KEMENANGAN AKHIR (II)

great-controversy

~26~
PEKERJAAN PEMBAHARUAN

 

      Pekerjaan pembaharuan hari Sabat yang akan dilakukan pada akhir zaman telah diramalkan dalam nubuatan nabi Yesaya.   “Beginilah firman Tuhan: Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan. Berbahagialah orang yang melakukannya, dan anak manusia yang berpegang kepadanya; yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang menahan diri dari setiap perbuatan jahat.”  “Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada Tuhan untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama Tuhan dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku.” (Yes. 56:1,2,6,7).

      Kata-kata ini berlaku pada zaman Kristen, sebagaimana ditunjukkan dalam konteks, “Demikianlah firman Tuhan Allah yang menghimpun orang-orang Israel yang terbuang: Aku akan mengimpunkan orang kepadanya lagi sebagai tembahan kepada orang-orangnya yang telah terhimpun.” (Yes. 56:8). Di sini dibayangkan tentang pengumpulan bangsa-bangsa lain oleh Injil. Dan bagi mereka yang menghormati hari Sabat, telah dinyatakan berkat-berkat. Dengan demikian kewajiban memelihara hukum keempat itu berlaku terus sesudah penyaliban, kebangkitan dan kenaikan Kristus, sampai kepada waktu hamba-hamba-Nya menyiarkan kabar kesukaan itu kepada semua bangsa.

      Tuhan bersabda melalui nabi yang sama, “Aku harus menyimpan kesaksian ini dan memeteraikan pengajaran ini di antara murid-murid-Ku.” (Yes. 8:16). Meterai hukum Allah terdapat pada hukum yang keempat. Hanya yang keempat ini dari hukum yang sepuluh itu yang menunjukkan nama dan jabatan atau gelar sipemberi hukum itu. Hukum keempat menyatakan Dia sebagai Khalik, Pencipta langit dan bumi, dan dengan demikian menunjukkan tuntutan-Nya untuk dihormati dan disembah di atas segala yang lain. Selain pada hukum keempat ini, tidak ada lagi di dalam hukum yang sepuluh itu ditunjukkan dengan kuasa siapa hukum itu diberikan. Pada waktu hari Sabat diganti atas kuasa kepausan, meterai dari hukum itu telah dicabut dari hukum itu. Murid-murid Yesus dipanggil untuk mengembalikannya dengan meninggikan hari Sabat, hukum yang keempat itu kepada posisinya yang sebenarnya sebagai tanda peringatan Khalik, Pencipta dan tanda kekuasaan-Nya.

      “Carilah pengajaran dan kesaksian!”  Sementara doktrin-doktrin dan hari-hari yang bertentangan merajalela, hanya hukum Allahlahsatu-satunya peraturan yang tidak bisa salah oleh mana semua pemikiran, doktrin-doktrin dan teori-teori diuji. Nabi itu berkata, “Siapa yang berbicara tidak sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak akan terbit fajar.” (Yes. 8:16,20).

      Sekali lagi Tuhan berkata memberi perintah, “Serukanlah kuat-kuat, jangan tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! Bukanlah dunia yang jahat ini, tetapi mereka yang disebut Tuhan sebagai “umat-Ku,” yang akan ditegur karena pelanggaran-pelanggaran mereka.  Dikatakan lebih jauh, “Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allah.” (Yes. 58:1,2).

      Di sini dimunculkan satu golongan yang menganggap dirinya benar, dan kelihatannya menunjukkan perhatian besar dalam pelayanan Allah;  tetapi teguran yang keras dan sungguh-sungguh dari Penyelidik hati membuktikan bahwa mereka menginjak-injak ajaran ilahi.

      Jadi nabi itu menunjukkan hukum Allah yang telah mereka tinggalkan: “Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan ‘yang memperbaiki tembok yang tembus,’  ‘yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni.’  Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat, dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat hari kenikmatan, dan hari kudus Tuhan  ‘hari yang mulia;’  apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena Tuhan.” (Yes. 58:12-14). Nubuatan ini juga berlaku pada zaman kita. “Tembok yang tembus” telah terjadi pada hukum Allah pada waktu hari Sabat diubah oleh kepausan Roma. Tetapi waktunya telah datang untuk mengembalikan lembaga ilahi ini kepada kedudukannya yang sebenarnya. “Tembok yang tembus” itu diperbaiki, dan reruntuhan yang berabad-abad akan dibangun.

      Hari Sabat yang dikuduskan oleh Pencipta dengan beristirahat pada hari itu dan memberkatinya, dipelihara oleh Adam di dalam keadaannya yang teidak berdosa di Taman Eden yang kudus; dipelihara oleh Adam yang jatuh ke dalam dosa namun bertobat pada waktu ia diusir dari tempat kediamannya yang menyenangkan itu. Hari Sabat itu dipelihara oleh para Bapa, mulai dari Habil sampai kepada Nuh yang benar, sampai kepada Abraham, dan kepada Yakub. Pada waktu umat pilihan itu berada di perhambaan di Mesir, banyak yang tidak mengetahui hukum Allah, karena mereka berada di tengah-tengah penyembahan berhala yang merajalela. Tetapi pada waktu Tuhan melepaskan Israel, Ia mengumumkan hukum-Nya di dalam kebesarannya yang mengerikan kepada khalayak ramai yang berkumpul, agar mereka mengetahui kehendak-Nya, dan takut akan Dia dan menuruti-Nya selamanya.

Sejak waktu itu hingga sekarang, pengetahuan akan hukum Allah telah terpelihara di dunia ini, dan hari Sabat hukum yang keempat itu telah dipelihara. Walaupun “manusia berdosa” berhasil menginjak-injak hari kudus Allah, bahkan pada masa supremasi “manusia berdosa” itupun masih ada orang-orang yang setia yang tetap menghormati hukum dan hari itu di tempat-tempat yang tersembunyi. Sejak Pembaharuan, pada setiap generasi ada saja orang yang mempertahankan pemeliharaan hukum itu. Meskipun sering berada di tengah-tengah celaan dan penganiayaan, kesaksian yang terus menerus telah dibawakan mengenai kekekalan hukum Allah, dan kewajiban suci atas penciptaan Sabat itu.

Kebenaran-kebenaran ini sebagaimana dinyatakan dalam Wahyu 14 sehubungan dengan “Injil kekal,” akan membedakan gereja Kristus dari dunia ini pada waktu kedatangan-Nya. Karena sebagai akibat dari pekabaran rangkap tiga, diumumkan, “Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.” Dan pekabaran ini adalah pekabaran yang terakhir diberikan sebelum kedatangan Tuhan. Segera sesudah pekabaran itu disiarkan, Anak Manusia dilihat oleh nabi, datang dalam kemuliaan untuk menuai dunia ini.

Mereka yang menerima terang mengenai tempat kudus dan ketidak-berubahan hukum Allah, dipenuhi dengan sukacita dan kekaguman, sementara mereka melihat keindahan keselarasan sistem kebenaran yang dibukakan kepada pengertian mereka. Mereka rindu agar terang yang nyata kepada mereka begitu berharga dapat diberikan kepada semua orang Kristen. Dan mereka percaya bahwa hal itu akan diterima dengan sukacita. Tetapi kebenaran yang akan membuat mereka berbeda dengan dunia ini tidak disambut oleh banyak orang yang mengaku pengikut Kristus. Penurutan kepada hukum yang keempat itu menuntut suatu pengorbanan, sehingga kebanyakan orang menarik diri dari menurutinya.

Sementara tuntutan-tuntutan Sabat dikemukakan, banyak orang yang memberikan alasan-alasan dari sudut pandang duniawi. Mereka berkata, “Kami selalu memelihara hari Minggu, nenek moyang kami memelihara hari Minggu. Dan banyaklah orang-orang baik dan saleh yang telah meninggal dengan berbahagia sementara memelihara hari Minggu. Jika mereka itu benar, maka demikian juga kami. Pemeliharaan hari Sabat yang baru ini akan membuat kita tersingkir dari keharmonisan dengan dunia ini, dan menyebabkan kita kehilangan pengaruh atas mereka. Apa yang diharapkan oleh kelompok kecil yang memelihara hari ketujuh dapat dicapai melawan seluruh dunia ini yang memelihara hari Minggu?” Argumen yang sama yang menyebabkan orang Yahudi berusaha membenarkan penolakan mereka akan Kristus. Leluhur mereka telah diterima Allah dalam mempersembahkan persembahan korban, dan mengapa anak-anak mereka tidak mendapat keselamatan dalam meneruskan cara yang sama? Demikian juga pada zaman Luther. Para pengikut paus memberi alasan bahwa orang-orang Kristen yang benar telah mati di dalam iman Katolik, oleh sebab itu agama itu telah cukup untuk keselamatan. Alasan seperti itu merupakan penghalang yang efektif kepada kemajuan iman dan praktek agama.

Banyak orang yang mengatakan bahwa pemeliharaan hari Minggu telah menjadi doktrin yang sudah tetap dan adat kebiasaan gereja yang telah menyebar luas selama berabad-abad. Terhadap argumentasi ini telah ditunjukkan bahwa hari Sabat dan pemeliharaannya lebih tua dan lebih meluas, bahkan setua dunia ini sendiri, dan diperkuat oleh baik malaikat maupun Allah. Pada waktu asas dunia diletakkan, pada waktu bintang-bintang fajar bernyanyi bersama dan semua anak-anak Allah bersorak-sorai dalam sukacita, pada waktu itulah asas dunia diletakkan. (Ayub 38:6,7; Kej. 2:1-3). Institusi ini layak menuntut penghormatan kita; ia ditetapkan bukan oleh kekuasaan manusia, dan tidak terletak atas tradisi manusia. Institusi itu ditetapkan oleh Yang Lanjut Usianya, dan diperintahkan oleh firman-Nya yang kekal.

Sementara perhatian orang-orang ditarik kepada pokok permasalahan mengenai pembaharuan Sabat, para pendeta memutarbalikkan firman Allah, membuat penafsiran seperti itu menjadi kesaksian yang akan mendiamkan pikiran orang-orang yang sedang bertanya-tanya. Dan mereka yang tidak menyelidiki Alkitab itu untuk diri mereka sendiri akan puas menerima kesimpulan yang sesuai dengan keinginan mereka. Dengan argumen, sofisme, tradisi para leluhur, dan kekuasaan gereja, banyak yang berusaha membuangkan kebenaran. Para pengikutnya berpaling kepada Alkitab untuk mempertahankan keabsahan hukum keempat. Orang-orang sederhana yang dipersenjatai hanya dengan firman kebenaran dapat melawan serangan orang-orang terpelajar yang terkejut dan marah, mendapati tipuan licik mereka tidak berdaya terhadap alasan-alasan sederhana dan terus terang dari orang-orang yang mengetahui ayat-ayat Alkitab daripada mereka yang menggunakan kecerdikan dari sekolah. Tanpa adanya kesaksian Alkitab, banyak yang dengan keteguhan hati dan tanpa mengenal lelah mendesak,  —  dengan melupakan bagaimana alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang sama digunakan melawan Kristus dan rasul-rasul-Nya —  “Mengapa orang-orang besar kita tidak mengetahui masalah Sabat itu? Tetapi hanya sedikit yang percaya seperti kamu. Tidak mungkin hanya kamu yang benar dan sementara semua orang terpelajar dunia salah.”

      Untuk membuktikan argumen seperti itu tidak benar, diperlukan hanya mengutip ajaran-ajaran Alkitab dan sejarah perlakuan Tuhan kepada umat-Nya sepanjang zaman. Allah bekerja melalui mereka yang mendengar dan menuruti suara-Nya, mereka yang jika diperlukan berbicara mengenai kebenaran-kebenaran yang tidak menyenangkan, mereka yang tidak gentar menegur dosa-dosa umum. Alasan mengapa Ia sering tidak memilih orang-orang yang terdidik dan yang berkedudukan tinggi memimpin gerakan pembaharuan adalah karena mereka sering percaya kepada pengajaran-pengajaran dan pemikiran-pemikiran sendiri, teori-teori sendiri, dan sistem teologi sendiri, dan merasa tidak perlu diajar oleh Tuhan. Hanya mereka yang mempunyai hubungan langsung dengan Sumber Hikmat yang sanggup mengerti atau menerangkan Alkitab. Manusia yang mempunyai hanya sedikit pengetahuan dari sekolah kadang-kadang dipanggil untuk menyatakan kebenaran bukan karena mereka tidak bersekolah, tetapi karena mereka tidak menganggap dirinya terlalu pintar untuk diajar oleh Allah. Mereka belajar di Sekolah Kristus, dan kerendahan hati dan penurutan mereka membuat mereka menjadi orang-orang besar. Di dalam memberikan kepada mereka pengetahuan kebenaran-Nya, Allah menganugerahkan kepada mereka kehormatan, yang tidak dapat dibandingkan dengan kehormatan dan kebesaran dunia ini.

Kebanyakan orang-orang Advent menolak kebenaran tentang tempat kudus dan hukum Allah, dan banyak yang tidak percaya kepada Pergerakan Advent, dan menerima pandangan-pandangan yang tidak kuat dan bertentangan mengenai nubuatan-nubuatan yang berhubungan dengan pekerjaan itu. Sebagian dituntun kepada kesalahan yang berulang-ulang menentukan waktu kedatangan Kristus. Terang yang sekarang bersinar mengenai tempat kudus telah menunjukkan kepada mereka bahwa tidak ada masa-masa nubuatan yang berlanjut sampai kepada kedatangan yang kedua kali; bahwa waktu yang tepat mengenai kedatangan ini tidak diramalkan. Akan tetapi, karena berbalik dari terang itu, mereka terus menentukan waktu ke waktu kedatangan Tuhan, dan sesering itu pula mereka kecewa.

Pada waktu jemaat Tesalonika menerima pandangan-pandangan yang salah mengenai kedatangan Kristus, Rasul Paulus menasihatkan mereka untuk menguji harapan-harapan dan antisipasi-antisipasi mereka dengan cermat oleh firman Allah. Ia mengutip kepada mereka nubuatan-nubuatan yang menyatakan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum Kristus datang, dan menunjukkan bahwa mereka tidak punya dasar untuk mengharapkan kedatangan-Nya pada zaman mereka. “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga,” (2 Tes. 2:3), adalah kata-kata amarannya. Seandainya mereka keranjingan dengan harapan-harapan yang tidak setuju dengan Alkitab, mereka akan dituntun kepada tindakan-tindakan yang salah. Kekecewaan akan menyebabkan mereka diejek oleh orang-orang yang tidak percaya, dan mereka berada dalam bahaya tawar hati, serta akan tergoda meragukan kebenaran yang perlu bagi keselamatan mereka. Nasihat rasul kepada orang Tesalonika berisi satu pelajaran penting bagi mereka yang hidup pada akhir zaman. Banyak orang-orang Advent merasa bahwa kecuali mereka bisa memusatkan imannya pada suatu waktu tertentu pada kedatangan Tuhan, mereka tidak akan bisa bersemangat dan rajin dalam pekerjaan persediaan. Tetapi sementara harapan-harapan mereka berulang-ulang bangkit, tetapi hanya untuk dikecewakan dan dihancurkan, iman mereka menerima pukulan sehingga menjadi hampir-hampir tidak mungkin lagi bagi mereka terkesan oleh nubuatan kebenaran agung itu.

Pekabaran waktu yang tertentu mengenai penghakiman, seperti yang diberikan pada pekabaran pertama, adalah diperintahkan oleh Allah. Perhitungan masa-masa nubuatan atas mana pekabaran itu didasarkan, yang menempatkan penutupan 2300 hari jatuh pada musim gugur 1844, tidak ada keragu-raguan. Usaha yang berulang-ulang untuk menemukan tanggal baru permulaan dan penutupan masa-masa nubuatan itu, dan alasan-alasan yang tidak kuat untuk mendukung pendirian ini, bukan saja menuntun pikiran kita jauh dari kebenaran masa kini, tetapi menghinakan semua usaha untuk menerangkan nubuatan-nubuatan itu. Semakin sering waktu tertentu ditetapkan untuk kedatangan kedua kali, dan semakin luas hal itu diajarkan, maka semakin baiklah hal itu sesuai dengan rencana Setan. Setelah waktu tertentu itu berlalu, Setan membangkitkan ejekan dan penghinaan bagi penganjur-penganjurnya, dan dengan demikian melemparkan celaan kepada Pergerakan Advent besar pada tahun 1843 dan 1844. Mereka yang bertetap pada kesalahan ini akhirnya menetapkan waktu yang terlalu jauh kepada waktu yang akan datang kedatangan Kristus itu. Dengan demikian mereka dituntun kepada perasaan aman yang palsu, dan bnyak yang akan tertipu sampai waktunya sudah terlambat.

Sejarah Israel kuno merupakan suatu gambaran hebat pengalaman masa lalu orang-orang Advent. Allah memimpin umat-Nya dalam Pergerakan Advent, seperti Ia memimpin orang-orang Israel keluar dari Mesir. Dalam kekecewaan yang besar itu iman mereka diuji sebagaimana orang-orang Iberani diuji di Laut Merah. Seandainya mereka masih terus percaya kepada tangan yang memimpin mereka pada pengalaman-pengalaman masa lalu, mereka sudah akan melihat keselamatan yang dari Allah. Jikalau semua yang sudah bekerja bersatu dalam pekerjaan pada tahun 1844 menerima pekabaran malaikat yang ketigan dan menyiarkannya dalam kuasa Roh Kudus, maka Tuhan akan bekerja dengan hebat dalam usaha-usaha mereka. Terang yang besar akan dipancarkan ke bumi ini. Bertahun-tahun yang lalu penduduk bumi seharusnya sudah diamarkan, pekerjaan penutupan sudah diselesaikan dan Kristus sudah datang untuk menebus umat-Nya.

      Bukanlah kehendak Allah agar bangsa Israel selama empat puluh tahun di padang belantara. Ia rindu memimpin mereka langsung ke tanah Kanaan, dan menempatkan mereka di sana sebagai umat yang kudus dan berbahagia. Akan tetapi “mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka.” (Iberani 3:19). Oleh karena kemurtadan mereka, mereka binasa di padang gurun, dan yang lain dipelihara untuk memasuki tanah perjanjian. Demikian juga, bukanlah kehendak Allah menunda kedatangan Kristus itu begitu lama, dan umat-Nya harus tinggal di dunia yang penuh dosa dan dukacita ini. Tetapi ketidakpercayaanlah yang memisahkan mereka dari Allah. Sementara mereka menolak untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka, yang lain dibangkitkan untuk mengabarkan pekabaran itu. Oleh karena kasih-Nya kepada dunia ini Yesus menunda kedatangan-Nya, agar orang-orang yang berdosa mempunyai kesempatan mendengar amaran dan memperoleh perlindungan pada-Nya sebelum murka Allah dicurahkan ke dunia ini.

Sekarang, sebagaimana juga pada masa-masa sebelumnya, penyampaian kebenaran yang menegur dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan pada zaman itu, akan menimbulkan perlawanan. “Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak.” (Yoh. 3:20). Sementara manusia melihat bahwa mereka tidak bisa mempertahankan kedudukannya oleh Alkitab, banyak yang berkeras untuk mempertahankannya dengan segala risiko. Dan dengan roh dengki mereka menyerang tabiat dan motif mereka yang mempertahankan kebenaran yang tidak populer itu. Kebijakan seperti itulah yang dilakukan sepanjang masa. Elia dinyatakan sebagai pengacau di Israel, Yeremia seorang pengkhianat, Rasul Paulus sebagai seorang yang mengotori kaabah. Sejak dulu sampai sekarang, mereka yang mau setia kepada kebenaran telah dipersalahkan sebagai penghasut, bida’ah, atau pemecah belah. Orang-orang yang terlalu ragu-ragu menerima perkataan pasti nubuatan, akan menerima dengan mudah suatu tuduhan melawan mereka yang berani menegur dosa-dosa modern. Roh seperti ini akan semakin bertambah. Dan Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa waktunya sudah dekat bilamana hukum-hukum negara akan bertentangan dengan hukum Allah, sehingga barang siapa yang akan menuruti semua petunjuk-petunjuk ilahi harus berani ditegur dan dihukum sebagai seorang pelaku kejahatan.

Melihat keadaan di atas, apakah tugas jurukabar kebenaran? Apakah ia akan menyimpulkan bahwa kebenaran itu tidak akan disampaikan, karena sering pengaruhnya hanya membangkitkan orang-orang untuk menghindari atau menolak tuntutan kebenaran itu? Tidak. Tidak ada alasan baginya untuk menahan kesaksian firman Allah, oleh karena itu akan menimbulkan perlawanan seperti yang dialami pembaharu-pembaharu yang terdahulu. Pengakuan iman yang dilakukan oleh orang-orang kudus dan para syuhada dicatat untuk kepentingan generasi-generasi berikut. Mereka yang hidup menjadi teladan kesucian dan keteguhan integritas telah mengilhamkan keberanian bagi mereka yang sekarang dipanggil untuk berdiri teguh sebagai saksi-saksi bagi Allah. Mereka menerima rahmat dan kebenaran, bukan untuk mereka sendiri, tetapi, agar pengetahuan mengenai Allah boleh menerangi dunia ini melalui mereka. Apakah Allah memberikan terang kepada hamba-hambanya pada zaman atau generasi ini? Kalau begitu mereka harus menyinarkannya ke dunia ini.

Pada zaman dahulu Tuhan menyatakan kepada seseorang yang berbicara dalam nama-Nya, “Akan tetapi kaum Israel tidak mau mendengarkan engkau, sebab mereka tidak mau mendengarkan Aku.”  Namun Ia berkata “Sampaikanlah perkataan-Ku kepada mereka, baik mereka mau mendengarkan atau tidak.” (Yehez. 3:7; 2:7). Perintah ini ditujukan kepada hamba Allah pada zaman ini, “Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka, dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!” (Yes. 58:1).

Sejauh kesempatan masih diberikan, setiap orang yang telah menerima terang kebenaran, mempunyai tanggungjawa yang sama yang sungguh-sungguh dan penting seperti nabi Israel kepada siapa firman Tuhan ini datang, yang berkata, “Dan engkau anak manusia, Aku menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel. Bilamana engkau mendengar sesuatu firman daripada-Ku, peringatkanlah mereka demi nama-Ku. kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati!  — dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya daripadamu. Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.” (Yehez. 33:7-9).

Hambatan besar baik penerimaan maupun penyebarluasan kebenaran, adalah kenyataan bahwa hal itu melibatkan ketidaknyamanan dan penghinaan. Inilah argumen satu-satunya terhadap kebenaran yang tidak sanggup disangkal oleh penganjur-penganjurnya. Tetapi hal ini tidak menghalangi pengikut-pengikut Kristus yang benar. Hal ini tidak menunggu kebenaran itu terkenal dahulu. Setelah mereka yakin mengenai tugas kewajiban mereka, ,mereka menerima salib tanpa ragu-ragu, dan bersama Rasul Paulus menganggap bahwa “penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.” (2 Kor. 4:17); dan dengan salah seorang yang hidup zaman dahulu, “menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Mesir.” (Iberani 11:26).

      Apapun yang menjadi pekerjaan mereka, hanya mereka yang melayani dunia dengan hatinya yang akan bertindak berdasarkan kebijaksanaan gantinya bertindak atas prinsip keagamaan. Kita harus memilih yang benar karena itu adalah benar, dan menyerahkan segala konsekwensinya kepada Allah. Kepada orang-orang yang berprinsip, beriman dan mempunyai keberanian, dunia ini berhutang karena pembaharuan yang besar. Oleh orang-orang seperti itu pekerjaan pembaharuan bagi zaman ini harus diteruskan.

      Demikianlah firman Tuhan, “Dengarkanlah Aku hai kamu yang mengetahui apa yang benar, hai bangsa yang menyimpan pengajaran-Ku dalam hatimu! Janganlah takut jika diaibkan oleh manusia dan janganlah terkejut jika dinista oleh mereka. Sebab ngengat akan memakan mereka seperti memakan kain bulu domba; tetapi keselamatan yang dari pada-Ku akan tetap untuk selama-lamanya dan kelepasan yang Kuberikan akan lanjut dari keturunan kepada keturunan.” (Yes. 51:7,8).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *