SEUMPAMA RAGI

632752_29563735_Copy

[AkhirZaman.org] Banyak orang yang terpelajar dan berpengaruh datang untuk mendengar nabi dari Galilea itu. Sebagian dari mereka memandang dengan perhatian ingin tahu terhadap orang banyak yang telah berkumpul di sekeliling Kristus ketika Ia mengajar di tepi tasik. Di tengah tengah orang banyak ini terdapat segala lapisan masyarakat. Ada orang miskin, orang buta huruf peminta minta, perampok dengan cap di wajahnya, orang yang lumpuh, orang yang diusir, pedagang, orang yang suka pelesir, berpangkat tinggi dan rendah, kaya dan miskin, semua berdesak desak satu dengan yang lain mencari tempat untuk berdiri mendengar perkataan Kristus. Manakala orang yang terpelajar ini memandang kepada kerumunan orang, mereka saling bertanya kepada diri mereka sendiri, Apakah kerajaan Allah terdiri dari orang orang semacam ini? Sekali lagi Juruselamat menjawab dengan sebuah perumpamaan:

“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”

Di kalangan orang Yahudi, ragi kadang kadang digunakan sebagai lambang dosa. Pada masa Paskah orang diperintahkan untuk menyingkirkan semua ragi dari rumah rumahnya, sebagaimana mereka harus menyingkirkan dosa dari hatinya. Kristus memberikan amaran kepada murid murid Nya, “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.” Dan rasul Paulus berbicara tentang “ragi keburukan dan kejahatan.” ‘ Tetapi dalam perumpamaan Juruselamat, ragi digunakan untuk menggambarkan kerajaan sorga. Ia menggambarkan kuasa yang menghidupkan dan mengembangkan dari rahmat Allah.

Tidak ada yang begitu keji, tidak ada yang jatuh begitu rendah, sehingga berada di luar pekerjaan kuasa ini. Pada semua orang yang mau menyerahkan dirinya kepada Roh Kudus suatu azas hidup yang baru akan ditanamkan; peta Allah yang hilang harus dipulihkan pada umat manusia.

Tetapi manusia tidak dapat mengubah dirinya sendiri dengan menggunakan kemauannya. Ia tidak memiliki kuasa dengan mana perubahan ini bisa berhasil. Ragi itu—sesuatu benda yang sama sekali dari luar—harus diadukkan ke dalam makanan sebelum keinginan untuk berubah timbul di dalamnya. Demikianlah rahmat Allah harus diterima orang berdosa sebelum ia dapat dilayakkan masuk kerajaan kemuliaan. Segenap kebudayaan dan pendidikan yang dapat diberikan dunia ini, akan gagal untuk menjadikan anak hina yang berdosa menjadi anak sorga. Tenaga pembaharuan harus datang dari Allah. Perubahan itu hanya bisa dilaksanakan oleh Roh Kudus. Semua orang yang akan diselamatkan, berpangkat tinggi atau rendah, kaya atau miskin, harus menyerahkan dirinya kepada pekerjaan kuasa ini.

Seperti ragi itu, bilamana dicampur adukkan dengan adonan bekerja dari dalam ke luar, begitulah juga oleh pembaharuan hati sehingga rahmat Allah bekerja untuk mengubah hidup itu. Perubahan perubahan di luar saja tidak cukup untuk membawa kita ke dalam persesuaian dengan Allah. Banyak orang yang mencoba untuk mengubah dengan memperbaiki kebiasaan buruk ini dan itu dan mereka berharap bahwa dengan jalan ini mereka menjadi orang Kristen, tetapi mereka memulainya dari tempat yang salah. Pekerjaan kita yang pertama adalah dengan hati.

Suatu pengakuan iman dan memiliki kebenaran di dalam jiwa adalah dua perkara yang berbeda. Sekedar mengetahui kebenaran tidaklah cukup. Kita bisa memiliki ini, tetapi alam pikiran kita tidak berubah. Hati harus ditobatkan dan disucikan.

Orang yang berusaha untuk memelihara hukum Allah dari perasaan wajib  saja—sebab ia dituntut harus berbuat begitu—tidak akan pernah masuk ke dalam kesukaan dari penurutan. Bilamana tuntutan Allah di anggap sebagai suatu beban sebab ia mengekang kecenderungan manusia, kita bisa mengetahui bahwa kehidupan itu bukanlah suatu kehidupan kekristenan. Penurutan yang benar adalah hasil kerja dari satu azas di dalam. Ia bertunas dari kasih kepada kebenaran, kasih terhadap hukum A11eh lni dari segala kebenaran ialah kesetiaan kepada Penebus kita.

Ini akan memimpin kita untuk berbuat hal yang benar sebab itu adalah benar sebabberbuat benar itu berkenan kepada Allah.

Kebenaran besar dari pertobatan hati oleh Roh Kudus dipersembahkan dalam perkataan Kristus kepada Nikodemus: “Aku ber kata kepadamu sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu; Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya lengan tiap tiap orang yang lahir dari Roh.”2

Rasul Paulus, menulis perantaraan Roh Kudus berkata, “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih Nya yang besar, yang dilimpahkan Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan kesalahan kita—oleh kasih karunia kamu diselamatkan—dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia Nya yang berlimpah limpah sesuai dengan kebaikan Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselarnatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” 3 Ragi yang tersembunyi di dalam adonan bekerja tanpa terlihat untuk membawa seluruh tepung itu ke dalam proses khamir; demikianlah ragi kebenaran itu bekerja secara rahasia, diam diam, tetap, untuk mengubah pra. Kecenderungan kecenderungan biasa diperhalus dan ditaklukkan. Pikiran pikiran yang baru, perasaan perasaan yang baru, motif motif yang baru ditanamkan. Sebuah ukuran tabiat yang baru didirikan—kehidupan Kristus. Pikiran diubah; kecakapan dibangunkan untuk bekerja dalam bidang baru. Manusia tidak dianugerahi pembawaan yang baru tapi pembawaannya itu disucikan. Angan angan hati dibangunkan. Kita dianugerahi perangai yang menyanggupkan kita bekerja bagi Allah.

Sering timbul pertanyaan, Kalau begitu, mengapa begitu banyak orang yang  mengaku percaya kepada firman Allah, dalam mana tidak tampak pembaharuan dalam perkataan, roh dan tabiat? Mengapa begitu banyak orang yang tidak bisa menahan perlawanan terhadap maksud maksud dan rencana rencananya, yang menunjukkan perangai yang tidak suci dan yang menggunakan kata kata yang kasar, terlanjur dan penuh nafsu? Dalam dirinya terlihat cinta diri yang sama, pemanjaan diri yang sama, perangai yang sama serta kata kata yang terlanjur yang terlihat dalam kehidupan orang dunia. Ada pula perasaan angkuh, menyerah kepada kecenderungan kecenderungan biasa yang sama, tabiat menyimpang yang sama, seolah olah kebenaran ini sama sekali tidak dikenalnya. Alasannya ialah karena mereka itu belum bertobat. Mereka tidak menyimpan ragi kebenaran itu di dalarn hatinya. Ia belum mendapat kesempatan untuk melakukan pekerjaannya. Kecenderungan kecenderungannya yang biasa dan yang cenderung kepada tindakan jahat belum ditaklukkan ke bawah kuasa yang dapat mengubahkannya. Kehidupan mereka menunjukkan tidak adanya rahmat Kristus, suatu ketidakpercayaan dalam kuasa Nya untuk mengubah tabiat.

“Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus.” 4 Kitab Suci adalah alat besar dalam mengubah tabiat. Kristus berdoa, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman Mu adalah kebenaran.”5 Jika dipelajari dan ditaati, firman Allah bekerja dalam hati, menaklukkan setiap sifat yang tidak kudus. Roh Kudus datang untuk mempertobatkan orang dari dosa dan iman yang bertunas dalam hati bekerja oleh kasih kepada Kristus, menyesuaikan kita dalam tubuh, jiwa dan roh, kepada peta Nya sendiri. Lalu Allah dapat menggunakan kita untuk melakukan kehendak Nya. Kuasa yang diberikan kepada kita bekerja dari dalam ke luar, memimpin kita untuk menyampaikan kepada orang lain kebenaran yang telah disampaikan kepada kita.

Kebenaran kebenaran firman Allah memenuhi keperluan yang besar dan praktis dari manusia—pertobatan jiwa perantaraan iman. Azas azas yang besar ini jangan dikira terlalu murni dan suci untuk dibawa ke dalam kehidupan setiap hari. Itu adalah kebenaran kebenaran yang mencapai sorga dan berlaku selama lamanya, namun pengaruhnya yang teramat penting harus dijalin dalam pengalaman manusia. Ia harus menembusi segala perkara perkara yang besar dan kecil dari kehidupan ini.

Jika diterima dan dimasukkan ke dalam hati, ragi kebenaran itu akan mengatur kehendak hati, membersihkan pikiran dan menghaluskan pembawaan. Ia meningkatkan kecakapan pikiran serta tenaga jiwa. Ia memperbesar kemampuan untuk merasa, untuk mengasihi.

Orang yang menghayati azas ini dianggap dunia sebagai suatu keajaiban. Orang yang mementingkan diri, cinta akan uang hidup hanya untuk menenteramkan dirinya, kekayaannya, kehormatannya dan kepelesiran dunia ini. Dunia yang baka tidak masuk perhitungannya. Tetapi bagi pengikut Kristus perkara perkara itu tidak akan mempengaruhi dia.

Demi Kristus ia akan bekerja dan menyangkal diri, agar ia dapat membantu pekerjaan besar menyelamatkan jiwa jiwa yang di luar Kristus dan tanpa pengharapan di dunia ini. Orang yang begini tidak dipaharni dunia, karena ia memandang kepada kenyataan kenyataan yang kekal.

Kasih Kristus dengan kuasa tebusannya telah masuk ke dalam hati. Kasih ini mengalahkan setiap motif yang lain dan mengangkat sipemiliknya di atas pengaruh jahat dunia ini.

Firman Allah harus mempunyai pengaruh yang menyucikan dalam pergaulan kita dengan setiap anggota keluarga manusia. Ragi kebenaran tidak akan menghasilkan buah persaingan; kasih kepada ambisi, keinginan untuk diutamakan. Benar, kasih yang dilahirkan sorga tidak mementingkan diri dan tidak berubah. Ia tidak bergantung atas pujian manusia. Hati orang yang menerima rahmat Allah mengalir dengan cinta kepada Allah dan bagi mereka untuk siapa Kristus telah mati. Dirinya sendiri tidak berusaha mencari pengakuan. Ia tidak mengasihi orang lain karena mereka mengasihi dan menyenangkan dia, karena mereka menghargai jasa jasanya, Tetapi sebab mereka adalah milik yang dibeli Kristus. Jika motifnya, perkataannya atau tindakannya disalah pahami atau salah tafsir, ia tidak merasa kecil hati, tetapi meneruskan cara hidupnya itu. Ia ramah dan bijaksana, rendah hati dalam menilai dirinya sendiri, namun penuh dengan harapan, selalu percaya kepada pengasihan dan kasih Allah.

Rasul menasihatkan kita, “Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu sebab Aku kudus.”6 Rahmat Kristus adalah untuk mengendalikan perangai serta suara. Hasilnya akan terlihat dalam kesopanan serta lemah lembut yang ditunjukkan oleh saudara kepada saudara, dalam kata kata yang ramah dan membesarkan hati. Kehadiran seorang malaikat ada di rumah. Kehidupan ini menghembuskan wewangian yang manis, yang naik kepada Allah sebagai wewangian kudus. Kasih ditunjukkan dalam kebaikan hati, lemah lembut, panjang sabar dan tahan menderita.

Wajah akan berubah. Kristus yang berdiam dalam hati menyinarkan, wajah orang yang mengasihi Dia dan yang memeliharakan hukum hukum Nya. Kebenaran tertulis di sana. Kedamaian manis dari sorga dinyatakan. Kebiasaan yang lemah lembut terungkap di sana, lebih dari pada kasih  manusia. Ragi kebenaran mengerjakan perubahan dalam segenap diri manusia itu, yang keras diperhalus, yang kasar dilembutkan, yang mementingkan diri menjadi dermawan. Olehnya hal hal yang najis disucikan, dibasuh dalam darah Anak Domba. Perantaraan kuasa yang memberi hidup ia membawa segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran dan jiwa dan kekuatan ke dalam persesuaian dengan kehidupan Ilahi. Manusia dengan sifat manusianya turut mengambil bagian dari keilahian. Kristus dihormati dalam keunggulan dan kesempurnaan tabiat. Manakala perubahan perubahan ini berhasil, malaikat malaikat mengumandangkan lagu pujian, maka Allah dan Kristus bersukacita atas jiwa jiwa yang dibentuk serupa dengan Ilahi.

Berdasarkan Matius 13:33; Lukas 13:20, 21; (1) Lukas 12:1; 1 Kor. 5:8; (2) Yohanes . 3:3 8; (3) Efesus 2:4 8; (4) Rum 10:17; (5) Yohanes 17:17; (6) 1 Petrus 1:15, 16.

Disadur dari buku “Christ Object Lessons” (Perumpamaan Tuhan Yesus) Oleh: Ellen G White


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *