PENDIDIKAN DAN TABIAT

akhir zaman

[AkhirZaman.org] Pendidikan yang benar bukanlah artinya mengesampingkan pengetahuan yang bersifat ilmiah atau buku – buku pengetahuan mengenai sastra; akan tetapi yang lebih penting ialah yang memberi kuasa yang bernilai; diatas kuasa adalah kebajikan; diatas kecerdasan pikiran adalah tabiat. Orang berbudi luhur lebih banyak diperlukan diduniaini daripada orangyangmemiliki kecerdasan besar. Pendidikan itu memerlukan orang yang memiliki kesanggupan yang dikendalikan oleh prinsip yang teguh.

“Permulaan hikmat ialah takut akan Tuhan”: perolehlah hikmat . “ Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan.” Amsal  1:7; 15 : 2. Pendidikan yang benar mengajarkan kebijaksanaan ini. Pendidikan itu mengajarkan  penggunaan yang terbaik, bukan saja hanya satu melainkan segala kemampuan dan kecakapan. Demikianlah pendidikan itu mencakup segenap lingkaran kewajiban – baik terhadap diri kita sendiri, terhadap dunia, dan terhadap Tuhan.

Pembangunan tabiat merupakan tugas terpenting yang pernah dipercayakan kepada manusia; dan belum pernah sebelumnya hal itu dipelajari lebih sungguh – sungguh selain dari pada sekarang ini. Belum pernah ada angkatan manusia sejak zaman dulu yang menghadapi masalah yang begitu sungguh – sungguh selain daripada sekarang ini. Belum pernah ada angkatan manusia sejak zaman dahulu yang menghadapi masalah yang begitu sungguh – sungguh selain dari pada zaman ini; belum pernah sebelumnya anak – anak muda, pria dan wanita menghadapi bahaya paling gawat selain dari pada apa yang mereka hadapi sekarang ini.

Untuk masa seperti ini, bagaimanakah kecenderungan pendidikan yang diberikan? Motif apakan yang sering diminta ? jawabnya, untuk kesenangan diri sendiri. Banyak pendidikan yang diajarkan berlawanan dengan nama yang sebenarnya. Dalam pendidikan yang benar, cita – cita yang mementingkan diri sendiri, kerakusan untuk mendapatkan kuasa, tidak menghargai hak – hak dan keperaluan manusia, merupakan kutuk bagi dunia kita. Tuhan mempunyai rencana bagi hidup setiap orang. Masing – masing harus memanfaatkan talentanya dengan sebaik – baiknya, dan setia melakukannya; apakah hal itu sedikit atau banyak haruslah menjadi sesuatu yang meninggikan dan untuk kemuliaan bagi Tuhan. Tuhan tidak pernah merencanakan persaingan yang mementingkan diri. Tidaklah bijaksana mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. II Korintus  10 : 12.

Apa saja yang kita lakukan, baiklah kita lakukan hal itu “ dengan kekuatan yang dianugerahkan Tuhan. “ 1 Petrus 4 : 11. Hendaklah melakukan “ dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya. “ kolose 3 : 23, 24. Alangkah indahnya pelayanan yang dilakukan dan pendidikan yang diperoleh untuk melaksanakan prinsip ini. Akan tetapi, betapa berbedanya dengan pendidikan yang berlangsung masa kini ! Dari sejak usia permulaan, si anak sudah diajak bertanding dan bersaing; hal itu menanamkan sifat mementingkan diri sendiri, sebagai akar segala kejahatan.

Maka terjadilah pertarungan memperebutkan kekuasaan, dan hal itu mendorong timbulnya “ kecerobohan “ dan dalam banyak hal merusak kesehatan yang tidak membuat pantas untuk melakukan pekerjaan yang berguna. Dan sering terjadi bahwa persaingan menuntun kepada kecurangan; dan oleh timbulnya cita – cita dan rasa tidak puas, merusak hidup dan menambah manusia yang gelisah diatas bumi, dengan kekerasan yang terus menerus mengancam masyarakat.

Hal itu bukan saja membahayakan metode, tetapi juga membahayakan pokok masalah penelitian.

Bagaimanakah, pada masa – masa usia yang masih muda dan mudah dipengaruhi, pikiran orang muda diarahkan dan diisi ? Pada waktu mempelajari bahasa dan sastra, dari sumber mata air yang bagaimanakah orang- orang muda itu diajar ?Jawabnya, dari mata air kekafiran; dari mata air kebobrokan kekafiran zaman dahulu kala. Mereka diajak mempelajari karya pengarang, tanpa menelitinyaa, yang menyatakan bahwa mereka tidak menaruh perhatian pada azas moral.

Dan betapa banyak pengarang zaman modern ini yang dinyatakan sama dengan yang diatas itu ! memang banyak bahasanya yang baik dan indah, akan tetapi hal itu merupakan kedok untuk menyelewengkan prinsip agar dalam kebobrokannya merusak pembacanya.

Disamping itu, banyak sekali pengarang cerita fiksi, memanjakan impian akan istana kemewahan. Mungkin juga para pengarang itu tidak menerima tuduhan menyatakan kecabulan, akan tetapi karya mereka betul – betul penuh dengan yang jahat. Karya itu merampok beribu – ribu waktu dan tenaga, dan disiplin diri sendiri yang diperlukan dalam memecahkan pelbagai masalah hidup yang keras.

Sebagaimana pada umumnya, mempelajari ilmu pengetahuan, juga mengandung bahaya besar. Teori evolusi dan pelbagai macam kesalahan diajarkan disekolah – sekolah dalam setiap tingkat, mulai dari taman kanak – kanak sampai di perguruan tinggi. Demikianlah halnya mempelajari ilmu pengetahuan, yang seharusnya mengajarkan tentang Tuhan, kini berbaur dengan spekulasi dengan teori manusia yang cenderung menuju pendurhakaan.

Bahkan, dalam mempelajari alkitab, seringkali dilakukan disekolah – sekolah, merampok harta kekayaan yang tidak ternilai harganya dari Firman Tuhan. Tugas dengan “kritik tingkat tinggi” dalam belajar tentang  struktur, dugaan – dugaan tanpa bukti, penyusunan kembali berdasarkan bagian tertentu, justru merusak Iman terhadap Alkitab sebagai suatu wahyu ilahi; merampok kuasa  Firman Tuhan untuk mengendalikan, meluhurkan dan memberi ilham kedalam hidup manusia.

Sementara  orang – orang muda keluar masuk di dalam dunia, untuk mendapat godaan melakukan dosa-yakni nafsu mendapatkan uang, mabuk hiburan dan pemanjaan diri, pamer kemewahan dan pemborosan, tipu daya, perampokan, dan kehancuran – ajaran apakah yang didapatkan disana ?

Spiritualisme mengajarkan bahwa manusia adalah setengah dewa yang tidak jatuh kedalam dosa; bahwa masing – masing akan menghukumkan diri sendiri, “ bahwa “ pengetahuan yang benar menempatkan manusia diatas semua undang – undang , “ bahwa “ segala dosa yang dilakukan adalah benar, “ dan “ Tuhan tidak menghukumkan. “ keburukan budi manusia terlukis di surga dan sangat diagungkan disana. Demikianlah hal itu menyatakan kepada semua orang, “ tidak peduli apa yang kau lakukan; hiduplah menurut kememauanmu sendiri, sorga adalah milikmu. “ Begitu banyak  orang yang yakin bahwa  keinginan merupakan undang – undang tertinggi, kebebasan adalah kemerdekaan, dan manusia bertanggung jawab untuk dirinya sendiri.

Bilamana ajaran yang demikian diajarkan pada usia muda, saat dorongan untuk segera berbuat sesuatu tanpa pikir panjang masih kuat, dan saat pengekangan diri dan kemurnian sangat diperlukan, dimanakah gerangan akan diperoleh kebajikan yang aman ? Bagaimanakah cara mencegah dunia dari Sodom yang kedua ?

Pada waktu yang sama, kelaliman sedang berusaha menyapu segala undang – undang, bukan saja undang –undang ilahi, tetapi juga undang – undang manusia. Pemusatan kekayaan dan kuasa; gabungan secara besar –  besaran untuk memperkaya sekelompok kecil orang sambil mengorbankan banyak orang; penyatuan kelompok orang – orang yang lebih miskin demi pembelaan kepentingan dan hak – hak mereka; semangat kegelisahan, kerusuhan dan pertumpahan darah; ajaran – ajaran yang meluas didunia sebagaimana yang membawa Revolusi Prancis –  semuanya cenderung melibatkan seluruh dunia dalam pergolakan yang sama, seperti yang menggoncangkan Prancis.

Hal demikian itu merupakan pengaruh yang akan dihadapi oleh orang – orang muda zaman ini. Untuk menghadapi pergolakan demikian, mereka harus meletakkan dasar – dasar tabiat masa kini.

Dalam setiap angkatan manusia, dan setia negri, terdapat dasar – dasar tabiat dan pola – polanya yang sama untuk pembangunan tabiat. Hukum ilahi berbunyi, “ Kasihilah Tuhan, Tuhanmu, dengan segenap hatimu; … dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” ( Likas 10 : 27 ), dan merupakan satu – satunya dasar yang patut diturut, dan penuntun yang pasti.

“ Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan” ( Yesaya 33 : 6 ), bahwa HIKMAT DAN PENGETAHUAN ADALAH SATU – SATUNYA YANG DIAJARKAN FIRMAN TUHAN.

Hal itu adalah benar juga untuk masa kita sekarang, sebagaimana saat Firman itu diucapkan kepada bangsa Israel, mengenai penurutan kepada Hukum – hukumNya : “ Itulah yang akan menjadi kebijaksanaan dan akal budimu dimata bangsa – bangsa. “ Ulangan 4 : 6.

Inilah satu – satunya benteng perlindungan bagi ketulusan hati individu, kemurnian rumah tangga, keamanan masyarakat, atau masa keamanan bangsa. Di tengah – tengah kekhawatiran hidup, bahaya dan pertikaian, satu satunya peraturan yang baik dan pasti ialah melakukan apa yang di Firmankan Tuhan. “ Torat Tuhan itu sempurna,” siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama – lamanya. “ mazmur 19 : 8 : 15 : 5.

Oleh Ellen White

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *