ALLAH TIDAK MALU MEMANGGIL KITA UMAT PILIHANNYA (1)

sunlightinthesky Copy

1. Yang Manakah Umat Allah ? 

[AkhirZaman.org] “Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki…….” 
(Keluaran 2 : 1-2) 

Seluruh pasal 2 tersebut tidak menyebutkan siapa laki-laki Lewi yang menikah itu. Juga tidak disebutkan siapakah perempuan Lewi yang dinikahinya itu. Pasal 3, 4, dan 5 juga tidak memberi keterangan apa pun. Baru di dalam pasal 6 ayat 19 disebutkan : 

“Dan Amram mengambil Yokhebed, saudara ayahnya, menjadi isterinya, dan perempuan ini melahirkan Harun dan Musa baginya…..” 

Yokhebed adalah seorang buangan dan seorang budak bersama-sama dengan bangsa Israel lainnya. Sebagai seorang wanita, kekuatan fisiknya tidak dapat diandalkan, tetapi Yokhebed memiliki suatu “kekuatan iman melalui mana rencana Allah dapat dijalankan. 

“Para tua-tua bangsa Israel telah diajarkan oleh malaikat-malaikat sorga bahwa saat pelepasan mereka sudah dekat.” (Para Nabi dan Bapa, hal. 245)

Dan hal ini telah diketahui oleh Yokhebed. Oleh sebab itu, walau pun perintah Raja Mesir untuk membuang setiap bayi laki-laki yang dilahirkan di kalangan orang Yahudi ke dalam sungai yang sedang gencar-gencarnya, Amram dan Yokhebed tidak takut sama sekali dan bertekad untuk tidak mengorbankan anak mereka ’Musa’.

‘Iman kepada Allah telah menguatkan hati mereka, dan mereka tidak takut akan perintah raja.’ (Para Nabi dan Bapa hal. 243)

“Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.”
(Ibrani 11:23)

Kita dapat melihat bahwa bukanlah tingginya tingkat pendidikan kita, atau latihan-latihan dalam penataran-penataran oleh ahli-ahli Alkitab atau dalam perguruan-perguruan tinggi teologia, yang membuat kita siap untuk melaksanakan kehendak Allah. Pendidikan adalah penting. Penataran juga penting. Tetapi kita harus dididik dalam kebenaran firman Allah dan ditatar dalam kebenaran yang sama ; sedangkan yang menentukan akhirnya adalah IMAN KITA.

Menyelidiki Alkitab seperti yang kita usahakan sekarang ini sama sekali tidak bermanfaat sekiranya kita tidak bersedia terlebih dahulu untuk menyatakan IMAN kita pada firman yang kita pelajari itu.

Yokhebed menaruh percaya kepada Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Walaupun bangsa Israel diperbudak oleh bangsa Mesir, dan Yokhebed harus ikut serta dalam perbudakan itu, namun IMANnya tidak dapat ‘diperbudak‘ dan dibelokkan, serta tetap memegang teguh apa yang telah dikatakan oleh para malaikat Tuhan kepadanya. Yokhebed percaya bahwa Allah akan menyediakan pelepasan bagi bangsanya dengan cara-cara-Nya sendiri.

Yokhebed mendoakan bayi Musa pada waktu ia meletakkan bayi itu di pinggir sungai. Ia tidak membahayakan keselamatan bayinya itu dengan menjaganya sendiri. Ia meninggalkan bayi itu pada tangan penjagaan dan pemeliharaan Allah. Hanya anaknya, Miriam, kakak Musa, yang mengikuti dan melihat dari jauh apa yang bakal terjadi pada Musa. Yokhebed berada di rumah dan berdoa dengan sunguh-sungguh dan tekun pada Allah memohonkan penjagaan bagi Musa. Itulah IMAN! Iman yang tidak menggantungkan diri pada kemampuan diri sendiri ; Iman yang tidak santai dan tinggal bermalas-malasan dengan perasaan masa bodoh karena sudah “berserah kepada Allah”.

IMAN adalah suatu kekuatan bagi kita untuk bergumul dengan Allah dalam rangka rencanaNya yang telah dinyatakan melalui firmanNya. IMAN akan membuat kita bersembunyi di bawah penjagaan Tuhan dan membuat kita berhenti untuk memaksakan kehendak kita kepada Tuhan!

Dan IMAN tidak akan membuat umat Allah jadi lemah. IMAN mempercayai sabda Tuhan dengan sungguh-sungguh dan IMAN membuat seseorang yang percaya merasa tidak takut pada perintah seorang raja sekali pun !

IMAN yang sejati kepada Tuhan akan membuat seseorang berdiri teguh mempertahankan panji-panji sorga apa pun resiko yang diterimanya.

Tetapi jangan salah dan ingatlah selalu bahwa IMAN bukanlah kekuatan dari kita sendiri. IMAN hanya membuat kita percaya pada Allah dan bergantung sepenuhnya kepada Allah, tetapi kekuatannya berasal dari Allah. Kekuatan itu adalah milik Allah.

Yang menggerakkan hati dan mengirim puteri raja Firaon ke tepi sungai untuk menjumpai bayi Musa adalah malaikat-malaikat Tuhan dan yang membuat Musa menangis sehingga menyentuh perasaan puteri Firaon adalah karena Allah yang menjaganya. Musa telah dipelihara oleh Tuhan dan Musa dikembalikan kepadanya, Yokhebed, yang telah mendoakan keselamatan bayi itu bukan untuk kepentingannya sendiri saja, melainkan untuk seluruh bangsa Israel, bangsa pilihan Allah yang mewakili kerajaan Allah.

Yokhebed hidup memikirkan Allah dan Kerajaan-Nya! Berbeda sekali dengan kita pada dewasa ini.

prayerbrdoa CopyPernahkah kita bergumul dalam doa yang sungguh-sungguh demi keselamatan jiwa orang lain? Pernahkah kita tercurah air mata kita dan hancur hati kita karena memikirkan keselamatan jiwa orang itu? Pernahkan kita mendoakan sungguh-sungguh orang yang mungkin telah menyakiti hati kita agar orang itu diselamatkan? Jika belum, jangan kuatir, Tuhan akan membuat kita seperti Yokhebed apabila kita mau dan bersedia. Tuhan sedang mempersiapkan suatu umat yang akan disebut umat pilihan-Nya!

Yokhebed tahu bahwa Musa adalah bukan miliknya sendiri. Musa adalah milik Allah walau pun secara resmi Musa telah diambil sebagai anak oleh puteri Firaon dan Allah telah mengarahkan puteri Firaon untuk menunjuk Yokhebed mengasuh Musa. Sungguh ajaib tangan penjagaan Tuhan! Yokhebed tidak mendidik Musa untuk manusia walau pun Musa adalah puteri Firaon. Ia mendidik Musa dengan rajin dan tekun dalam kebenaran firman Tuhan yang telah dinyatakan melalui para malaikat Tuhan. Yokhebed membekali Musa bagi Allah dan umat pilihan-Nya. Yokhebed tahu di mana ‘peperangan’ itu harus dilakukan. Ia mempersiapkan Musa untuk kerajaan Allah sebab ia tahu bahwa kelak Musa harus diserahkan pada puteri Firaon untuk dididik dalam kebesaran dan keberhalaan bangsa Mesir yang bertentangan dengan kehendak Allah!

Dengan tekun Yokhebed memperkenalkan Musa kepada umat pilihan Allah. Yang manakah umat Allah itu? Aduhh…… memalukan sekali! Ternyata umat pilihan Allah adalah orang-orang menjadi budak dan diperhamba oleh bangsa Mesir! Umat Allah adalah yang hina dina, yang berbau menyengat hidung, dan yang dicambuki dan dipaksa untuk bekerja keras. Umat pilihan Allah adalah orang-orang yang tidak sedap dipandang oleh mata! Tetapi ALLAH tidak malu menganggap bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya! Yokhebed pun tidak malu. Ia memperkenalkan umat itu kepada Musa sejak dini, supaya apabila Musa telah berada di dalam lingkungan kerajaan Mesir kelak, ia tidak akan lupa dan tetap ingat akan kerajaan Allah dan umat-Nya itu.

DI MANAKAH UMAT ALLAH DEWASA INI ??

Mengapa kita tidak melihat suatu umat yang suci, bersih, agung, mulia, dan murni yang bebas dari segala bentuk dosa? Mengapa kita justru melihat dan menjumpai orang-orang Kristen, yang mengaku sebagai jemaat pilihan Tuhan, dan rindu dengan kedatangan Yesus kedua kali, …. justru penuh dengan noda dan cela ? Bagaimana mungkin sementara mengaku sebagai umat Tuhan tetapi memiliki kebiasaan dan kesenangan dengan rokok yang mengotori tubuh sebagai Bait Allah ini? Bagaimana sebagai umat Tuhan yang mengaku ingin memuliakan Allah namun dengan pakaian super ketat dan super pendek yang dikenakannya, bahkan ketika memasuki gereja untuk beribadah?

Sungguh menyedihkan keadaan umat Allah ini. Memang, umat Allah adalah umat yang sedang diperhamba oleh dosa. Lebih sering identik dengan hal yang buruk dari pada yang baik. Kita patut merasa sedih dan menjadi sangat prihatin. Tetapi sedih dan prihatin karena siapa ? Apakah karena si ‘A’, ‘B’ atau si ‘C’? Tidak. Kita patut merasa prihatin karena DIRI KITA SENDIRI.

Kita pun sering melakukan hal-hal yang sama walau pun dalam bentuk yang berbeda tanpa kita sadari. Merasa diri benar, merasa bangga dengan jabatan pelayanan. Merasa diri paling terhormat karena harta yang kita donasikan dalam pelayanan. Merasa diri terhormat karena lulusan dari perguruan tinggi dengan banyak gelar Phd, MM, MBA, dan lain-lain.

Tetapi Apakah Allah malu untuk memanggil kita sebagai UMATNYA ?

Pilihan Allah atas manusia bukan pilihan atas dasar keadaan manusia itu, melainkan atas dasar perjanjian Allah dengan manusia itu melalui Yesus Kristus. Bangsa Israel dianggap sebagai umatNya disebabkan, “Perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub.” (Keluaran 2:24)

Perjanjian itu dilakukan atas dasar YESUS KRISTUS. (Bacalah Galatia 3 :16). Oleh sebab itu manakala bangsa Israel menolak Kristus pada waktu kedatanganNya yang pertama kali, perjanjian dengan mereka menjadi batal dan perjanjian itu beralih kepeda mereka yang mempercayai KRISTUS, yaitu gereja-Nya. Kemudian gereja Tuhan itu menggenapi nubuatan Alkitab dan memasuki 7 masa peralihan.

Dan sekarang kita berada di peralihan yang terakhir, yaitu masa sidang LAODIKEA. Walau pun sidang kita dikenal sebagai jemaat yang suam-suam kuku, tidak panas mau pun dingin, tercela dan penuh cacat cela di hadapan Allah, KEBENARAN firman Allah tetap berada di situ dan Laodikea masih merupakan sidang-NYA dan umat yang berada di dalam kandang itu masih merupakan umat-NYA.

Umat Allah berada di dalam perhambaan dosa dewasa ini, seperti halnya bangsa Israel di bawah perhambaan bangsa Mesir pada waktu itu. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa Allah tinggal diam. Melalui firman-Nya, Ia telah mengatakan bahwa Ia telah menyediakan jalan kelepasan bagi kita dari perhambaan dosa. Itu sebabnya Laodikea diminta untuk menyadari keadaan dirinya sendiri. Ia minta Laodikea untuk mengakui kepemimpinanNya, sebab Ia telah menyediakan jalan kelepasan dari dosa menuju kepada pembentukan PETA ALLAH kembali. Laodikea diminta untuk BERTOBAT dan MENGIKUTI DIA. Tuhan rindu untuk segera melepaskan kita dari perhambaan dosa, dan domba-domba-Nya yang lain yang masih berada di kandang-kandang yang lain, akan ikut dipanggil untuk dilepaskan! Kita sedang memasuki TAHAP TERAKHIR dari pekerjaan Allah di dunia ini. Laodikea harus bertobat kepada Allah atau akan mengalami peludahan keluar dari mulut-Nya! (Baca Wahyu 3:14-22).

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *