Apakah ini Waktunya Untuk Menulis Ulang Alkitab?

membaca-alkitab Copy

[AkhirZaman.org] Apakah sudah waktunya untuk menempatkan pandangan Alkitab tentang homoseksualitas ke samping? Apakah kita perlu merubah Alkitab untuk menyelaraskan diri dengan zaman modern?

Dalam edisi pembukaannya yang belakangan dan kontroversial di New York Times, Kolumnis Frank Bruni merefleksikan perdebatan di sekitar kebebasan hukum Indiana. Ia menyimpulkan bahwa “homoseksualitas dan kekristenan tidaklah perlu bertentangan” dan ketidakcocokkan semacam itu datang hanya dari kepercayaan yang kaku yang tidak mudah digoyahkan.

Lebih jauh lagi dia menyatakan memanggil gay, lesbian dan biseksual “para pendosa” adalah sebuah keputusan berdasarkan pada memprioritaskan “pekabaran yang tersebar dari teks kuno yang pernah dipelajari – seakan waktu tidak berubah, seakan perkembangan ilmu pengetahuan tidaklah berarti.” Dengan kata lain pemikiran modern harusnya ia katakan berada di atas Alkitab.

Bruni percaya bahwa ayat-ayat Alkitab tersebut telah diwarnai oleh bias, kebudayaan, dan sudut-sudut buta dan menyatakan bahwa penafsirannya subyektif dan dapat diperdebatkan. (Mungkin Bruni juga perlu mengetahui bahwa pandangannya sendiri juga bersifat subyektif dan diwarnai oleh sudut pandang butanya). Dia percaya bahwa orang Kristen “konservatif” mengangkat “penurutan yang tidak dipikir daripada pemikiran intelektual,” sementara mengutip dari pendeta Kristen, para pengajar dan denominasi “liberal” yang telah menyangkal pandangan tradisional dan secara “nyata sungguh tunduk pada terang modernisasi” (“tunduk” tentunya menjadi sebuah kata yang menarik).

Tetapi bagaimana orang Kristen seharusnya menafsirkan Alkitab sementara beberapa teks menentang “terang” yang ada masa kini? Apakah kita secara sederhana mengambil gunting dan menyingkirkan teks yang menentang yang secara politik tidak benar? Ataukah kita perlu melakukan exegetik yang keliru untuk menghindari pertentangan dengan beberapa gaya hidup yang ada dalam masyarakat?

Alkitab sungguh jelas tanpa keraguan mengenai praktek homoseksual. (Banyak orang tidak pernah membaca mengenai ini: Kejadian 19:1-13; Imamat 18:22,20:13; Roma 1:26-27; 1 Korintus 6:9; dll.) Alkitab menghakimi praktek homoseksualitas, dan tidak ada permasalahan dengan penafsiran yang menyimpang. Kristus tidak pernah mengizinkan dosa ini, dan Ia tidak pernah meminta maaf atas perasaan bersalah yang dialami bagi mereka yang melanggar hukum Tuhan menyangkut moralitas. Semuanya adalah sama, tetapi marilah sama-sama kita ingat bahwa Yesus datang bukan untuk menghakimi melainkan untuk menyelamatkan. Tuhan tidak mempunyai kebencian terhadap para pendosa, tetapi belas kasihan.

Untuk menyatakan bahwa Alkitab ketinggalan zaman dan mengatakan bahwa praktek homoseksualitas bukanlah dosa adalah sama dengan mengajarkan bahwa pada akhirnya Alkitab tidak dapat dipercayai. Kalau Alkitab tidak dapat dipercayai akan pandangannya atas homoseksualitas, yang dengan tegas telah dinyatakan, bagaimana itu dapat dipercayai dari sisi yang lain? (Beberapa gereja bahkan berargumen bahwa sepuluh perintah itu sudah ketinggalan zaman). Kalau itu sungguh Firman Tuhan, bagaimana kita dapat mengizinkan norma budaya untuk memutuskan pandangan kita atas kebenaran dan moralitas?

Mengenai dirinya sendiri Firman Tuhan menyatakan, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Timotius 3:16). Terkadang ajaran dan didikannya mengalir bertentangan dengan kebudayaan.

Daripada menulis ulang Alkitab untuk menyesuaikannya dengan kepercayaan dan preferensi kita sendiri, adalah lebih jujur untuk dengan sederhana mengatakan bahwa kita tidak sungguh percaya Alkitab sebagai fondasi pasti untuk pilihan moral kita. Apakah Anda siap mengesampingkan Alkitab? Kita sudah pasti tidak.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *