama dengan jumlah populasi masyarakat Australia (25.724.000 jiwa).

Akan tetapi, ini hanyalah sekedar angka-angka. Sebenarnya dari setiap statistik tersebut ada orang yang nyata, sering kali seorang anak kecil, yang takut, menderita, bahkan dimanfaatkan dengan beragam cara yang tidak dapat kita terima.

Menurut laporan PBB baru-baru ini, kasus perdagangan manusia yang paling sering terjadi (79%) adalah kasus yang berkaitan dengan masalah sexual. Sebagian besar eksploitasi seksual menimpa perempuan dan remaja perempuan.

Tak disangka, perempuan merupakan mayoritas menjadi korban dari perlakuan perdagangan manusia di 30% negara yang memberikan data statistik gender. Kasus perdagangan perempuan adalah isu yang sangat marak di beberapa wilayah di dunia.

Dampak Media Sosial

Menanggapi kabar tersebut, Jaksa Agung Florida, Ashley Moody, menuntut agar pemilik Facebook, Mark Zuckerberg, berbicara di hadapan Dewan Perdagangan Manusia di Florida.

Mengapa? Seperti yang telah diketahui, kebanyakan orang menilai bahwa para penjahat perdagangan manusia beraksi dengan perantara Facebook dan platform media sosial lainnya,

Dilansir dari salah satu situs berita lokal asal Florida, Sejak tahun 2019, kata Moody, lebih dari separuh dari semua insiden yang dilaporkan terkait penggunaan aplikasi media sosial dalam kasus perdagangan manusia di Florida melibatkan aplikasi yang dioperasikan oleh Meta, yaitu Facebook, WhatsApp, Instagram, dan Line.

Masalah ini muncul bukan sebatas di Florida saja, bahwa dampak media sosial ini Berdasarkan data Laporan Perdagangan Manusia Federal tahun 2022, maka Facebook merupakan platform utama yang digunakan sebagai sarana penipuan dalam perekrutan korban perdagangan manusia dari tahun 2019 hingga 2022 ungkap artikel berita tersebut.

Tercatat 60% dari sepuluh platform teratas yang diteliti dalam penelitian ini adalah Facebook dan Instagram.

Pantaskah kita dikejutkan bahwa fasilitas yang ditujukan bagi masyarakat umum untuk berbagi dan menikmati berbagai foto keluarga, teman, dan liburan justru disalahgunakan oleh oknum penjahat yang kejam?

kekejaman Manusia

Banyak orang merasa bahwa dunia berada di ambang masa depan yang gemilang pada pergantian abad ke-20, berkat ilmu pengetahuan, kecanggihan teknologi, serta pemikiran yang melenyapkan mitos-mitos terakhir dari umat manusia.

Namun, sebaliknya, kekejaman manunisa pada abad modern ini justru mendatangkan, antara lain, Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Holocaust.

Sebagai dampaknya, tidak ada satu pun dari wabah kejahatan di dunia ini yang mengejutkan.

Rasul Paulus menulis bahwa orang-orang pada zamannya sudah penuh dengan segala kefasikan, percabulan, kefasikan, kelicikan, ketamakan dan kejahatan; penuh dengan iri hati, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan pikiran jahat; pengadu domba, pemfitnah, pembenci Allah, pemfitnah, pembual, pencipta kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak bijaksana, tidak dapat dipercaya, tidak penyayang, tidak pengampun dan tidak berbelaskasihan, Pengkhianat, keras kepala, sombong, pencinta kesenangan daripada menjadi sahabat Allah. (2 Timotius 3:1-5)

Dapatkah seseorang menolak pernyataan Rasul Paulus terhadap kemanusiaan dalam konteks perdagangan anak?

Sangat menyedihkan, Firman Tuhan menyatakan bahwa kehidupan manusia yang tidak dilahirkan kembali hanya akan memperburuk keadaan mereka di masa depan, bukan memperbaikinya.

Dunia ini sedang menuju suatu masa kesusahan yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa sampai kepada waktu itu. (Daniel 12:1), sehingga perbudakan di zaman modern ini tidak diragukan lagi merupakan pertanda dari apa yang akan datang.

Dengan demikian, penting bagi setiap individu untuk menempatkan kepercayaan diri pada janji Tuhan akan Kedatangan Tuhan yang Kedua, ketika Tuhan akan menghentikan perbudakan dan semua ketidakadilan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *