Seperti apakah Surga itu?

akhir zaman

[AkhirZaman.org] Pernahkan Anda memikirkan seperti apakah hidup dalam kekekalan itu?
Saya pernah tergabung dalam kelompok pemuda gereja yang mana ada satu acara rutin dalam pertemuan kami, yaitu diskusi panel. Satu diskusi yang saya ingat dengan baik membahas tentang perkiraan. Topiknya : bagaimana kita mengisi masa kekekalan? Salah seorang pembicara menunjukkan beberapa ayat Alkitab yang mengarahkan bahwa kita akan membangun rumah dan mendiaminya, menanami kebun anggur dan memakan buahnya. (lihat Yesaya 65:21)
Ketika tiba giliran saya untuk berbicara, saya tidak punya keinginan untuk menghabiskan jutaan tahun saya untuk membangun rumah dan bertanam anggur. Saya jauh lebih tertarik dengan menjelajah antariksa. Saya membaca banyak hal tentang fiksi ilmiah saat saya muda, meskipun ibu saya berusaha untuk membujuk saya untuk meninggalkan hal itu ”Jim” katanya, “jangan habiskan waktumu untuk bacaan tidak berguna itu” tidak ada seorangpun yang dapat pergi ke bintang-bintang.” Pada tahun 1969, saat para astronot mendarat di bulan, ia sudah pikun, jadi dia tidak tahu apa-apa tentang pencapaian besar yang dibuat manusia. Karena diskusi panelnya terjadi sebelum tahun 1969, saya juga tidak tahu saat itu.
Saya telah kehilangan minat terhadap fiksi ilmiah tanpa saya sadari, tapi pada saat diskusi itu, saya katakan pada orang-orang yang mendengarkan bahwa saya percaya kita akan mengunjungi ribuan dunia lain pada kehidupan selanjutnya. Tidak semua orang setuju. Saya akan terkejut jika mereka semua setuju. Kita semua mempunyai ide-ide penuh pengharapan, dan jika memungkinkan mencoba untuk menguatkannya dengan ayat-ayat Alkitab favorit kita. Saya akan mencoba melakukannya sekarang.

Yesus sang Pencipta
Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa Yesus sendiri yang menciptakan dunia. Yohanes menuliskan “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. (Yohanes 1:3). Kita tidak tahu ada berapa banyak dunia yang diciptakan, namun kita tahu bahwa para astronot menemukan planet-planet lain mengorbit pada bintang-bintang. Orang-orang Kristen akan sangat terkejut jika tidak demikian adanya. Mengapa Bapa yang Maha Kasih menciptakan alam semesta jika tidak untuk dihuni seperti dunia kita?

Ini menimbulkan pertanyaan berkaitan : Tidakkah kita berharap , sebagai Pencipta, Yesus akan mengunjungi dunia-dunia itu? Tuhan itu Kasih. Saya yakin Dia akan berbuat demikian. Saya sebagai ayah, senang menghabiskan waktu dengan anak-anak saya. Tetapi saya baca dalam Wahyu 14:4 bahwa setidaknya beberapa yang ditebus akan mengikuti Anak Domba kemana Ia pergi! Saya ingin melihat Orion dan memandang dari dekat Nebula Raksasa. Lalu Antares, bintang bergetar di Scorpius. Saya ingin tahu  mengapa dia bisa muntah dan mengerut. Andromeda juga selalu menjadi pusat ketertarikan saya sejak saya membaca tentang betapa besarnya alam semesta yang terdiri dari jutaan galaksi, masing-masing terdiri dari milyaran tata surya.

Fiksi ilmiah melihat kosmos sebagai sesuatu bahaya, dengan banyak makhluk luar angkasa yang tidak ramah menginvasi bumi, satu-satunya planet aman kita. Saat Alkitab diam saja tentang hal ini, sepertinya mengindikasikan sebaliknya, planet Bumi adalah satu-satunya dari seluruh ciptaan yang berdosa dan masih terdapat pemberontakan. Oleh karena itu, saat kita tiba di surga, kita dapat mengharapkan sambutan yang hangat kemana saja kita menjelajah. Oh, seandainya saja saya dapat mengunjungi setiap cahaya bintang yang sering saya pandang di langit malam!

Tetapi ada lebih banyak lagi daripada hanya sekedar keingintahuan. Sebagai anak Tuhan, bagian dari keluargaNya, saya ingin menjadi teman bagi seluruh anggota keluargaNya, dan saya percaya Dia menginginkan terjadinya persatuan.

Tentu saja dengan kekekalan yang kita miliki, mempunyai teman-teman baru, apakah kita akan menunggu jutaan tahun untuk mengunjungi mereka lagi? Atau adakah pilihan lain?  1 Korintus 2:9  Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”  Pikiran kita tidak dapat mengerti apa yang Tuhan sudah sediakan untuk kita, tapi saya sedia untuk mencobanya.

Ketiadaan Waktu
Dalam Wahyu 10:6, saya baca bahwa “Tidak akan ada penundaan lagi! Pernyataan tersebut dalam konteks apa yang akan terjadi sesaat sebelum Kristus datang, dapatkah memberi arti yang lebih dalam? Seperti yang saya perhatikan dari binatang, saya mulai menangkap makna dari adanya waktu yang terbatas. Burung-burung bermigrasi dengan insting mereka, kemana mereka harus pergi, tetapi mereka tidak mencoba mencari tahu mengapa mereka harus pergi. Kita manusia pasti mencari tahu. Kita haus akan pengetahuan. Pengertian paling mendekati dari relativitas waktu diilustrasikan dalam sebuah buku yang saya tulis. Saya dapat mematikan computer dan melupakan ceritanya selama seminggu. Lalu, saat saya siap untuk memulai lagi, saya buka berkasnya, langsung menuju halaman terakhir atau dua halaman terakhir dan langsung! Saya kembali ke dalam cerita. Untuk karakter dalam cerita saya, dia tidak melewatkan waktu sedikitpun. Tuhan adalah penulis cerita kehidupan kita. Dia ada di luar dari parade waktu, dan saya hidup dengan harapan bahwa Ia akan, dalam kekekalannya, bagaimanapun caranya memasukkan saya ke dalam rancangan ketiadaan waktuNya.

Beberapa orang mungkin bertanya, ”Apakah anda sedang menyarankan bahwa umat tebusan akan menikmati omnipresence? omnipotence, omniscience, omnipresence—adalah istilah-istilah teologi yang berarti Tuhan memiliki kuasa tidak terbatas, pengetahuan yang sempurna akan segala hal, dan Dia dapat berada dimana-mana seutuhnya. Tidak seorang pun dari kita dapat menjadi seperti itu! Kenyataannya, saya dapat memperoleh kesan yang bervariasi dari Alkitab bahwa dosa Lucifer adalah mengingini ketiga atribut keilahian itu. Tetapi Pencipta kita membuat manusia segambar denganNya, dan termasuk di dalamnya usia kekal. Dia akan meletakkan pengetahuanNya pada kita, dengan kebijakan sorga yang masih tersimpan. Dia memberikan manusia karunia untuk mencipta, yang adalah contoh kecil dari kemampuanNya dalam Mencipta. Oleh  karena itu , saya yakin bahwa bagiNya tidak mustahil untuk mengajak umat  tebusanNya berjalan-jalan di alam semesta bersamaNya, tidak terhalang oleh batasan waktu yang sangat memusingkan bagi kita sekarang. Bahkan di planet ini, saya berharap liburan dapat diperpanjang, tetapi jam dan kalender selalu menjadi musuh saya.

Saya mengharapkan hari dimana saya dan istri saya bertemu kembali. Tahun berganti tahun, saya berharap dapat menekan tombol “percepatan”. Oh betapa manisnya pemikiran bahwa saat kita jumpa Yesus, Dia akan menghilangkan belenggu waktu dan semesta yang mangikat kita sekarang. Saya ingat kata-kata seorang penulis : ”Bumi yang ditebus akan merentangkan sayapnya menuju dunia yang jauh. ”Saya yakin Tuhan mengerti mengapa saya kesal dalam masa penantian ini. Dia mengasihi saya. Dia akan berbagi diriNya dengan saya.”

Memandang pada terang ini, janji dalam 1 Korintus 2:9 menjadi lebih berharga dan bermakna: ”Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia. “Saya juga teringat pada ayat 11 : ”Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” Roh Kudus mengetengahi atas nama kita. Dia ada di samping kita. Dia adalah teman kita. Oleh karena itu, saya dapat mengemakan kata-kata terakhir Yohanes dalam buku Wahyu, yang juga kata-kata penutup keseluruhan Alkitab : ”datanglah, Tuhan Yesus!” (Wahyu 22:20)
Saya sambut dalam hati “Amin”.

Oleh: Jim Beyer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *