Satu Korban yang Menyedihkan

akhir zaman

 

[AkhirZaman.org] Dalam upacara korban bangsa Yahudi dahulukala, setiap binatang korban harus tidak bercacat cela. Kepada kita Firman Tuhan menyatakan agar kita mempersembahkan tubuh kita sebagai korban yang hidup, suci dan berkenan di hati Tuhan (Roma 12:1). Inilah pelayanan kita yang sepatut­nya. Kita adalah hasil ciptaan Allah. Sementara memikirkan hasil karya Allah yang mengagumkan dalam tubuh manusia, Pemazmur berseru: “Aku bersyukur kepadamu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib.” Banyak orang terdidik dalam Ilmu pengetahuan sehingga mengenal teori kebenaran tetapi mereka tidak memahami hukum yang mengendalikan tubuhnya. Allah telah memberikan fasilitas dan keterampilan. Selaku putra‑putri Allah, kita  wajib memanfaat­kannya sebaik‑baiknya. Jikalau kita melemahkan kuasa tubuh dan pikiran dengan kebiasaan‑kebiasaan buruk atau pemanjaan selera, maka tidak mungkin kita menghormati Allah sebagaimana mestinya.

Allah menuntut agar tubuh kita diserahkan pada‑Nya sebagai korban yang hidup, bukan yang mati atau yang sekarat. Persembahan orang Yahudi itu seharusnya tidak bercela. Apakah menyenangkan bagi Allah untuk menerima persembahan yang busuk atau penyakitan? Dia menandaskan bahwa tubuh kita adalah kaabah Roh Kudus. Dia menghendaki kita untuk memelihara kaabah ini agar itu menjadi tempat tinggal yang cocok bagi Roh-Nya. Rasul Paulus memberikan nasihat ini kepada kita: “Kamu bukan milik kamu sendiri. Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.” Semua orang harus berusaha untuk memelihara tubuh dalam kondisi sehat, agar mereka dapat melayani Allah dengan sempurna dan melakukan tugasnya dengan baik dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

Akan tetapi pemahaman tentang cara makan, minum dan berpakaian demi pemeliharaan kesehatan sangat sering diabaikan. Akibatnya, Penyakit timbul oleh pelanggaran terhadap hukum kesehatan itu.  Kita sakit karena melanggar  hukum alam. Adalah Tugas kita yang utama untuk menurut hukum‑hukum Allah termasuk kesehatan. Ini menyangkut utang kita ke pada Allah, diri sendiri dan sesama manusia. Jikalau diri kita terserang penyakit, kita memperberat beban para sahabat kita, begitu juga kita membebankan tugas kita kepada anggota‑anggota keluarga dan tetangga. Apabila terjadi kematian dini sebagai akibat pelanggaran kita terhadap hukum alam, kita membawa dukacita kepada orang lain. Kita menyusahkan tetangga karena kita tak dapat lagi menolong mereka. Kita merampas ketenangan anggota keluarga. Kita tak dapat lagi menolong mereka sebagaimana mestinya. Kita merampas hak Allah karena kita tak dapat lagi melayani Dia dalam kemuliaan‑Nya. Kemudian, dalam arti yang luas, bukankah kita melanggar hukum Allah?

Hukuman Karena Kelalaian
Allah telah membentuk hukum yang mengatur keberadaan kita. Hukum ini adalah Ilahi. Dia telah menempatkannya di dalam diri kita. Untuk setiap pelanggaran ada hukuman tertentu yang segera atau lambat akan dirasakan. Umat manusia telah dan masih menderita penyakit. Kebanyakan penyakit ini timbul karena mengabaikan hukum organ tubuh mereka sendiri. Nampaknya mereka tidak perduli masalah kesehatan. Mereka bekerja dengan sabar untuk menghancurkan tubuh mereka. Setelah tubuh itu hancur dan menderita, mereka mulai mencari dokter atau meracuni diri sendiri sampai mati.

Tidak Selamanya Buta
Apabila ditanyakan tentang kesehatan mereka sering menjawab: “Kami lebih banyak mengetahui daripada melakukannya.” Mereka tidak menyadari tanggung-jawab mereka terhadap setiap sinar terang sehubungan dengan kesehatan tubuh. Mereka tidak sadar bahwa setiap kebiasaan diperhatikan Allah. Janganlah perlakukan tubuh itu secara sembrono. Setiap organ tubuh, bahkan setiap jaringannya haruslah dilindungi dari praktek‑praktek yang merusak.

Tanggungjawab Akan Terang
Tatkala terang, reformasi kesehatan mulai dipancarkan pada kita bahkan seterusnya, banyak pertanyaan datang setiap hari: “Apakah saya sedang bertarak dalam segala hal?” Apakah dengan menu makanan, saya berada dalam posisi di mana saya dapat melakukan yang terbaik?” Jika kita tidak dapat menjawab pertanyaan ini dengan tegas, kita kedapatan bersalah di hadapan Allah, karena kita harus bertanggung-jawab terhadap terang Allah yang menerangi jalan kita. Allah mengerti kebodohan kita, tetapi begitu sinar terang memancar pada kita, Dia menuntut agar kita mengubah kebiasaan‑kebiasaan yang merusak kesehatan, dan menempatkan diri kita sejalan dengan hukum‑hukum fisik.

Kesehatan adalah harta kekayaan. Dari semua harta benda, itulah yag paling berharga. Kekayaan, pengetahuan, dan kehormatan dibeli dengan mengorbankan kekuatan dan kesehatan. Tetapi, Tidak ada di antara hal-hal itu, yang dapat menciptakan kebahagiaan kalau kesehatan sudah hilang. Adalah satu dosa yang mengerikan kalau kita merusak kesehatan yang dikaruniakan Allah kepada kita. Kita akan merasa lemah seumur hidup. Kita akan tetap di pihak yang ‘kalah sekalipun kita memperoleh pendidikan yang tinggi.

Dengan limpahnya Allah telah memberikan dukungan dan kebahagiaan kepada semua makhluk ciptaan‑Nya. Sekiranya hukum‑hukum‑Nya tidak dilanggar, sekiranya semua orang bertindak sesuai dengan kemauan Ilahi, maka sebagai hasilnya ialah kesehatan, damai dan kebahagiaan, bukan penderitaan dan kejahatan yang terus menerus.  Penurutan yang teliti akan hukum‑hukum Allah, yang telah ditanamkan dalam diri kita, itu akan menjamin kesehatan, dan tidak akan merosotkan  keberadaan kita.

Betapa sesuatu yang memalukan ketika satu korban yang buruk diserahkan kepada Allah yang suci dan murni! Pikiran yang cerdas telah dilumpuhkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam pemanjaan dosa. Segala aspirasi dirusakkan sehingga tubuh dan jiwapun menjadi rusak. Tetapi Allah  pemurah, berbelas kasihan dan lemah lembut. Bilamana terang memancar kepada mereka yang telah merusak kesehatannya oleh pemanjaan dosa, kemudian mereka menyadari dosa itu lalu bertobat dan mencari pengampunan, maka Allah berkenan dengan persembahan buruk kehidupan seseorang berdosa yang menderita tetapi bertobat! Dalam kemurahan-Nya, Dia menyelamatkan jiwa mereka dari api.

Ellen White

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *