PERINTAH KETIGA ( BAGIAN 2 )

atas awan Copy

[AkhirZaman.org] Sekarang, tahukah anda ada ayat yang menarik yang sering kami sebagai MAHK memakainya untuk berbicara tentang dosa? 1 Yohanes 3:4, apa katanya? Setiap orang yang berbuat dosa, bagaimana? “Setiap orang yang berbuat dosa…” apa? “…melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Dengan kata lain, apa yang menjadi karakter nabi-nabi palsu yang berbicara atas nama Kristus dan yang melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat? Apa yang membedakan mereka dari nabi-nabi yang sejati? Faktanya bahwa mereka melakukan dan mengajarkan apa? Mereka melakukan dan mereka mengajarkan pelanggaran hukum. Apakah ini selaras dengan apa yang kita temukan pada nabi-nabi Perjanjian Lama yang mengklaim mereka berbicara atas nama Tuhan? Betul sekali.

Sekarang, marilah kita simpulkan apa yang telah kita pelajari dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Matius 7 berbicara tentang hal-hal yang akan terjadi pada akhir zaman, benar? “…Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku…” Baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berbicara tentang nabi palsu. Sebagaimana yang kita temukan di Matius, nabi-nabi palsu itu datang berpenampilan seperti apa? Seperti domba. Tetapi di dalam, mereka adalah apa yang buas? Serigala yang buas. Dan mereka membuat apa? Tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Dan isunya apa? Isunya adalah Hukum Tuhan. Sikap manusia terhadap Hukum Tuhan. Kalian lihat, bisa saja seorang mengklaim sebagai orang Kristen dan berbicara atas nama Yesus dan membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan keajaiban-keajaiban, namun tetap tidak berada di pihak Tuhan. Itulah memakai, itulah yang namanya memakai nama Tuhan dengan sembarangan yang paling parah, yaitu mengklaim berbicara atas namaNya, padahal Tuhan tidak mengatakan apa-apa kepadanya. Dan ketahuilah, apa yang kita bicarakan ini sangat penting karena ini berkaitan dengan akhir zaman. Perhatikan bacaan selanjutnya setelah ayat 23. Dikatakan di ayat 24, “Oleh sebab itu, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya…” lihat, itulah yang dilakukan seorang nabi sejati: dia mendengar perkataan Tuhan dan melakukannya, “…ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.…” Tentu saja batu ini adalah Yesus. Dan sekarang perhatikan, “… 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin bertiup…” ini berbicara tentang masa kesusahan yang terakhir, saat angin-angin dilepaskan, dan meluapnya sungai Eufrat di Wahyu 16. Maka dikatakan, “…Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin bertiup melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu…” apa maksudnya didirikan di atas batu? “…setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan…” apa? “…melakukannya…” Sekarang, bagaimana dengan pihak sebaliknya, bagaimana dengan para nabi palsu yang memakai nama Tuhan tetapi mereka memakainya dengan sia-sia? Perhatikan persamaan dari pihak yang sebaliknya. Ayat 26 “…Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin bertiup dan melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kejatuhannya.” [NKJV yang diindonesiakan].

Jadi ada dua kelompok, mereka yang benar-benar memiliki nama Yesus yang benar-benar memelihara hukumNya, dan mereka yang mengklaim bernubuat dalam nama Yesus tetapi mereka mendorong orang melawan dan melanggar dan tidak mematuhi hukum Tuhan yang suci. Bisa dikatakan di sini, perintah Tuhan melawan tradisi manusia.

Sekarang, perhatikan dalam konteks ini Matius 7:28-29, kesimpulan bacaan ini berkata, “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, 29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang memiliki…” apa? “… memiliki kuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.” [NKJV yang diindonesiakan].

Apakah anda melihat kontrasnya di sini? Para ahli Taurat berperan sebagai nabi-nabi palsu. Yesus berperan sebagai apa? Nabi yang sejati. Dengan kata lain, konfliknya adalah antara perintah Tuhan dengan tradisi manusia. Tahukah kalian Yesus tidak pernah mengutip apa yang dikatakan para rabi pada zamanNya? Setiap kali Yesus berbicara Dia berkata, “Ada tertulis” atau “Apa yang tertulis di Kitab?”

Sekarang saya mau mengajak kalian ke Matius 24 dan perhatikan ayat 11-12. Gagasan yang sama, nabi palsu dan pelanggaran hukum. Matius 24:11-12 berkata, “Lalu banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. …” Dan sekarang perhatikan apa kata ayat 12, “…12 Dan karena makin bertambahnya…” apa? “… pelanggaran hukum, maka kasih banyak orang akan menjadi dingin.” [NKJV yang diindonesiakan].

Apakah nabi palsu sekali lagi dikaitkan dengan pelanggaran hukum? Betul sekali. Dan kalian akan melihat bahwa kita diberitahu karena adanya pelanggaran hukum, kasih akan menjadi apa? Akan menjadi dingin. Karena kasih adalah penggenapan hukum. Maka jika ada pelanggaran hukum, tidak ada lagi kasih. Kemudian saya mau kalian perhatikan bahwa nabi-nabi palsu ini di akhir zaman akan membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Perhatikan ayat 23-24,  “Lalu jika ada orang berkata kepada kamu: ‘Lihat, Mesias ada di sini’, atau ‘Mesias ada di sana’, jangan kamu percaya. 24 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul …” siapa yang akan muncul? “…mesias-mesias palsu dan…” apa? “…nabi-nabi palsu…” apa yang akan dilakukan oleh mesias palsu dan nabi palsu? “…dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat untuk menyesatkan, sekiranya mungkin, bahkan orang-orang pilihan juga.” [NKJV yang diindonesiakan].

Apakah ini sama dengan apa yang dilakukan nabi-nabi palsu di Perjanjian Lama? Ya, benar. Apa ini sama dengan apa yang dibicarakan Yesus tentang nabi-nabi palsu di Matius pasal 7? Tentu saja. Dan konteksnya adalah akhir zaman.

Sekarang, saya ingin mendedikasikan sisa waktu yang ada untuk berbicara tentang kitab Wahyu. Kitab Wahyu itu serasi dengan apa yang telah kita pelajari dari Perjanjian Lama, apa yang sudah kita pelajari dari Matius 7, dan Matius 24, dan kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru. Perhatikan Wahyu 13:11, dikatakan, “Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti…” apa? “…seperti seekor naga.”

wolf-sheep1 CopyApakah itu kedengarannya mirip dengan nabi-nabi palsu di Matius 7? Di luarnya tampak seperti domba tetapi di dalamnya apa? Serigala buas. Di sini dikatakan, dua tanduk seperti anak domba tetapi dia berbicara seperti apa? Dia berbicara seperti naga. Tahukah kalian binatang ini di Wahyu 16:13 disebut apa? Oh, ya, saya dengar jawabannya. Di Wahyu 16:13 binatang yang memiliki tanduk seperti anak domba tetapi berbicara seperti naga ini sama seperti nabi-nabi yang tampil seperti domba tetapi di dalamnya mereka adalah serigala buas, binatang ini disebut “nabi palsu”. Apakah nabi palsu ini mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat pada akhir zaman?

Mari bersama saya ke Wahyu 13:13, berbicara tentang nabi palsu ini. Dia mengaku sebagai satu hal tetapi sebenarnya lain. Dia mengaku berbicara bagi Yesus tetapi dia berbicara untuk si naga. Dikatakan di Wahyu 13:13, “Dan ia mengadakan…” apa? “… tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata…” apa? “…di depan mata semua orang.” Apakah kalian melihat persamaan antara teks di Wahyu, konsep di Wahyu dengan Matius pasal 7 dan juga dengan nabi palsu di Perjanjian Lama? Kalian lihat, kitab Wahyu tidak bisa diinterpretasikan terlepas dari Perjanjian Lama dan kitab-kitab yang lain di Perjanjian Baru. Kitab itu merupakan kulminasi dari semua wahyu sebelumnya. Sama seperti di Matius 7 ada nabi palsu, ada domba, berpenampilan seperti domba; ada serigala, berbicara seperti naga; dan ada tanda-tanda dan mujizat-mujizat.

Nah, mari kita berbicara sedikit lagi tentang nabi palsu ini yang membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, yang jelas memiliki karakteristik seperti anak domba, tetapi sebenarnya adalah seekor naga. Marilah bersama saya ke Daniel 8:20. Saudara-saudara, yang kita bicarakan ini adalah hal-hal yang sangat penting. Saya bisa saja menghabiskan seluruh ceramah malam ini untuk membahas bacalah semua ayat yang berkata bahwa secara individu kita tidak boleh memakai nama Tuhan Allah kita dengan sembarangan. Itu bagus sekali dan saya sudah membahasnya dengan singkat. Tetapi ini begitu amat sangat pentingnya karena kita sedang hidup di masa hari-hari akhir ini. Dan kita harus bisa membedakan yang palsu dari yang sejati. Dan yang palsu dibedakan dengan yang sejati dari sikapnya terhadap apa? Terhadap Hukum Tuhan yang kudus.

Simak Daniel 8:20, berbicara tentang seekor domba jantan, dikatakan, “Domba jantan yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya…” berapa tanduk yang dimiliki domba jantan ini? Dua. Berapa tanduk yang dimiliki binatang Wahyu 13? Dua. “…ialah raja-raja…” apa? “… orang Media dan Persia.” Nah, saya tidak mengatakan bahwa domba jantan ini adalah binatang yang sama dengan yang di Wahyu 13. Tetapi saya mengetengahkannya karena apa yang akan kita bahas mengenai binatang Wahyu 13 ini.

Di dalam nubuatan, binatang melambangkan apa? Seekor binatang di dalam nubuatan melambangkan suatu bangsa, suatu kerajaan. Apakah yang dilambangkan oleh tanduk dalam nubuatan Alkitab? Tanduk melambangkan pembagian kerajaan. Kita lihat di Daniel pasal 8, berapa ekor binatang di sana? Domba jantan adalah satu binatang, benar? Yang memiliki dua apa? Dua tanduk. Berarti satu bangsa ini terdiri atas berapa kerajaan? Dua kerajaan.

Dengan mengingat hal tersebut di atas, marilah kita ke Wahyu 13 dan berbicara sedikit lagi tentang binatang dengan tanduk serupa anak domba tersebut. Tahukah kalian kata “anak domba” dipakai 29 kali di kitab Wahyu dan setiap kali dengan perkecualian yang satu ini, setiap kali kata “anak domba” dipakai, itu mengacu kepada Yesus Kristus. Dan saya yakin, binatang ini, yang punya tanduk seperti anak domba, sesungguhnya memberikan kesan atau ingin menimbulkan kesan bahwa dia adalah suatu kekuasaan Kristen, kalau tidak dia tidak akan memiliki dua tanduk seperti tanduk anak domba, karena anak domba 28 kali dalam kitab Wahyu melambangkan Yesus. Nah, tentu saja pertanyaannya yang penting adalah ini: Jika tanduk-tanduk itu menyerupai Kristus dan tanduk-tanduk melambangkan kerajaan-kerajaan di dalam satu kerajaan ~ dengan kata lain ada dualitas dalam satu kerajaan, satu bangsa dengan dua kerajaan ~ maka pertanyaannya adalah ini, dua kerajaan mana yang diakui oleh Yesus? Apakah kalian memahami apa kata saya? Tanduk-tanduk itu menyerupai tanduk apa? Seekor anak domba. Dan anak domba melambangkan siapa? Yesus. Dan tanduk-tanduk melambangkan apa? Kerajaan-kerajaan di dalam satu kerajaan. Maka pertanyaannya adalah, dua kerajaan mana yang diakui Yesus?

Sebenarnya, jika kita memeriksa Perjanjian Baru, kita akan mendapati bahwa Yesus mengakui dua kerajaan. Dia mengakui kerajaan sekuler, yaitu kekuasaan sipil; dan Dia juga mengakui wilayah gereja, yaitu kekuasaan relijius. Kita semua sudah kenal ayat di Matius 22:21 di mana Yesus berkata, “‘Berikanlah kepada Kaisar barang-barang milik Kaisar, dan kepada Allah barang-barang kepunyaan Allah.” [NKJV yang diindonesiakan]. Apakah Yesus mengakui adanya dua kerajaan? Betul sekali.

Yesus berkata di Yohanes 18:36, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” ketika Yesus berkata kepada Pilatus, “Kamu tidak akan berkuasa kecuali Tuhan yang menempatkan kamu di sini untuk berkuasa.” Jadi Yesus mengakui di sini, Dia memiliki suatu kerajaan yang tidak terdapat di dunia ini, dan pada waktu yang sama ada sebuah kerajaan yang diberikan Tuhan untuk berkuasa di dunia ini. Dengan kata lain Yesus mengakui adanya dua kerajaan.

Sekarang pertanyaannya adalah, apakah di dunia ini ada suatu bangsa yang didirikan dengan mengakui kedua kerajaan ini, yang terpisah satu dari yang lain? Tentu saja.

Sekarang ini, sementara kita duduk di dalam gereja yang adalah kerajaan spiritual Tuhan, kita bersumpah setia kepada kerajaanNya. Tetapi pada waktu yang bersamaan, kita adalah warganegara Amerika Serikat, dan kita bersumpah setia kepada bendera Amerika, bagi mereka yang warganegara Amerika Serikat. Dengan kata lain, walaupun kita hidup di satu negara, di satu negara tersebut ada pengakuan bahwa sesungguhnya ada apa di sana? Dua kerajaan: kerajaan Tuhan yaitu gereja, dan kerajaan manusia yaitu pemerintahan sipil.

Bukan suatu kebetulan bahwa dalam Amandemen Pertama pada Konstitusi Amerika Serikat, terdapat pengakuan dua kerajaan di dalam satu negara. Amandemen Pertama Konstitusi benar-benar menjamin hak-hak relijius dan hak-hak sipil, itu berarti dua kerajaan. Izinkan saya membacakan isi Amandemen Pertama, “Kongres tidak boleh membuat undang-undang mengenai penegakan agama atau melarang kebebasan mempraktekkannya…” Apakah itu pengakuan bahwa ada suatu kerajaan di mana kekuasaan sipil tidak memiliki wewenang? Tentu saja. Maka, apabila pemerintah mau membuat undang-undang mengenai agama, apakah itu tidak layak? Betul sekali. Bagian kedua Amandemen Pertama menjamin hak-hak sipil, hak-hak kenegaraan seorang warganegara. Selanjutnya dikatakan, “…atau membatasi kebebasan berkata-kata atau kebebasan pers atau hak orang untuk berkumpul secara damai dan menyampaikan petisi kepada Pemerintah untuk memperbaiki apa-apa yang dikeluhkan.” Dengan kata lain, di dalam satu negara Amerika Serikat jelas ada pengakuan di dalam Amandemen Pertama ini bahwa kita memiliki dua kerajaan, katakanlah kerajaan Kaisar, kerajaan yang sekuler; dan wilayah kekuasaan gereja di mana kekuasaan sekuler tidak punya kuasa atau wewenang.

Tahukah anda, sebagai orang yang menantikan kedatangan Tuhan yang kedua, seringkali dulu kita berkata, “Yah, kedua tanduk itu melambangkan dua prinsip.” Tetapi itu kemudian menjadi masalah karena jika itu dua prinsip, mengapa di Daniel pasal 8 dikatakan ada dua kerajaan tetapi di Wahyu dikatakan itu dua prinsip? Sebenarnya itu adalah dua prinsip berdasarkan gagasan dua kerajaan. Di Wahyu 13, gagasannya tetap dua kerajaan, terpisah satu dari yang lain, dua tanduk yang terpisah. Nah, kitab Wahyu berkata bahwa binatang yang memiliki dua tanduk seperti anak domba ini akhirnya akan berbicara seperti apa? Seperti naga. Mungkinkah bangsa ini mengklaim berbicara dalam nama Yesus tetapi sebenarnya justru membawa umat Tuhan sesat? Mungkin inikah memakai nama Tuhan dengan sembarangan yang paling parah?

Nah, faktanya, Saudara-saudara, Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan telah memberikan ke-10 Perintah itu, dan Alkitab mengatakan bahwa siapa pun yang menginjak-injak salah satunya, menginjak-injak seluruhnya. Perhatikan Yakobus 2:10 berkata, “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap…” apa? “…ia bersalah terhadap seluruhnya.”

Sekarang coba saya gambarkan apa maksud saya.

Di Amerika Serikat sekarang ada dua pihak yang terlibat debat politik, pihak kiri dan pihak kanan. Dan yang menarik, mayoritas pihak kiri ~ tidak semuanya tetapi umumnya ~ mereka mau memberikan definisi baru kepada hukum ke-7. Mereka mau merevisi pengertian tentang pernikahan. Mereka mau mengubah hukum yang berbicara tentang pernikahan. Di pihak lain, yang di sisi kanan, juga yakin bahwa salah satu hukum itu telah diubah. Hukum yang mana? Hukum ke-4. Walaupun kedua hukum tersebut adalah lembaga-lembaga penciptaan karena Tuhan telah menciptakan pernikahan sebelum adanya dosa, dan Tuhan telah menciptakan Sabat sebelum dosa. Ketahuilah, keduanya di dalam Alkitab merupakan lambang hubungan antara Tuhan dengan umatNya. Tuhan berkata Dialah suaminya, gereja adalah pengantin wanitaNya. Lihat ini adalah representasi yang melambangkan hubungan antara Tuhan dengan umatNya. Sedangkan Sabat adalah tanda antara Tuhan dengan umatNya. Maka, bukanlah suatu kebetulan bahwa hari ini ada usaha untuk menghancurkan kedua hukum ini dari dua belah sisi spektrum politik. Kalau boleh saya memberanikan diri berkata, pihak yang satu tidak lebih bersalah daripada pihak yang lain. Apa bedanya antara memberikan definisi baru dan mengubah hukum ke-7 dengan memberikan definisi baru dan mengubah hukum ke-4? Sama sekali tidak ada apa? Sama sekali tidak ada bedanya. Maka kitab Wahyu berbicara tentang parahnya memakai nama Tuhan secara sembarangan. Nabi palsu mengklaim berbicara atas nama Tuhan, yang memiliki dua tanduk seperti anak domba ~ yaitu pengakuan dua kerajaan di dalam satu negara, kedua kerajaan ini terpisah satu dari yang lain ~ tetapi akhirnya berbicara seperti naga.

Saya akan menceritakan sesuatu yang saya lihat di televisi, ini di saluran siaran Kristen yang saya tonton pada 13 November 2001 di Arizona. Ada seorang yang sedang memberikan kesaksian tentang bagaimana Tuhan telah membimbing hidupnya dan dia berkata demikian, “Sebelum saya menjadi Kristen, saya mendapatkan penglihatan diri saya sedang berkhotbah di stadion-stadion di hadapan ribuan orang…” itu sebelum dia menjadi orang Kristen, kemudian dia berkata demikian, “…selama 12 bulan yang terakhir, saya telah mendapatkan mimpi-mimpi baru dan penglihatan-penglihatan, yang mengagumkan. Saya melihat api, saya melihat diri saya di stadion-stadion di mana api sungguh jatuh dari langit, dan kemuliaan Tuhan akan dinyatakan secara nyata.” Kemudian dia menyebut hari Pentakosta dan pengalaman Elia di Bukit Karmel, dan tiang api di padang gurun, untuk mengatakan bahwa ini akan terjadi saat dia berkhotbah di stadion-stadion yang sangat besar di hadapan beribu-ribu orang. Tetapi orang yang sama ini mengajar agar orang memelihara hari Minggu untuk menghormati kebangkitan Yesus. Apakah kitab Wahyu berbicara mengenai nabi palsu yang membawa api turun dari langit di depan mata manusia? Saya tahu saya berbicara dengan berani, tetapi ini sangat penting dan kita harus mengingat hal-hal ini karena kitab Yesaya 4:1 memberitahu kita bahwa di hari-hari akhir, 7 orang wanita akan menangkap seorang pria ~ tentu saja wanita-wanita itu melambangkan gereja-gereja, dan 7 adalah angka keseluruhan. Dan mereka akan menangkap seorang pria anda mereka akan berkata, “Kami akan menanggung roti dan pakaian kami sendiri, hanya biarlah namamu dipakai pada kami, biarlah kami dipanggil dengan namamu.” Dan pria itu tentunya adalah Yesus.

Nah, puji Tuhan kitab Wahyu mengatakan kepada kita bahwa akan ada umat sisa yang setia. Suatu umat sisa yang setia yang tidak menempatkan nama Tuhan di bibir mereka, yang tidak menempatkan nama Kristus di bibir saja tetapi yang memiliki nama Kristus di dahi mereka. Wahyu 14:1 berbicara tentang suatu kelompok, ke-144’000 yaitu mereka yang masih hidup ketika Yesus datang, dan kita mendapat tahu bahwa orang-orang ini akan berdiri bersama Anak Domba di Bukit Zion, dan kita diberitahu bahwa mereka memiliki meterai Tuhan di dahi mereka. Saya memuji Tuhan, karena Tuhan akan memiliki kelompok ini di dunia ini, yang karena mengasihi Tuhan mereka akan mematuhi semua perintahNya, dan akan mengajar setiap orang di dunia untuk mematuhi perintah Tuhan, dan mengabarkannya bukan dari Gedung Putih, bukan dari Mahkamah Agung, tetapi dari mimbar-mimbar gereja. Dan Hukum itu mungkin tidak tertulis di atas batu tetapi Hukum itu akan ditulis di hati.

Kita tahu Yesus berkata bahwa mulut berbicara dari kelimpahan apa? Dari kelimpahan hati [Mat 12:34]. Maka jika Yesus berada di dalam hati kita, mulut kita akan berkata-kata tentang apa yang ada di hati kita. Kita tidak akan memakai nama Yesus dengan sembarangan, tetapi kita akan memakai nama Yesus dengan penuh hormat. Dan penghormatan terbesar yang bisa kita tunjukkan bagi Yesus adalah fakta bagaimana kita mengajar orang lain supaya mematuhi perintah-perintahNya, karena Yesus berkata, “Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan mematuhi perintah-perintahKu” (Yoh 14:15).

Stephen Bohr- The Third Commandments-( diterjemahkan oleh S.Mara Gd).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *