HUSS DAN JEROME (1)

penulisan-alkitab Copy

[AkhirZaman.org] Benih Injil telah ditanam di Bohemia pada abad kesembilan. Alkitab telah diterjemahkan, dan perbaktian umum telah dilaksanakan dalam bahasa penduduk setempat. Akan tetapi, sementara kuasa paus bertambah, demikianlah firman Allah semakin tersembunyi. Paus Gregory VII, yang telah merendahkan harga diri raja-raja, tidak kurang niatnya untuk memperbudak orang-orang. Dan untuk itu ia mengeluarkan keputusan melarang perbaktian umum diadakan di dalam bahasa Bohemia. Paus mengatakan bahwa “adalah menyenangkan kepada Yang Maha Kuasa kalau perbaktian kepada-Nya dilakukan dalam satu bahasa yang tidak diketahui, dan bahwa banyak kejahatan dan bida’ah telah timbul karena tidak mematuhi peraturan ini.” — Wylie, b. 3, ch.1. Dengan demikian Roma telah mendekritkan bahwa terang firman Allah harus dipadamkan, dan orang-orang harus ditutup dalam kegelapan. Tetapi Surga telah menyediakan agen-agen lain untuk memelihara gereja. Banyak orang-orang Waldensia yang diusir oleh penganiayaan dari rumah-rumah mereka di Perancis dan Italia datang ke Bohemia. Meskipun mereka tidak berani mengajar secara terang-terangan, mereka dengan bersemangat bekerja secara sembunyi-sembunyi. Dengan demikian iman yang benar itu telah dipelihara dari abad ke abad.

Sebelum zamannya Huss, ada orang-orang di Bohemia yang bangkit mempersalahkan dengan terang-terangan kebejatan di dalam gereja dan kemerosotan moral orang-orang. Usaha mereka itu membangkitkan perhatian di kalangan paus. Timbullah kekuatiran hirarki, dan penganiayaan pun dilakukan ke atas murid-murid Injil itu. Mereka diusir ke hutan-hutan dan ke gunung-gunung di mana mereka mengadakan perbaktian. Mereka diburu oleh tentara dan banyak yang dibunuh. Setelah beberapa lama dikeluarkanlah dekrit bahwa semua yang berpaling dari perbaktian Romanisme harus dibakar. Akan tetapi sementara orang-orang Kristen menyerahkan hidup mereka, mereka mengharapkan kepada kemenangan jauh di hadapan mereka. Salah seorang dari mereka yang “mengajarkan bahwa keselamatan hanya didapat oleh iman dalam Juru Selamat yang telah disalibkan itu,” mengatakan waktu mau meninggal, “Kemarahan musuh-musuh kebenaran sekarang leluasa melawan kita, tetapi itu tidak akan berlangsung selama-lamanya. Akan ada seseorang yang bangkit dari orang-orang biasa, tanpa pedang dan kekuasaan; dan melawan dia mereka tidak akan bisa sewenang-wenang.” — Wylie, b. 3, ch. 1. Zamannya Luther masih jauh di depan. Tetapi telah bangkit seseorang, yang kesaksiannya melawan Roma akan menggemparkan bangsa-bangsa.

John Huss dilahirkan sebagai orang yang hina, dan secara dini telah menjadi anak yatim karena ditinggal mati ayahnya. Ibunya yang saleh, yang menganggap pendidikan dan takut akan Allah sebagai harta milik paling berharga, berusaha membuat ini sebagai warisan bagi anaknya. Huss belajar di sekolah propinsi, kemudian melanjutkan ke universitas di Praha yang diterima sebagai mahasiswa amal, tanpa membayar. Ia disertai ibunya dalam perjalanan ke Praha. Sebagai seorang janda miskin ia tak mempunyai sesuatu harta dunia yang bisa diberikan kepada anaknya. Tetapi sementara mereka semakin dekat ke kota besar itu, ibunya berlutut di samping pemuda yang tidak berayah ini, dan memohon berkat Bapa Surgawi baginya. Ibu tidak begitu menyadari bagaimana doanya itu akan dijawab.

Di universitas itu Huss segera menonjol karena ketekunannya yang tak mengenal lelah dan kemajuannya yang pesat, sementara kehidupannya yang tidak bercacad dan kelemahlembutannya, dan kelakuannya yang baik memberikan kepadanya penghargaan universal. Ia adalah seorang penganut Gereja Roma yang sungguh-sungguh, dan seorang yang sungguh-sungguh mencari berkat-berkat rohani yang dijanjikan akan diberi. Pada suatu perayaan jubileum, ia mengadakan pengakuan dosa, membayarkan uangnya yang terakhir, dan mengikuti arak-arakan agar mudah-mudahan mendapat bagian pengampunan yang dijanjikan. Setelah ia menyelesaikan pendidikan tinggi, ia memasuki keimamatan, dan dengan segera memperoleh kedudukan yang tinggi. Ia segera bertugas di istana raja. Ia juga diangkat menjadi profesor dan kemudian menjadi rektor universitas di mana ia dulu memperoleh pendidikannya. Dalam beberapa tahun saja, mahasiswa amal yang hina ini telah menjadi kebanggaan negaranya, dan namanya telah terkenal di seluruh Eropa.

Tetapi Huss memulai pekerjaan pembaharuan dalam bidang lain. Beberapa tahun setelah ia menjadi imam, ia ditunjuk sebagai pengkhotbah di kapel Betlehem. Pendiri kapel ini telah melakukan pengkhotbahan Alkitab dalam bahasa masyarakat setempat, sebagai sesuatu yang sangat penting. Walaupun Roma menentang tindakan seperti itu, belum sepenuhnya dihentikan di Bohemia. Tetapi mereka sangat buta mengenai Alkitab, dan kejahatan merajalela di semua lapisan masyarakat. Kejahatan ini sangat dicela oleh Huss, dan menghimbau untuk memperhatikan firman Allah dan menjalankan prinsip-prinsip kebenaran dan kesucian yang ia telah ajarkan berulang-ulang.

Seorang warga Praha yang bernama Jerome, yang kemudian begitu dekat berhubungan dengan Huss, telah membawa tulisan-tulisan Wycliffe pada waktu ia kembali dari Inggris. Ratu Inggris, yang telah bertobat kepada pengajaran Wycliffe, adalah putri Bohemia. Dan melalui pengaruhnya juga pekerjaan Reformasi itu telah disebarkan secara luas di negara asalnya. Tulisan-tulisan itu dipelajari oleh Huss dengan minat yang besar. Ia percaya pengarang tulisan-tulisan itu adalah seorang Kristen yang sungguh-sungguh, sehingga ia cenderung mengakui pembaharuan-pembaharuan yang dilancarkannya. Huss sebenarnya telah memasuki suatu jalan yang membawanya jauh dari Roma, walaupun ia tidak menyadarinya.

Pada waktu itu ada dua orang asing yang baru tiba di Praha dari Inggris. Orang-orang itu adalah orang-orang terpelajar, yang telah menerima terang. Mereka datang untuk menyebarkan terang di negeri itu. Mereka memulai dengan serangan terbuka terhadap supremasi paus, dan oleh karena itu mereka segera dibungkam oleh para penguasa. Tetapi oleh karena mereka tidak mau membatalkan niatnya, maka mereka terpaksa mencari cara lain. Oleh karena mereka adalah artis-artis yang sekaligus pengkhotbah, mereka mulai menggunakan kemahiran mereka. Di suatu tempat yang terbuka untuk umum mereka melukis dua gambar. Yang satu menggambarkan Kristus memasuki Yerusalem, “lemah lembut dan mengenderai seekor keledai” (Matius 1: 5), dan diikuti oleh murid-murid-Nya dengan pakaian yang sudah kumal dan dengan kaki telanjang. Lukisan yang satu lagi menggambarkan prosesi kepausan — paus berhias diri dengan jubah yang mewah dan dengan mahkota tiga tingkat, duduk di atas kuda yang dihiasi dengan agungnya, yang didahului oleh peniup sangkakala dan diikuti oleh para kardinal dan pejabat-pejabat tinggi agama dalam suatu kemegahan.

Ini merupakan sesuatu yang menarik perhatian semua golongan. Orang ramai berkerumun melihat lukisan itu. Tak seorangpun yang gagal membaca makna moral lukisan itu, bahkan banyak yang terkesan secara mendalam oleh perbedaan menyolok antara kelemah-lembutan dan kerendahan hati Kristus, Tuhan itu, dengan kesombongan dan keangkuhan paus, yang mengatakan dirinya hamba Kristus. Terjadilah keributan di Praha. Dan demi keselamatan mereka, kedua orang asing itu merasa perlu untuk meninggalkan tempat itu. Tetapi pelajaran yang mereka telah ajarkan tidak dilupakan. Lukisan itu memberikan kesan mendalam dalam pikiran Huss, sehingga menuntun dia untuk mempelajari Alkitab dan tulisan-tulisan Wycliffe lebih teliti. Meskipun pada waktu itu ia belum siap untuk menerima semua pembaharuan yang dicetuskan oleh Wycliffe, ia melihat semakin jelas tabiat kepausan. Dan dengan semangat yang lebih besar ia mencela kesombongan, ambisi dan kebejatan moral para hirarki.

Dari Bohemia terang itu meluas ke Jerman, karena gangguan yang terjadi di Universitas Praha menyebabkan ratusan mahasiswa Jerman ditarik dari sana. Banyak dari antara mereka telah menerima pengetahuan pendahuluan Alkitab dari Huss. Dan pada waktu mereka kembali, mereka menyiarkan Injil itu di negeri mereka.

Berita mengenai pekerjaan di Praha telah sampai ke Roma. Dan Huss dipanggil untuk menghadap paus di Roma. Memenuhi panggilan seperti itu berarti Huss membuka diri kepada kematian. Raja dan ratu Bohemia, universitas, kaum bangsawan dan pejabat-pejabat pemerintah bersatu untuk mengajukan suatu permohonan kepada paus, agar Huss diizinkan tetap tinggal di Praha, dan memberikan jawaban di Roma melalui wakil atau utusan. Gantinya memenuhi permintaan itu paus melanjutkan mengadili dan menghukum Huss dan menyatakan Praha sebagai kota terlarang (tidak boleh mengadakan upacara kudus — sakramen). Pada masa itu hukuman seperti ini, bila diumumkan, akan menimbulkan kegemparan dan ketakutan.

Upacara yang diadakan bersamaan dengan pengumuman disesuaikan benar untuk menimbulkan teror kepada seseorang yang memandang paus sebagai wakil Allah sendiri, yang memegang anak kunci surga dan neraka, dan mempunyai kuasa untuk mengadakan pengadilan duniawi maupun rohani. Dipercayai bahwa pintu surga telah tertutup bagi daerah yang dinyatakan terlarang, sehingga orang-orang mati di daerah yang terlarang seperti itu tidak akan masuk ke tempat yang berbahagia sampai paus dengan senang hati mencabut larangan itu. Sebagai tanda bencana yang mengerikan ini, semua upacara agama dihentikan. Gereja-gereja ditutup. Upacara pernikahan dilaksanakan di halaman gereja saja. Orang-orang mati dilarang dikuburkan di tempat pemakaman yang telah ditahbiskan. Mereka dikuburkan di parit-parit atau di ladang-ladang tanpa upacara penguburan. Dengan demikian, oleh hal-hal yang menarik kepada imajinasi orang-orang, Roma berusaha menguasai hati nurani manusia.

HUSS scan sml CopyKota Praha dipenuhi kegemparan dan kekacauan. Sebagian besar menuduh Huss sebagai penyebab dari semua malapetaka ini dan menuntut agar ia menyerah saja kepada tindakan balas dendam Roma. Untuk menenangkan gejolak tersebut, untuk sementara Pembaharu itu mengundurkan diri ke kampung halamannya. Ia menulis kepada teman-temannya di Praha, “Jika saya mengundurkan diri dari tengah-tengah Anda sekalian, adalah mengikuti ajaran dan teladan Yesus Kristus, untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang yang sudah sakit pikiran mengambil bagi dirinya hukuman yang kekal, dan supaya jangan menjadi penyebab kepicikan dan penganiayaan bagi orang-orang saleh. Saya juga mengasingkan diri dengan pengertian agar imam-imam yang tidak saleh itu boleh terus melarang pengkhotbahan firman Allah lebih lama di tengah-tengah kamu. Tetapi saya tidak membebaskan kamu untuk menyangkal kebenaran ilahi, untuk mana, dengan pertolongan ilahi, saya bersedia mati.” — Bonnechose, “The Reformers before the Reformation,” Vol. I, p. 87, (ed.1844). Huss tidak berhenti beusaha. Ia menjelajahi negeri-negeri di sekitarnya, berkhotbah kepada orang-orang yang berminat mendengar. Dengan demikian usaha-usaha yang dimaksudkan paus untuk menekan penyebaran Injil itu, justru menyebabkan lebih luas menyebar. “Karena kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran” (2 Kor. 13:8). “Sampai sejauh ini dalam karirnya, pikiran Huss tampaknya dipenuhi oleh pertentangan yang sengit. Meskipun gereja menyerang dia bagaikan petir, tetapi ia tidak menyangkal kekuasan gereja itu. Baginya Gereja Roma masih tetap mempelai perempuan Kristus, dan paus adalah utusan dan wakil Allah. Yang ditentang oleh Huss ialah penyalah-gunaan kekuasaan, bukan prinsipnya. Hal ini membawa pertentangan besar antara keyakinan pengertiannya dengan tuntutan hati nuraninya. Jikalau kekuasaan itu benar dan mutlak, sebagaimana yang dipercayainya demikian, bagaimana mungkin sampai ia merasa terpaksa untuk menolaknya? Ia melihat, bahwa menuruti kuasa itu berarti dosa. Tetapi mengapa penurutan kepada gereja yang mutlak seperti itu menuntun kepada masalah? Inilah masalah yang tidak bisa dipecahkannya. Inilah keragu-raguan yang menyiksanya setiap saat.

Penyesuaian yang paling mungkin, yang bisa dilakukannya, ialah bahwa hal itu terjadi lagi, sebagaimana pernah terjadi pada zaman Juru Selamat. Imam-imam gereja telah menjadi jahat dan menggunakan wewenangnya yang legal untuk sesuatu hasil yang tidak legal. Ini menuntunnya untuk mengambil satu pedoman bagi dirinya, dan mengkhotbahkan kepada orang-orang lain, bahwa peribahasa ajaran Alkitab yang disampaikan melalui pengertian, itulah yang mengendalikan hati nurani. Dengan perkataan lain, bahwa Allah berbicara di dalam Alkitab, dan bukan gereja berbicara melalui imam-imam. Inilah penuntun yang mutlak.” — Wylie, b. 3, ch. 2.

Bilamana pada suatu waktu kegemparan di Praha telah reda, maka Huss kembali ke kapelnya … untuk meneruskan mengkhotbahkan firman Allah dengan lebih berani dan lebih bersemangat. Musuh-musuhnya terus aktif dan kuat, tetapi ratu dan beberapa orang bangsawan adalah teman-temannya, dan banyak orang memihak kepadanya. Dengan membandingkan pengajarannya yang murni dan yang mengangkat jiwa serta kehidupannya yang kudus, dengan dogma-dogma yang menurunkan martabat yang diajarkan oleh pengikut-pengikut Gereja Roma dan keserakahan dan kerakusan yang dilakukan mereka, banyaklah yang merasa suatu kehormatan kalau berpihak kepada Huss.

Sampai sejauh ini Huss masih sendirian dalam pekerjaannya. Tetapi sekarang Jerome, yang pada waktu di Inggris telah menerima pengajaran Wycliffe, menggabungkan diri kepada pekerjaan pembaharuan (reformasi). Sejak waktu itu keduanya bersatu di dalam hidup, dan dalam kematian pun mereka tidak mau dipisahkan. Jerome mempunyai kecerdasan dan kepintaran yang menonjol, kebolehan-kebolehan yang membuat seseorang mudah populer. Tetapi dalam kualitas yang membentuk kekuatan tabiat yang sebenarnya, Huss lebih unggul. Pertimbangannya yang tenang dapat menjadi pengekang kepada semangat Jerome yang suka meledak-ledak, yang dengan kerendahan hati, menerima kata-kata dan nasihatnya. Dengan usaha mereka yang bersatu, pekerjaan pembaharuan itu lebih cepat berkembang.

Allah membiarkan terang yang besar bersinar ke dalam pikiran orang-orang pilihan ini, menyatakan kepada mereka kesalahan-kesalahan Roma yang banyak. Tetapi mereka tidak menerima semua terang yang harus diberikan kepada dunia ini. Melalui hamba-hambanya ini Allah telah menuntun orang-orang keluar dari kegelapan Romanisme. Tetapi banyak dan besarlah rintangan yang mereka hadapi. Dan Tuhan memimpin mereka terus langkah demi langkah di dalam pekerjaannya sebagaimana yang sanggup mereka pikul. Mereka tidak dipersiapkan untuk menerima semua terang itu sekaligus. Seperti kemuliaan sinar matahari pada waktu tengah hari kepada orang-orang yang sudah lama tinggal di dalam kegelapan, jika diberikan dengan serta-merta, akan menyebabkan mereka meninggalkan kebenaran itu. Itulah sebabnya, Allah menyatakannya sedikit demi sedikit kepada para pemimpin, sebagaimana kesanggupan orang-orang menerimanya. Dari abad ke abad, pekerja-pekerja yang setia susul-menyusul menuntun orang-orang lebih jauh ke dalam jalan pembaharuan.

Perpecahan dalam gereja masih terus berlangsung. Sekarang tiga orang paus bersaing untuk mendapatkan supremasi, dan persaingan mereka itu memenuhi dunia Kekristenan dengan kejahatan dan keributan. Tidak puas dengan saling mengutuk, mereka juga menggunakan senjata. Masing-masing membeli senjata dan membentuk pasukan tentara. Sudah barang tentu mereka memerlukan uang untuk ini. Dan untuk memperoleh uang mereka menjual hadiah-hadiah, jabatan dan berkat-berkat gereja. Para imam juga meniru atasan mereka, memperjualbelikan pangkat gereja dan berperang menjatuhkan martabat lawan dan memperkuat kekuasaan sendiri. Dengan keberanian yang semakin bertambah setiap hari, Huss mencela kekejian yang dilakukan dengan kedok agama. Dan orang-orang menuduh para pemimpin Roma sebagai penyebab penderitaan yang menimpa dunia Kekristenan.

Sekali lagi kota Praha nampaknya berada di tepi jurang pertikaian berdarah. Seperti pada zaman-zaman dahulu, hamba-hamba Allah dituduh sebagai “yang mencelakakan Israel” (1 Raja-raja 18:17). Kota itu sekali lagi dinyatakan sebagai kota terlarang, dan Huss mengundurkan diri ke kampung halamannya. Berakhirlah sudah kesaksian setia yang keluar dari kapelnya … Ia akan berbicara dari podium yang lebih luas kepada semua dunia Kekristenan, sebelum menyerahkan nyawanya sebagai saksi kebenaran.

Untuk mengatasi kejahatan-kejahatan yang mengganggu Eropa, maka diadakanlah konsili umum di Constance. Konsili itu diadakan atas kemauan kaisar Sigismund, oleh salah seorang paus yang bersaing, Yohanes XIII. Sebenarnya Paus Yohanes tidak menyukai diadakannya konsili itu oleh karena tabiat pribadinya dan kebijaksanaannya tidak tahan pemeriksaan, baik oleh pejabat-pejabat tinggi gereja, yang kurang bermoral sebagaimana juga para anggota gereja pada masa itu. Namun, ia tidak berani melawan keinginan kaisar Sigismund. (KONSILI KONSTANCE — Mengenai Konsili Constance oleh Paus Yohanes XXIII., atas desakan kaisar Sigismund, lihat Mosheim, “Ecclesiastical History,” bk. 3, cent. 15, part 2, ch. 2, sec. 3; J. Dowling, “History of Romanism,” bk. 6, ch. 2, par. 13; A. Bower, “History of the Popes,” Vol. VII, pp. 141-143 (London ed., 1766); Neander, “History of the Christian Religion and Church,” period 6, sec. 1 (1854, 5-vol. ed., tr. by Torrey, Vol. V, pp. 94-101)).

Tujuan utama yang hendak dicapai konsili itu ialah untuk memulihkan perpecahan di dalam gereja, dan untuk membasmi bida’ah atau aliran yang menyimpang. Oleh karena itu kedua orang yang anti paus telah dipanggil menghadap serta propagandis utama pemikiran-pemikiran baru John Huss. Kedua orang anti paus tidak mau menghadap oleh karena alasan keselamatan, tetapi mengirim utusannya untuk mewakili. Paus Yohanes, sementara berpura-pura sebagai seorang yang mengadakan konsili itu, ia datang dengan keragu-raguan, menduga bahwa kaisar berencana secara diam-diam untuk menggulingkannya. Ia takut diminta pertanggungan jawab atas kejahatan-kejahatan yang merendahkan mahkota kepausan, serta kejahatan-kejahatan yang telah dilakuka untuk mendapatkannya. Namun begitu ia memasuki kota Constance dengan suatu kebesaran dan keagungan disertai para pendeta golongan atas dan diikuti oleh iring-iringan panjang pegawai tinggi istana, semua pendeta dan para pejabat kota bersama kerumunan massa keluar menyambut dan mengelu-elukan dia. Di atas kepalanya terbentang penutup singgasana keemasan yang diusung oleh empat orang pejabat tinggi. Roti Suci dibawa di hadapannya, dan kemegahan pakaian para kardinal dan para bangsawan membuat suatu pameran yang mengagumkan.

Sementara itu seorang lain yang mengadakan perjalanan juga sedang mendekati kota Constance. Huss sadar akan bahaya yang mengancam dia. Ia berpisah dengan teman-temannya, seolah-olah ia tidak akan pernah melihat mereka lagi. Dan ia menjalani perjalanannya dengan perasaan seolah-olah berjalan menuju tiang gantungan. Walaupun ia telah mendapatkan surat jalan dari raja Bohemia dan kaisar Sigismund untuk perjalanannya ini, ia telah mengatur sedemikian rupa oleh karena kemungkinan kematiannya.

Dalam sebuah suratnya yang ditujukan kepada teman-temannya di Praha ia berkata, “Saudara-saudaraku, . . . Saya pergi dengan surat jalan dari raja, untuk menemui musuh-musuh saya yang banyak . . . . Saya menaruh kepercayaan penuh pada kuasa Allah, pada Juru Selamatku; saya percaya bahwa Ia akan mendengarkan doamu yang sungguh-sungguh, agar Dia memasukkan kebijaksanaan-Nya dan akal budi-Nya ke dalam mulutku, agar saya boleh bertahan terhadap mereka. Dan agar Dia memberikan Roh Suci-Nya untuk menguatkan aku di dalam kebenaran-Nya, supaya saya dapat menghadapi dengan berani segala pencobaan dan penjara, dan jikalau perlu, kematian yang kejam. Yesus Kristus menderita untuk semua yang dikasihi-Nya, dan oleh sebab itu bukankah kita patut bergembira karena Ia telah memberikan teladan-Nya bagi kita, supaya kita tabah menanggung segala sesuatu demi keselamatan kita? Ia adalah Allah, dan kita adalah makhluk-Nya. Ia adalah Tuhan, dan kita adalah hamba-hamba-Nya. Ia adalah Tuhan dunia ini, dan kita adalah manusia berdosa yang hina dan keji — namun Dia telah menderita untuk kita! Kalau begitu, mengapa kita juga tidak menderita, terutama kalau penderitaan itu bagi kita adalah penyucian? Oleh sebab itu, Saudara-saudara yang kekasih, jikalau kematianku untuk kemuliaan-Nya, berdoalah supaya kematian itu cepat datang, dan agar Dia menyanggupkan aku menanggung semua malapetaka dengan keteguhan hati. Akan tetapi jika adalah lebih baik aku kembali ke tengah-tengah kamu, baiklah kita berdoa kepada Allah agar aku boleh kembali tanpa noda, — yaitu, agar aku jangan menyembunyikan satupun kebenaran Injil, agar aku dapat meninggalkan suatu teladan bagi saudara-saudaraku untuk diikuti. Oleh sebab itu, mungkin Saudara-saudara tidak akan memandang mukaku lagi di Praha. Tetapi jika menjadi kehendak Allah yang maha kuasa berkenan mengembalikan aku kepada kamu, marilah kita maju terus dengan hati yang semakin teguh dalam pengetahuan dan kecintaan kepada hukum-Nya.” — Bonnechose, Vol. I, pp. 147,148.

Dalam surat lain, kepada seorang imam yang telah menjadi murid Injil, Huss berbicara dengan kerendahan hati yang mendalam mengenai kesalahan-kesalahannya sendiri, menuduh dirinya sendiri, “telah menikmati kesenangan dalam memakai pakaian yang mewah, dan telah menghabiskan waktu dalam pekerjaan yang sia-sia.” Lalu ia menambahkan nasihat yang menyentuh hati ini: “Biarlah kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa menempati pikiranmu, dan bukan kedudukan dan harta kekayaan. Berhati-hatilah, jangan menghiasi rumahmu melebihi jiwamu. Dan di atas segalanya, berikanlah perhatianmu kepada pembangunan kerohanian. Berlakulah saleh dan rendah hati kepada orang miskin, dan jangan menghabiskan hartamu dalam pesta pora. Jikalau engkau tidak mengubah kehidupanmu dan berhenti dari segala yang berlebihan, saya khawatir bahwa engkau akan dihukum seperti saya ini . . . . Engkau mengetahui ajaranku, karena engkau telah menerima petunjukku sejak dari masa kanak-kanakmu. Oleh sebab itu tidak ada gunanya bagiku menulis kepadamu lebih jauh. Tetapi saya meminta kepadamu, oleh rahmat Tuhan kita, agar tidak meniruku dalam kesombongan yang sia-sia, ke dalam mana engkau saksikan aku jatuh.” Pada sampul suratnya itu ia menambahkan, “Saya menghimbaumu, Saudaraku, jangan membuka surat ini sampai engkau sudah mendapat kepastian bahwa saya sudah mati.” — Bonnechose, Vol. I, pp. 148,149.

(apa yang kemudian dialami oleh Huss? Kita lanjutkan dalam artikel selanjutnya)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *