“Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur” (Yesaya 57:20).
Janganlah ada yang berkata, “Saya mau melibatkan diri dalam pekerjaan ini untuk sejumlah uang tertentu. Jika saya tidak menerima sebanyak ini, saya tidak akan melakukan pekerjaan itu.” Mereka yang mengatakan ini menunjukkan bahwa mereka tidak memikul kuk Kristus; mereka tidak mempelajari kelemahlembutan dan kerendahan hati-Nya . . . .
Bukanlah kaya dalam harta dunia yang menambah nilai kita pada pemandangan Allah. Kelembutan dan penyesalanlah yang Tuhan akui dan hormati. Bacalah Yesaya pasal lima puluh tujuh. Pelajarilah pasal ini dengan teliti; karena pasal itu besar sekali artinya bagi umat Allah. Saya tidak akan membuat komentar terhadap hal itu.-—Letter145, 1904.
Setiap manusia wajib melakukan pekerjaan yang ditetapkan Allah baginya. Kita harus rela memberikan pelayanan kecil, sambil melakukan perkara yang harus dilakukan, yang seseorang harus lakukan, sambil memanfaatkan kesempatan-kesempalan kecil. Jika inilah satu-satunya kesempatan maka kita harus tetap bekerja dengan setia. Barangsiapa menyia-nyiakan jam, hari, dan minggu, oleh sebab ia tidak rela melakukan pekerjaan yang ditawarkan, sekalipun pekerjaan itu sederhana saja, akan dipanggil untuk memberikan pertanggungjawaban kepada Allah atas waktu yang salah digunakan. Jika ia merasa bahwa ia dapat menanggung untuk tidak melakukan apa-apa, oleh sebab ia tidak dapat memperoleh upah yang diinginkan, biarlah ia berhenti dan memikirkan bahwa hari itu, bahwa satu hari, adalah milik Tuhan. la adalah hamba Tuhan. la tidak boleh menyia-nyiakan waktunya. Biarlah ia berpikir, “Saya akan menggunakan waktu tersebut untuk me-lakukan sesuatu, dan akan menyerahkan semua yang saya peroleh untuk memajukan pekerjaan Allah.
Saya tidak akan dihitung seorang yang tidak melakukan apa-apa.” Bilamana seseorang mengasihi Allah dengan sepenuh hatinya, dan mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri, ia tidak akan berhenti untuk menanyakan apakah yang ia dapat lakukan itu akan mendatangkan banyak atau sedikit. la akan melakukan pekerjaan itu, dan menerima upah yang diberikan. la tidak akan memberi contoh menolak suatu pekerjaan oleh sebab ia tidak tahan memikirkan upah yang akan diperolehnya. Tuhan menimbang tabiat manusia dengan prinsip-prinsip yang atasnya ia bertindak dalam menghadapi sesamanya manusia. Jika dalam transaksi bisnis biasa prinsip-prinsipnya bercacat, hal yang sama akan dlbawa ke dalam pelayanan rohaninya bagi Allah. Benang-benang itu ditenunkan ke dalam segenap kehidupan agamanya. Jika engkau memiliki terlampau banyak gengsi untuk bekerja bagi dirimu sendiri karena upah yang kecil, maka bekerjalah untukTuhan; berikan kelebihan itu ke dalam perbendaharaan Tuhan. Buatlah suatu persembahan ucapan syukur kepada Allah karena memelihara hidupmu. Tetapi bagaimanapun janganlah menjadi pemalas.—Manuscript 156, 1897.
(2 SM 180, 181)