[RH] Kasih Karunia, Iman dan Kerendahan Hati

aln Copy

“Lihatlah, la hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya. Itulah yang menyelamatkan aku; tetapi orang fasik tidak akan menghadap kepada-Nya” (Ayub 13:15, 16).

[AkhirZaman.org] Tuhan mengizinkan keadaan lingkungan terjadi yang memerlukan penggunaan kasih karunia pasif, yang meningkatkan kesucian dan daya guna bilamana kita berusaha mengembalikan kepada Tuhan milik-Nya sendiri dalam persepuluhan dan persembahan. Engkau mengetahil sesuatu tentang apa artinya melewati kesukaran. 

Hal-hal ini memberimu kesempatan untuk percaya kepada Allah, untuk mencari Dia dengan doa yang sungguh-sungguh, supaya engkau boleh percaya pada-Nya, dan bergantung atas Dia dengan iman yang sederhana. Dengan penderitaanlah kebajikan kita diuji, dan iman kita dicobai. Pada waktu kesusahanlah kita merasakan keindahan Yesus. Engkau akan diberi kesempatan untuk mengatakan, “Lihat, la hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya” (Ayub 13:15). Ya, memang begitu indah memikirkan bahwa kesempatan-kesempatan diberikan kepada kita untuk mengakui iman kita di hadapan bahaya, dan di tengah-tengah kesusahan, penyakit, kepedihan, dan” kematian….

Dengan kita, segala sesuatu bergantung atas bagaimana kita menerima syarat-syarat Tuhan. Sebagaimana roh kita, begitulah nanti hasil moral terhadap kehidupan dan tabial kita di masa mendatang. Masing-masing jiwa pribadi ada kemenangan-kemenangan yang harus diraih, tetapi ia harus menyadari bahwa ia tidak dapat memiliki perkara-perkara sebagaimana ia menginginkannya. Kita harus meneliti dengan cermat akan setiap pelajaran yang Kristus berikan sepanjang kehidupan dan pengajaran-Nya. la tidak membinasakan; la meningkatkan apa saja yang dijamah-Nya.—Letter 135, 1897.

Dalam pekerjaan untuk masa kini, bukanlah uang atau talenta atau belajar atau kefasihan yang diperlukan begitu banyak sama seperti iman yang dibarengi dengan kerendahan hati. Tak ada perlawanan yang dapat berhasil melawan kebenaran yang disajikan dalam iman dan kerendahan hati, oleh para pekerja yang dengan rela bekerja keras dan berkorban dan diolok demi nama Tuhan. Kita harus menjadi teman sekerja dengan Kristus jika kita mau melihat usaha kita dimahkotai dengan keberhasilan. Kita harus menangis sebagaimana la menangisi mereka yang tidak mau menangis untuk diri mereka sendiri”, dan memohon sebagaimana la memohon bagi mereka yang tidak mau memohon untuk diri mereka sendiri.—Manuscript 24, 1903.

Bilamana kuasa Ilahi digabung dengan usaha manusia, maka pekerjaan akan menyebar seperti api dalam jerami. Allah akan menggunakan agen-agen yang manusia biasa tidak akan sanggup mengerti; malaikat-malaikat akan melakukan suatu pekerjaan yang manusia seharusnya menerima berkat kalau ia yang melaksanakannya, sekiranya mereka tidak lalai menjawab panggilan Allah.

—The Review and Herald, 15 Desember 1885.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *