Demo anti kenaikan harga pangan di Tunisia mulai diwarnai aksi penjarahan

demotunisiaafpdua Copy

[AkhirZaman.org] Lebih dari 200 orang pengunjukrasa di Tunisia, yang memprotes kenaikan harga bahan-bahan pokok, telah ditangkap oleh aparat kepolisian karena dituduh melakukan kekerasan.

Digelar di beberapa kota, demonstrasi itu telah memasuki hari ketiga dan mulai diwarnai kekerasan yang diduga melibatkan pengunjukrasa maupun aparat kepolisian sendiri.

Kementerian luar negeri Tunisia menyebutkan puluhan aparat polisi terluka dalam bentrokan dengan para pendemo.

Dibandingkan dengan negara-negara Arab lainnya yang dilanda Arab Spring, Tunisia mendapatkan pujian karena relatif mulus menjalankan transisi demokratis semenjak diguncang gerakan protes anti pemerintah pada 2011 yang kemudian memicu Arab spring.

Arab Spring dimulai pada pertengahan Desember 2010 di Tunisia dan menyebar ke beberapa negara lain di kawasan pada awal 2011, yang ditandai dengan aksi massa, baik yang berjalan damai maupun yang diwarnai kekerasan.

Tetapi tujuh tahun kemudian mulai muncul kemarahan masyarakat Tunisia yang mengeluhkan kenaikan harga barang-barang pokok.

“Ini protes terhadap harga barang-barang, termasuk harga obat. Semua naik, tapi gaji tidak naik. Ini saat yang tepat memprotes kenaikan harga-harga itu,” kata seorang pengunjuk rasa, seperti dilaporkan.

Semula unjuk rasa di Tunisia ini berlangsung damai, tetapi memasuki hari kedua mulai diwarnai kekerasan yang menjurus pada kerusuhan di beberapa kota. Juru bicara kementerian dalam negeri, Khalifa Chibani mengatakan kepada radio setempat bahwa setidaknya 49 anggota polisi yang sedang menjalankan tugasnya terluka akibat terlibat bentrokan dengan para pendemo.

Sampai Rabu, aparat kepolisian telah menangkap 206 orang yang diklaim sebagai “pembuat onar” saat unjuk rasa berlangsung. Sejumlah laporan menyebutkan demontrasi di kota Tunis – ibu kota Tunisia – berubah menjadi penjarahan barang-barang bahan pokok di supermarket Carrefour di pinggiran kota itu.

Unjuk rasa sempat redah pada Rabu siang, tetapi laporan saksi mata menyebutkan demonstrasi kembali digelar pada malam harinya. Di kota Tebourba, yang terletak di sebelah barat ibu kota Tunis, seorang pria yang berusia 40an meninggal dalam kerusuhan pada Senin malam.

Perdana Menteri Tunisia, Youssef Chahed mengutuk tindakan “perusuh” dalam unjuk rasa yang disebutnya didalangi partai-partai Kiri untuk menggerogoti dan melemahkan pemerintah.

Bentrokan antara aparat kepolisian dan pengunjukrasa pecah pada Rabu malam di kota Siliana, di wilayah utara negara itu.

Seperti dilaporkan Kantor berita AFP, para pengunjukrasa melemparkan batu dan bom molotov ke arah aparat kepolisian yang kemudian dibalas dengan tembakan gas air mata.

Pemandangan serupa juga terlihat di kota Kasserine, salah-satu wilayah termiskin di Tunisia, yang diwarnai pembakaran ban untuk memblokir jalan serta aksi lempar batu ke arah polisi.

Aparat militer telah dikerahkan untuk menjaga bangunan bank, kantor pos dan gedung pemerintahan lainnya di kota-kota besar, kata kementerian pertahanan.

Pada Selasa malam, ratusan anak muda turun ke jalan-jalan di kota Tebourba saat mengubur seseorang yang tewas dalam unjuk rasa. Polisi bersikeras membantah tuduhan bahwa pria itu tewas akibat tindakan kekerasan mereka. Menteri Kesehatan Imed Hammami mengatakan hasil otopsi terhadap jenazah pria itu akan diumumkan pada Kamis.

Kerusuhan juga dilaporkan terjadi di kawasan yang banyak ditempati para pekerja kasar di Djebel Lahmer dan Zahrouni di pinggiran kota Tunis. Ini juga terjadi di kota-kota seperti Gafsa dan Kasserine serta Jedaida.

Di pusat kota Sidi Bouzid, pusat unjuk rasa yang memicu gerakan Arab Spring 2011, para anak muda memblokir jalan dan melempar batu, yang dibalas polisi dengan menembakkan gas air mata.

https://goo.gl/f2yqKU

Pergolakan yang terjadi di beberapa negara saat ini, salah satunya dipengaruhi oleh pergerakan perekonomian, juga faktor politik kelompok kelompok yang tidak sejalan dengan pemerintahan yang sedang berjalan. Dari masalah harga kebutuhan yang meningkat dengan upah yang tidak sepadan tentu akan menimbulkan kekuatiran pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. 

Dan anehnya bila pergolakan yang terjadi disertai dengan insiden kekerasan akan menimbulkan perlawanan dari berbagai pihak tentu akan semakin menambah jumlah korban yang menderita bahkan kehilangan nyawa. 

Titus 2:12  “Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.”

 

(Ezr.th)

 

 

 

 

Demo anti kenaikan harga pangan di Tunisia mulai diwarnai aksi penjarahan

[AkhirZaman.org] Lebih dari 200 orang pengunjukrasa di Tunisia, yang memprotes kenaikan harga bahan-bahan pokok, telah ditangkap oleh aparat kepolisian karena dituduh melakukan kekerasan.

Digelar di beberapa kota, demonstrasi itu telah memasuki hari ketiga dan mulai diwarnai kekerasan yang diduga melibatkan pengunjukrasa maupun aparat kepolisian sendiri.

Kementerian luar negeri Tunisia menyebutkan puluhan aparat polisi terluka dalam bentrokan dengan para pendemo.

Dibandingkan dengan negara-negara Arab lainnya yang dilanda Arab Spring, Tunisia mendapatkan pujian karena relatif mulus menjalankan transisi demokratis semenjak diguncang gerakan protes anti pemerintah pada 2011 yang kemudian memicu Arab spring.

Arab Spring dimulai pada pertengahan Desember 2010 di Tunisia dan menyebar ke beberapa negara lain di kawasan pada awal 2011, yang ditandai dengan aksi massa, baik yang berjalan damai maupun yang diwarnai kekerasan.

Tetapi tujuh tahun kemudian mulai muncul kemarahan masyarakat Tunisia yang mengeluhkan kenaikan harga barang-barang pokok.

“Ini protes terhadap harga barang-barang, termasuk harga obat. Semua naik, tapi gaji tidak naik. Ini saat yang tepat memprotes kenaikan harga-harga itu,” kata seorang pengunjuk rasa, seperti dilaporkan.

Semula unjuk rasa di Tunisia ini berlangsung damai, tetapi memasuki hari kedua mulai diwarnai kekerasan yang menjurus pada kerusuhan di beberapa kota. Juru bicara kementerian dalam negeri, Khalifa Chibani mengatakan kepada radio setempat bahwa setidaknya 49 anggota polisi yang sedang menjalankan tugasnya terluka akibat terlibat bentrokan dengan para pendemo.

Sampai Rabu, aparat kepolisian telah menangkap 206 orang yang diklaim sebagai “pembuat onar” saat unjuk rasa berlangsung. Sejumlah laporan menyebutkan demontrasi di kota Tunis – ibu kota Tunisia – berubah menjadi penjarahan barang-barang bahan pokok di supermarket Carrefour di pinggiran kota itu.

Unjuk rasa sempat redah pada Rabu siang, tetapi laporan saksi mata menyebutkan demonstrasi kembali digelar pada malam harinya. Di kota Tebourba, yang terletak di sebelah barat ibu kota Tunis, seorang pria yang berusia 40an meninggal dalam kerusuhan pada Senin malam.

Perdana Menteri Tunisia, Youssef Chahed mengutuk tindakan “perusuh” dalam unjuk rasa yang disebutnya didalangi partai-partai Kiri untuk menggerogoti dan melemahkan pemerintah.

Bentrokan antara aparat kepolisian dan pengunjukrasa pecah pada Rabu malam di kota Siliana, di wilayah utara negara itu.

Seperti dilaporkan Kantor berita AFP, para pengunjukrasa melemparkan batu dan bom molotov ke arah aparat kepolisian yang kemudian dibalas dengan tembakan gas air mata.

Pemandangan serupa juga terlihat di kota Kasserine, salah-satu wilayah termiskin di Tunisia, yang diwarnai pembakaran ban untuk memblokir jalan serta aksi lempar batu ke arah polisi.

Aparat militer telah dikerahkan untuk menjaga bangunan bank, kantor pos dan gedung pemerintahan lainnya di kota-kota besar, kata kementerian pertahanan.

Pada Selasa malam, ratusan anak muda turun ke jalan-jalan di kota Tebourba saat mengubur seseorang yang tewas dalam unjuk rasa. Polisi bersikeras membantah tuduhan bahwa pria itu tewas akibat tindakan kekerasan mereka. Menteri Kesehatan Imed Hammami mengatakan hasil otopsi terhadap jenazah pria itu akan diumumkan pada Kamis.

Kerusuhan juga dilaporkan terjadi di kawasan yang banyak ditempati para pekerja kasar di Djebel Lahmer dan Zahrouni di pinggiran kota Tunis. Ini juga terjadi di kota-kota seperti Gafsa dan Kasserine serta Jedaida.

Di pusat kota Sidi Bouzid, pusat unjuk rasa yang memicu gerakan Arab Spring 2011, para anak muda memblokir jalan dan melempar batu, yang dibalas polisi dengan menembakkan gas air mata.

http://www.bbc.com/indonesia/dunia-42644339

Pergolakan yang terjadi di beberapa negara saat ini, salah satunya dipengaruhi oleh pergerakan perekonomian, juga faktor politik kelompok kelompok yang tidak sejalan dengan pemerintahan yang sedang berjalan. Dari masalah harga kebutuhan yang meningkat dengan upah yang tidak sepadan tentu akan menimbulkan kekuatiran pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Dan anehnya bila pergolakan yang terjadi disertai dengan insiden kekerasan akan menimbulkan perlawanan dari berbagai pihak tentu akan semakin menambah jumlah korban yang menderita bahkan kehilangan nyawa.

Titus 2:12  “Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.”

(Ezr.th)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *