Yesus di Padang Belantara

1402735_49823549_b

   [AkhirZaman.org] Sangat mudah untuk melakukan kompromi, bukankah demikian? Khususnya dengan bertambahnya usia, beberapa hal tidak lagi hitam atau putih seperti sebelumnya. Kita berkompromi di sini sedikit, di sana sedikit, dan berubah sedikit. Kemudian, dengan berjalannya waktu kita kompromi lagi di sini sedikit, di sana sedikit, dan berubah sedikit lagi. Kemudian dengan berjalannya waktu kita pun kompromi lagi di sini sedikit, di sana sedikit, dan berubah lagi. Tanpa disadari, dalam waktu itu kita akan berubah menjadi orang yang tidak pernah kita bayangkan sama sekali. Perubahan yang sedikit demi sedikit inilah yang menjadi akibat kompromi.

    Walaupun kadang-kadang kita perlu longgar sedikit di sana sini dan mau mengalah sedikit di sana sini, seringkali kita akan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah kita bayangkan.

    Dalam Matius 4:1-11, Setan mencobai Yesus di padang belantara. Bagi Setan, Yesus adalah tembok yang tidak bisa ditembus. Apa pun upayanya, dia tidak mampu membuat Yesus berkompromi. Yesus bahkan lebih kuat dari Tembok Cina yang tetap tidak bisa ditembus selama berabad-abad. Tembok Cina pernah ditembus musuh. Caranya? Seseorang memberi suap kepada penjaga gerbangnya. Semua kerja keras dan semua batu keras itu hampir tidak berguna sama sekali karena ada penjaga gerbang yang berhenti melakukan apa yang semestinya.

    Ya, bertindak kompromistis itu mudah. Terlalu mudah. Setan akan bekerja melalui nafsu makan, melalui keangkuhan, dan melalui keinginan kita akan harta dunia. Dia akan menggunakan semua jalur yang dapat dia gunakan untuk menjatuhkan kita ke dalam dosa, melanggar integritas dan untuk mendorong kita jauh dari Yesus. Kita bukan saja perlu mengenali strategi yang digunakan oleh Setan, kita juga perlu tahu bagaimana menuntut janji-janji Allah sehingga kita tidak tergoda untuk melakukan apa yang kita ketahui salah. Kita dapat menang hanya dengan bergantung sepenuhnya kepada kuasa Allah dan kerelaan untuk menyangkal diri.

    Kebenaran apakah dalam kehidupan Anda yang Anda kompromikan? Apakah yang Anda rasakan ketika melakukan itu untuk pertama kalinya? Setelah melakukannya lagi, apakah hati nurani Anda tidak terlalu terganggu seperti sebelumnya? Ataukah hati nurani Anda tidak lagi terusik sama sekali oleh pelanggaran itu?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *