KETIKA PARA NABI MENGELUH

1392238 19160608 800x600

 

1 Petrus 2:9 berkata
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Tuhan sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.

[AkhirZaman.org] Sebagai suatu umat yang dipilih Tuhan, kita percaya bahwa kita dipanggil untuk mengabarkan amaran terakhir bagi dunia yang segera binasa ini (Pekabaran malaikat ketiga – 5 Testimonies 206.3). Semakin hari tanda-tanda kedatangan-Nya semakin digenapi dan dari hal itu saja kita sudah dapat melihat bahwa dunia ini sedikit lagi akan berakhir. Namun, masih ada satu tugas yang masih perlu dilakukan. Masih ada domba-domba Tuhan yang ada diluar kandang (Yohanes 10:16) yang perlu dituntun untuk bergabung menjadi satu kawanan untuk menanti kedatangan Gembalanya. Mencari domba yang sesat, memberikan pekabaran bagi mereka yang belum pernah mendengarkannya.

Menjadi pekabar-pekabar Tuhan di masa terakhir dari dunia ini tentu bukanlah perkara yang mudah. Kenyataannya banyak orang yang menolak panggilan Tuhan untuk bersuara, untuk meniup sangkakala sekuat-kuatnya dan bahkan beberapa pekabar-pekabar Tuhan terdahulu hampir-hampir saja menolak untuk digunakan oleh-Nya. Oleh karena itu, perlu kita melihat kembali apa yang sudah dialami oleh pekabar-pekabar terdahulu yang Tuhan utus dan bagaimana kepercayaan mereka dapat Tuhan menangkan maka kitapun bisa mendapatkan kekuatan sebagaimana Yesus pun saat itu dikuatkan (Matius 17:3 ; Markus 9:4 ; Lukas 9:30).

Wahyu 12:11 katakan, umat Tuhan dapat berjalan terus dan mengalahkan setan dengan darah Anak Domba dan juga oleh perkataan KESAKSIAN mereka

Note : Artikel ini mengandung ayat-ayat dan kutipan Roh Nubuat, bukalah dan temukan sendiri apa yang tertulis disana, maka anda akan mendapatkan makna yang lebih dalam tentunya dengan tuntunan Roh Kudus. Jangan lupa berdoa sebelum mencari ‘ada tertulis’.

TERANG DIBALIK KABUT
Anda ingat kesaksian kehidupan Musa? Di mata ketiga agama Monotheis terbesar dunia (Kristen, Yahudi, Muslim), Musa dianggap sebagai salah satu nabi yang besar. Bagaimana Tuhan bekerja melalui dia untuk membawa bangsa Israel ketanah Perjanjian, Musa juga mendapat kesempatan untuk berbicara dengan Tuhannya muka dengan muka sebagaimana teman (Keluaran 33:11). Namun ingatkah kita bahwa diawal perjalanannya, Musa hampir saja menolak menjadi alat Tuhan? (Keluaran 2:23-4:17)

Musa memberikan bebarapa alasan kepada Tuhan yang bisa jadi adalah alasan kita juga untuk menolak panggilan Tuhan. Marilah kita pelajari sama-sama.

  1. Siapakah aku ini (Keluaran 3:11)? Bukankah saya adalah orang berdosa? (Musa adalah pembunuh – Keluaran 2:12)
  2. Bagaimana kalau mereka bertanya nama-Mu (Keluaran 3:13)?
  3. Bagaimana kalau saya ditolak? Jangan-jangan nanti saya dianggap pendusta (Keluaran 4:1)?
  4. Tuhan saya tidak berbakat (Keluaran 4:10)!
  5. Suruh saja yang lain Tuhan (Keluaran 4:13)!

Bayangkan jika saat itu Musa menolak, maka pengalaman-pengalam luar biasa berjalan bersama Tuhan tidak akan ia dapatkan. Dan pada akhirnya, Musa, saat dia tertidur didalam kubur, Mikhael menjemputnya dan membangkitkannya (Yudas 1:9)

Ada banyak pelajaran yang kita bisa dapatkan dari alasan-alasan yang diberikan Musa, namun biarlah kita pelajari masing-masing dengan tuntunan Roh Kudus.

TERTINGGAL SENDIRI
Keluhan selanjutnya ialah yang dialami seorang Nabi yang tidak mengalami kematian, yang dijemput dengan kereta kuda berapi untuk tinggal disurga (2 Raja-raja 2:11).

Pengalaman Elia, akan menjadi pengalaman umat Tuhan juga. Akan ada satu saat dimana umat Tuhan akan merasakan keadaan sendirian mengabarkan Firman Tuhan sebagaimana yang Elia alami (1 Raja-raja 19:10, 14), ketakutan ditinggal sendiri dan memutuskan untuk lebih baik mati (1 Raja-raja 19:4). Ketika hal itu terjadi, ingatlah pengalaman Elia, bahwa ternya dia tidak sendiri, ada umat Tuhan juga diluar sana yang memiliki pergumulan yang sama dengan.

KESALAHAN YANG MENGINSPIRASIKAN
Pengalaman selanjutnya ialah nabi Yunus. Seorang nabi yang bukan hanya menolak tapi melarikan diri dan mengikuti logikanya sendiri sehingga membuat jalan lain (Yunus 1:2-3). Hampir sama seperti Musa, Yunus takut ditolak, merasa bahwa tugasnya itu terlalu berat (Prophets and Kings 266) sampai akhirnya Tuhan menggunakan orang-orang kafir untuk mengingatkan Yunus akan misinya (Yunus 1:4-16). Yunuspun disadarkan dan kemudian  menulis satu doa ucapan syukur yang luar biasa (Yunus 2:2-9). Dan akhirnya , tanpa rasa takut dibunuh, Yunus menyerukan pekabaran Tuhan sekuat-kuatnya. (Yesaya 58:1)

Kita tahu bersama bahwa pada akhirnya, satu kota Niniwe dari raja hingga kalangan bawah bertobat. Pelajaran yang tidak boleh terlupakan dari kesaksian hidup Yunus ialah Tuhan tidak meninggalkan kota besar. Ada banyak domba Tuhan didalamnya yang terkadang kita berpikir dan mencap bahwa ada beberapa golongan orang diluar sana tidak akan bertobat padahal mereka sedang menanti-nanti kabar keselamatan yang datangnya dari Tuhan dan menunggu.

Roma 10:14, 15
“Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tiak ada yang memberitakannya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakannya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis : ‘Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

Namun ditengah-tengah keberhasilan yang besar, satu kota bertobat, gantinya bersuka cita, Yunus mengeluh dan ingin mati saja (Yunus 4:2, 3) karena nubuatan yang dibawanya itu tidak terjadi (Yunus 3:4, 9, 10) dan takut dikatakan sebagai Nabi Palsu (Yeremia 28:9). Yunus lebih mementingkan reputasinya (Christ Triumphant 172.3), inilah pelajaran lain yang perlu diperhatikan!

PEMBACA YANG KEKASIH
Suatu perasaan kewajiban terhadap saudara dan saudari dan keinginan supaya darah jiwa-jiwa tidak akan mengotori jubah saya, itulah yang mendorong saya untuk menulis buku kecil ini. Saya menyadari akan ketidak-percayaan yang terdapat dalam pikiran terhadap khayal-khayal, juga bahwa banyak orang yang mengaku sedang menunggu Kristus dan mengajarkan bahwa kita sekarang sudah berada dalam “zaman akhir” mengatakan bahwa khayal-khayal itu berasal dari Setan. Saya memang sudah mengetahui akan mendapat banyak perlawanan dari orang-orang tersebut, dan sekiranya saya tidak merasa bahwa Tuhan menuntut itu dari saya, maka saya tidak akan menceritakan penglihatan-penglihatan saya itu kepada umum, sebab ada kemungkinan khayal-khayal itu akan menimbulkan rasa benci dan olokan orang-orang. Tetapi saya lebih takut kepada Tuhan daripada manusia.

Ketika pertama kali Tuhan memberi saya pekabaran untuk disampaikan kepada umat-Nya, sulitlah bagi saya untuk menyatakannya, sehingga sering saya melunakkannya dan menjadikannya sehalus mungkin jangan-jangan sampai menyakiti hati orang lain. Adalah merupakan suatu ujian besar untuk memberitakan pekabaran itu sebagaimana Tuhan memberikannya kepada saya. Saya tidak menyadari bahwa saya sangat tidak setia dan tidak melihat dosa serta bahaya berlaku demikian sampai dalam khayal say dibawa kehadirat Yesus. Ia memandang kepada saya dengan marah dan memalingkan wajah-Nya dari saya. Tidaklah mungkin menggambarkan rasa takut dan kesengsaraan yang saya rasakan. Saya jatuh tersungkur menyembah dihadapan-Nya, tetapi tidak ada kuasa untuk mengucapkan sepatah katapun. Aduh, betapa saya ingin dibungkus dan terhindar dari amarah yang menyeramkan itu! Barulah saya dapat menyadari sekarang, bagaimana nanti peraasaan orang-orang yang hilang apabila mereka akan berseru, “Gunung-gunung dan batu-batu karang, runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.1”

Pada saat itu seorang malikat membangkitkan saya, dan pemandangan yang saya saksikan amatlah sukar untuk diceritakan. Suatu rombongan ditunjukkan keapda saya, rambut mereka kusut dan pakaiannnya compang-camping serta wajah mereka menunjukkan putus asa dan sangat ketakutan. Mereka mendekati saya lalu mengambil jubah mereka dan menggosokkannya pada jubah saya. Saya melihat jubah saya sudah bernoda dengan darah dan darah tersebut membuat jubah itu berlobang. Sekali lagi saya jatuh seperti orang mati di kaki malaikat yang menyertai saya. Saya tidak dapat meminta maaf. Lidah saya menjadi kelu sama sekali, dan saya ingin supaya berada jauh dari tempat yang kudus tersebut. Sekali lagi malaikat itu mengangkat saya berdiri seraya berkata, “Ini bukanlah perkaramu sekarang, tetapi pemandangan ini telah lewat dihadapanmu supaya engkau mengetahui apakah kedudukanmu jika sekiranya engkau lalai menyampaikan kepada orang lain apa yang telah dinyatakan Tuhan kepadamu. Tetapi jikalau engaku setia sampai kesudahan, engkau akan makan dari pohon kehidupan dan akan minum air dari sungai kehidupan itu. Engkau akan menderita banyak, tetapi cukuplah kasih karunia Tuhan bagimu.” 2 Barulah saya mau melakukan semua yang Tuhan tuntut kepada saya untuk dilakukan supaya saya memperoleh belas kasihan-Nya dan tidak akan merasakan amarah-Nya yang dahsayt itu. (Ellen G. White, Tulisan-tulisan Permulaan – Masa Pengumpulan)

Karena inilah kehendah Tuhan yaitu pengudusan kita (1 Tesalonika 4:3)
Tuhan bisa saja mencapai tujuan-Nya dalam menyelamatkan orang-orang berdosa tanpa pertolongan kita, tetapi agar kita dapat mengembangkan tabiat seperti tabiat Kristus, kita harus mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya. –  Kerinduan segala zaman, hal 142

1 Wahyu 6:16
2 2 Korintus 12:9

Sumber : Inspirasi Firman Tuhan (25 April 2013)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *