KEMENANGAN AKHIR (II)
~41~
DUNIA SUNYI SENYAP
“Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya.” “Balaskanlah kepadanya, sama seperti dia juga membalaskan, dan berikanlah kepadanya dua kali lipat menurut pekerjaannya, campurkanlah baginya dua kali lipat di dalam cawan pencampurannya; berikanlah kepadanya siksaan dan perkabungan sebanyak kemuliaan dan kemewahan, yang ia telah nikmati. Sebab ia berkata di dalam hatinya: Aku bertakhta seperti ratu, aku bukan janda, dan aku tidak akan pernah berkabung. Sebab itu segala malapetakanya akan datang dalam satu hari, yaitu sampar dan perkabungan dan kelaparan; dan ia akan dibakar dengan api, karena Tuhan Allah, yang menghakimi dia, adalah kuat. Dan raja-raja di bumi, yang telah bebuat cabul dan hidup dalam kelimpahan dengan dia, akan menangisi dan meratapinya, . . . akan berkata, ‘Celaka, sekarang engkau, hai kota yang besar, Babel, hai kota yang kuat, sebab dalam satu jam saja sudah berlangsung penghakimanmu.” (Wah. 18:5-10).
“Dan pedagang-pedagang di bumi, telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya,” “akan berdiri jauh-jauh karena takut akan siksaannya, dan sambil menangis dan meratap, mereka berkata, ‘Celaka, celaka, kota besar, yang berpakaian lenan halus, dan kain ungu dan kain kirmizi, dan yang dihiasi dengan emas, dan permata dan mutiara, sebab dalam satu jam saja, kekayaan sebanyak itu sudah binasa.” (Wah. 18:15-17).
Demikianlah hukuman yang jatuh kepada Babel pada hari murka Allah. Ukuran kejahatannya telah penuh, waktunya telah tiba, ia telah matang untuk dibinasakan.
Bilamana suara Allah mengubah perhambaan umat-Nya, akan terjadi suatu kebangunan luar biasa di antara mereka yang telah kehilangan segalanya dalam perjuangan besar kehidupan. Sementara masa pencobaan berlanjut, mereka telah dibutakan oleh penipuan Setan, dan mereka membenarkan jalan-jalan mereka yang penuh dosa. Orang-orang kaya menyombongkan diri mereka karena superioritas mereka atas orang-orang yang kurang beruntung, tetapi mereka telah memperoleh kekayaan itu oleh melanggar hukum Allah. Mereka telah lalai memberi makan orang-orang yang lapar, memberi pakaian kepada orang-orang yang telanjang, bertindak adil dan mencintai kemurahan. Mereka telah berusaha meninggikan dirinya sendiri, dan memperoleh penghormatan dari sesamanya. Sekarang mereka kehilangan segala sesuatu yang membuat mereka besar, dan ditinggalkan melarat dan tak berdaya. Mereka memandang dengan ketakutan kepada kehancuran berhala-berhala yang mereka lebih sukai daripada Pencipta mereka. Mereka telah menjual jiwa mereka kepada kekayaan dan kesenangan duniawi, dan tidak berusaha menjadi kaya di hadapan Allah. Akibatnya ialah, kehidupan mereka gagal, kesenangan-kesenangan mereka sekarang berubah menjadi kepahitan, harta mereka menjadi kejahatan. Pendapatan seumur hidup lenyap dalam sekejap saja. Orang-orang kaya meratapi kehancuran rumah-rumah mereka yang besar dan mewah, serta emas dan perak mereka yang berserakan. Tetapi ratapan mereka dihentikan oleh ketakutan bahwa mereka sendiri juga akan binasa bersama berhala-berhala mereka.
Orang-orang fasik dipenuhi dengan penyesalan, bukan karena kelalaian mereka sehingga berdosa kepada Allah dan sesama manusia, tetapi oleh karena Allah telah mengalahkan mereka. Mereka meratap karena akibat yang mereka saksikan, tetapi mereka tidak bertobat dari kejahatan mereka itu. Tak satu saranapun mereka lewatkan yang tidak dicoba untuk menaklukkan, kalau mereka dapat.
Dunia menyaksikan golongan orang-orang yang mereka cemoohkan dan hinakan dan ingin musnahkan, tanpa celaka oleh bala sampar, badai dan gempa bumi. Ia, yang bagi pelanggar hukum-Nya adalah api yang menghanguskan, adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya.
Pendeta yang telah mengorbankan kebenaran untuk memperoleh perkenan manusia, sekarang melihat pengaruh dan akibat dari pengajaran-pengajarannya. Nyatalah bahwa mata yang maha melihat mengikutinya sementara ia berdiri di belakang mejanya, sementara berjalan di jalan-jalan kota, sementara ia berbaur dengan orang-orang dalam berbagai kegiatan hidup. Setiap emosi jiwa, setiap baris yang dituliskan, setiap kata-kata yang diucapkan, setiap tindakan yang menuntun orang-orang untuk berlindung di benteng kepalsuan adalah tindakan menabur benih, dan sekarang dengan jiwa-jiwa yang malang dan hilang di sekelilingnya, ia memandang penuaian.
Tuhan berkata, “Mereka mengobati luka putri umat-Ku dengan memandang ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera! tetapi tidak ada damai sejahtera.” “Oleh karena kamu melemahkan hati orang benar dengan dusta, sedang Aku tidak mendukakan hatinya, sebaliknya kamu mengeraskan hati orang fasik, sehingga tidak bertobat dari kelakuannya yang fasik itu, dan kamu membiarkannya hidup.” (Yer. 8:11; Yehez. 13:22).
“Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak! — . . . . Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat.” “Mengeluh dan berteriaklah, hai para gembala! Berguling-gulinglah di dalam debu, hai pemimpin kawanan kambing domba! Sebab sudah genap waktunya kamu akan disembelih dan kamu akan rebah seperti domba jantan pilihan. Maka bagi para gembala tidak akan ada lagi kelepasan, dan bagi para pemimpin kawanan kambing domba tidak akan ada lagi keluputan.” (Yer. 23:1,2; 25:34,35).
Para pendeta dan orang-orang melihat bahwa mereka tidak memelihara hubungan yang benar dengan Allah. Mereka melihat bahwa mereka telah memberontak melawan Pembuat semua hukum yang adil dan benar. Tindakan mengesampingkan perintah-perintah ilahi akan menyebabkan bermunculannya kejahatan, perselisihan, kebencian, kelaliman, sehingga dunia ini menjadi suatu kancah pertikaian dan wadah kejahatan. Inilah pemandangan yang tampak sekarang kepada mereka yang menolak kebenaran dan yang memilih untuk menyenangi kesalahan. Tidak ada bahasa yang dapat menyatakan kerinduan yang dirasakan oleh mereka yang tidak patuh dan yang tidak setia untuk mana mereka telah hilang untuk selamanya — kehidupan yang kekal. Manusia yang telah disembah dan dipuja oleh dunia ini oleh karena bakat-bakat dan kecakapan mereka sekarang melihat perkara-perkara ini dalam terangnya yang sebenarnya. Mereka menyadari apa yang hilang dari mereka oleh karena pelanggaran, dan mereka tersungkur di kaki orang-orang yang kesetiaannya telah mereka benci dan hinakan, dan mengakui bahwa Allah telah mengasihi mereka.
Orang-orang melihat bahwa mereka telah diperdaya. Mereka saling menuduh satu sama lain telah menuntun mereka kepada kebinasaan, tetapi semuanya bersatu menimpakan hukuman mereka yang paling pahit itu kepada para pendeta. Gembala-gembala yang tidak setia itu telah membuat hal-hal yang menyenangkan, mereka telah menuntun para pendengarnya meniadakan hukum Allah dan menganiaya mereka yang memeliharanya. Sekarang dalam keputusasaan mereka, guru-guru ini mengakui pekerjaan penipuan mereka itu di hadapan dunia ini. Orang banyak dipenuhi oleh kemarahan besar. “Kami telah hilang!” seru mereka, “dan engkaulah penyebab kebinasaan kami;” dan mereka berbalik menentang gembala-gembala palsu itu. Seseorang, yang pada suatu waktu mereka paling kagumi, akan dikutuk dengan kutukan yang paling mengerikan. Tangan-tangan, yang pada suatu waktu memahkotai mereka dengan mahkota daun-daunan kemenangan, akan bangkit membinasakan mereka. Pedang-pedang yang telah digunakan untuk membunuh umat Allah, sekarang mereka gunakan untuk membinasakan musuh-musuh mereka. Di mana-mana ada keributan dan pertumpahan darah.
“Deru perang akan sampai ke ujung bumi, sebab Tuhan mempunyai pengaduan terhadap bangsa-bangsa; Ia akan berperkara dengan segala makhluk: Orang-orang fasik akan diserahkannya kepada pedang, demikianlah firman Tuhan.” (Yer. 25:31). Selama enam ribu tahun pertikaian besar itu maju terus. Anak Allah dan jurukabar surgawi-Nya telah bertikai dengan kekuasaan Iblis, untuk mengamarkan, menerangi, dan menyelamatkan umat manusia. Sekarang semua telah membuat keputusan mereka, orang fasik telah bersatu sepenuhnya dengan Setan dalam peperangannya melawan Allah. Waktunya telah tiba bagi Allah untuk menunjukkan otoritas hukum-Nya yang telah diinjak-injak itu. Sekarang pertikaian itu tidak hanya dengan Setan saja, tetapi juga dengan manusia. “Sebab Tuhan mempunyai pengaduan dengan bangsa-bangsa.” “Orang-orang fasik akan diserahkannya kepada pedang.”
Tanda kelepasan telah ditaruh ke atas mereka “yang berkeluh kesah karena segala perbuatan keji yang dilakukan di sana.” Sekarang malaikat maut melakukan tugasnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam khayal Yehezkiel sebagai orang-orang yang memegang senjata pembantai yang kepadanya perintah diberikan, “Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! Tetapi semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung! Dan mulailah dari tempat kudus-Ku.” (Yehez. 9:1-6). Nabi itu berkata, “Lalu mereka mulai dengan tua-tua yang berada di hadapan Bait Suci.” (Yehez. 9:6). Kebinasaan itu mulai dari antara mereka yang mengaku sebagai pengawal-pengawal rohani orang banyak. Para pengawal palsu adalah orang yang pertama jatuh. Tak seorangpun yang dikasihani atau dilepaskan. Laki-laki, perempuan, anak-anak gadis dan anak-anak kecil binasa bersama-sama.
“Sebab sesungguhnya, Tuhan mau keluar dari tempat-Nya untuk menghukum penduduk bumi karena kesalahannya, dan bumi tidak lagi menyembunyikan darah yang tertumpah di atasnya, tidak lagi menutupi orang-orang yang mati terbunuh di sana.” (Yes. 26:21). “Inilah tulah yang akan ditimpakan Tuhan kepada segala bangsa yang memerangi Yerusalem: daging mereka akan menjadi busuk, sementara mereka masih berdiri, mata mereka akan menjadi busuk dalam lekuknya dan lidah mereka akan menjadi busuk dalam mulut mereka. Maka pada waktu itu akan terjadi kegemparan besar dari pada Tuhan di antara mereka, sehingga masing-masing memegang tangan temannya dan mengangkat tangannya melawan tangan temannya.” (Zak. 14:12,13). Dalam keributan yang gila yang dipenuhi dengan hawa nafsu ganas, dan pencurahan murka Allah yang mengerikan yang tidak bercampur, jatuhlah penduduk bumi orang fasik — para imam, para penguasa, dan orang banyak baik kaya ataupun miskin, tinggi dan rendah. “Maka pada hari itu akan bergelimpangan orang-orang yang mati terbunuh oleh Tuhan dari ujung bumi sampai ke ujung bumi. Mereka tidak akan diratapi, tidak akan dikumpulkan dan tidak akan dikuburkan; mereka akan menjadi pupuk di ladang.” (Yer. 25:33).
Pada kedatangan Kristus, orang fasik akan dihapuskan dari muka bumi, — dihabiskan oleh roh mulut-Nya dan dibinasakan oleh terang kemuliaan-Nya. Kristus membawa umat-Nya ke dalam kota Allah, dan dunia ini kosong tidak lagi berpenduduk. “Sesungguhnya, Tuhan akan menanduskan bumi dan akan menghancurkannya, dan membalikkan permukaannya, dan akan menyerakkan penduduknya.” “Bumi akan ditanduskan setandus-tandusnya dan akan dijarah sehabis-habisnya, sebab Tuhanlah yang mengucapkan firman itu.” “Sebab mereka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi. Sebab itu sumpah serapah akan memakan bumi, dan penduduknya akan mendapat hukuman, sebab itu penduduk bumi akan hangus lenyap, dan manusia akan tinggal sedikit.” (Yes. 24:1,3,5-6).
Seluruh dunia tampak bagaikan padang belantara yang tandus. Puing-puing kota-kota dan desa-desa yang dihancurkan oleh gempa bumi, pohon-pohon yang tercabut, batu-batu besar yang terlempar keluar dari laut atau yang terlepas dari bumi itu sendiri, berserakan dipermukaan bumi itu, sementara gua-gua besar menandai tempat gunung-gunung yang berpindah dari tempatnya.
Sekarang peristiwa-peristiwa itu terjadi seperti yang diramalkan sebelumnya dalam upacara khidmat terakhir pada hari pendamaian di kaabah duniawi. Bilamana pelayanan dalam bilik yang maha suci telah diselesaikan, dan dosa-dosa orang Israel telah dipindahkan dari kaabah oleh jasa darah korban persembahan karena dosa, kemudian kambing jantan dihadapkan hidup-hidup dihadapan Tuhan. Dan di hadapan jemaat imam besar menanggungkan kepadanya “segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka, ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu.” (Kel. 26:21). Dengan cara yang sama, bilamana pekerjaan pendamaian di dalam kaabah surgawi telah diselesaikan, kemudian di hadapan Allah dan malaikat-malaikat surgawi, serta rombongan umat tebusan, dosa-dosa umat Allah akan ditanggungkan ke atas Setan. Ia akan dinyatakan bersalah atas segala kejahatan yang telah dilakukannya. Dan sementara kambing jantan dihalau ke tempat yang tidak berpenduduk, demikianlah juga Setan akan dihalau ke dunia yang sudah kosong gersang dan tandus ini, yang tidak lagi berpenduduk dan yang telah menjadi gurun yang suram.
Pewahyu meramalkan penghalauan Setan itu, dan akan dijadikannya dunia ini porak poranda dan gersang, dan ia menyatakan bahwa keadaan itu akan berlangsung selama seribu tahun lamanya. Setelah menyatakan pemandangan mengenai kedatangan Tuhan yang kedua kali dan kebinasaan orang-orang fasik, nubuatan itu meneruskan: “Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari Surga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; ia menangkap naga itu, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Setan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, lalu melemparkannya ke dalam jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.” (Wah. 20:1-3).
Ungkapan “jurang maut” menyatakan dunia ini yang dalam keadaan kacau balau dan gelap dapat dibuktikan dari ayat-ayat lain. Mengenai keadaan dunia “pada mulanya,” catatan Alkitab mengatakan bahwa bumi itu “belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya.” (Kej. 1:2. Kata yang di sini diterjemahkan “samudera raya” sama dengan yang ada di Wahyu 20:1-3 yang disebut “jurang maut” ). Nubuatan mengajarkan bahwa bumi ini akan dikembalikan kepada keadaan ini, paling sedikit sebagian. Dengan berharap kepada hari Allah yang besar itu, nabi Yeremia menyatakan, “Aku melihat kepada bumi, ternyata campur baur dan kosong, dan melihat kepada langit, tidak ada terangnya. Aku melihat kepada gunung-gunung ternyata goncang; dan seluruh bukitpun goyah. Aku melihat, ternyata tidak ada manusia dan semua burung di udara sudah lari terbang. Aku melihat, ternyata tanah subur sudah menjadi padang gurun, dan segala kotanya sudah runtuh di hadapan Tuhan, di hadapan mukanya yang bernyala-nyala!” (Yer. 4:23-27).
Inilah yang menjadi tempat tinggal Setan dengan malaikat-malaikat jahat seribu tahun lamanya. Kegiatannya terbatas kepada dunia ini, ia tidak boleh berhubungan dengan dunia-dunia lain, tidak boleh menggoda dan menyusahkan mereka yang tidak pernah jatuh. Dalam pengertian inilah ia dikatakan dirantai: tidak ada lagi orang yang masih tinggal hidup, kepada siapa ia dapat menjalankan kekuasaannya. Ia sama sekali terputus dari pekerjaan penipuan dan pembinasaan yang selama berabad-abad telah menjadi kesukaannya.
Nabi Yesaya, sementara memandang kepada waktu Setan digulingkan, berseru, “Wah, engaku sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.” “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur. Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang, yang telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah? ” (Yes. 14″12-17).
Selama 6,000 tahun, pemberontakan Setan telah “membuat bumi gemetar.” Ia telah “membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya.” Dan yang “tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah.” Selama 6,000 tahun rumah penjaranya telah menjadi tempat umat Allah, dan ia berusaha menawan mereka selama-lamanya, tetapi Kristus telah memutuskan rantai pengikatnya dan membebaskan para tawanan itu.
Orang-orang fasikpun sekarang ditempatkan di luar jangkauan kekuasaan Setan; dan bersama dengan malaikat-malaikatnya yang jahat itu ia dibiarkan menyadari pengaruh kutuk yang dibawa oleh dosa. “Semua bekas raja bangsa-bangsa berbaring dalam kemuliaan, masing-masing dalam rumah kuburnya. Tetapi engkau ini telah terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk yang jijik . . . . Engkau tidak akan bersama-sama dengan raja itu di dalam kubur, sebab engkau telah merusak negerimu, dan membunuh rakyatmu.” (Yes. 14:18-20).
Selama seribu tahun Setan akan mengembara ke sana ke mari di dunia yang sunyi, untuk melihat akibat dari pemberontakannya melawan hukum Allah. Selama waktu itu ia sangat menderita. Sejak kejatuhannya, hidupnya terus-menerus bergiat, sehingga tidak ada waktu baginya untuk merenung. Sekarang ia tanpa kuasa, dan dibiarkan memikirkan dan merenungkan bagian yang telah dilakukannya sejak pertama sekali ia memberontak melawan pemerintahan Surga, dan membayangkan dengan ketakutan dan gemetar, masa depannya yang mengerikan, bilamana ia harus menderita atas segala kejahatan yang telah dilakukannya, dan akan dihukum atas dosa-dosa yang dilakukan atas bujukan dan dorongannya.
Kepada umat Allah, penawanan Setan akan membawa kegembiraan dan sukacita. Nabi berkata, “Maka pada hari Tuhan mengakhiri kesakitan dan kegelisahanmu dan kerjapaksa yang berat yang dipaksakan kepadamu, maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel [di sini melambangkan Setan], dan berkata: “Wah sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! Tuhan telah mematahkan orang-orang fasik, gada orang-orang yang memerintah, yang memukul bangsa-bangsa dengan gemas, dengan pukulan yang tidak putus-putusnya; yang menginjak-injak bangsa-bangsa dalam murka dengan tiada henti-hentinya.” (Yes. 14:3-6).
Selama seribu tahun itu, antara kebangkitan yang pertama dan kebangkitan yang kedua, penghakiman atas orang-orang fasik berlangsung. Rasul Paulus mengatakan penghakiman ini sebagai suatu peristiwa yang mengikuti kedatangan Kristus yang kedua kali. “Karena itu janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi di dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati.” (1 Kor. 4:5). Daniel mengatakan bahwa apabila yang Lanjut Usianya itu datang, “keadilan akan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi.” (Dan. 7:22). Pada waktu ini orang-orang benar memerintah sebagai raja dan imam-imam kepada Allah. Rasul Yohanes di dalam Wahyu mengatakan, “Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya, kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi.” “Mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan akan memerintah bersama-sama dengan Dia seribu tahun lamanya.” (Wah. 20:5,6). Pada waktu inilah sebagaimana diramalkan oleh Rasul Paulus, “orang-orang kudus akan menghakimi dunia.” (1 Kor. 6:2,3). Dengan bersekutu bersama Kristus mereka menghakimi orang-orang fasik, membandingkan tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan mereka dengan buku peraturan, Alkitab, dan memutuskan setiap kasus sesuai dengan perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang. Kemudian, bagian yang harus diderita orang fasik ditentukan sesuai dengan keputusan-keputusan mereka; dan dicatat di bawah nama mereka di dalam kitab kematian.
Setan dan malaikat-malaikat jahat juga dihakimkan oleh Kristus dan umat-Nya. Rasul Paulus berkata, “Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat?” (1 Kor. 6:3). Dan Yudas mengatakan bahwa “Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar.” (Yudas ayat 6).
Pada penutupan masa seribu tahun akan terjadi kebangkitan yang kedua. Kemudian orang-orang fasik akan dibangkitkan dari kematian, dan tampil di hadapan Allah untuk pelaksanaan “hukuman seperti yang tertulis.” Demikianlah pewahyu, setelah menjelaskan kebangkitan orang-orang benar, menyatakan, “Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu.” (Wah. 20:5). Dan nabi Yesaya mengatakan mengenai orang-orang fasik, “Mereka akan dikumpulkan bersama-sama seperti tahanan dimasukkan ke dalam liang, mereka akan dimasukkan ke dalam penjara, dan dihukum sesudah waktu yang lama. (Yes. 24:22).