“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Markus 12:30, 31 ).
[AkhirZaman.org] Kita harus mengadakan usaha-usaha yang paling sungguh-sungguh dan menentukan, jikalau kita mau Tuhan Yesus tinggal dengan kita sebagai penasihat dan penolong. Terang yang bersinar dari Anak Allah di Kalvari dapat menuntun setiap orang yang berkelana untuk pulang. Ada kuasa pada-Nya untuk menyucikan hati dan mengubah tabiat. Biarlah setiap orang Kristen sejati bekerja untuk anak-anak dan orang-orang muda, menyatakan di hadapan mereka keindahan Yesus yang tak ada bandingannya. Maka penarikan dan khayalan dunia akan lenyap, dan mereka akan melihat tidak ada keuntungan yang akan diperoleh di jalan pendurhakaan.
Hukum-hukum Allah dapat dimengerti dan menjangkau jauh; dalam beberapa perkataan hukum-hukum itu mengungkap seluruh kewajiban manusia. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu…. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri…” (Markus 12:30, 31). Dalam kata-kata ini panjangnya dan lebarnya, dalamnya dan tingginya, hukum Allah dapat dimengerti; karena Paulus menyatakan, “… Kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (Roma 13:10). Satu-satunya keterangan yang kita dapati dalam Alkitab untuk dosa ialah bahwa dosa ialah pelanggaran hukum” (1 Yohanes 3:4). Firman Allah menyatakan, “Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). “… Tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Roma 3:12). Banyak yang tertipu sehubungan dengan keadaan hati mereka. Mereka tidak menyadari bahwa hati alamiah adalah penipu di atas segala perkara, dan benar-benar jahat. Mereka membungkus diri mereka sendiri dengan kebenaran mereka sendiri, dan telah merasa puas dengan mencapai standar tabiat manusia mereka sendiri; tetapi betapa fatalnya mereka gagal bilamana mereka tidak mencapai standar llahi, dan dari diri mereka sendiri mereka tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan Allah.
Barangkali kita mengukur diri kita sendiri dengan diri sesama kita, mungkin kita membandingkan diri kita sendiri di antara diri sesama kita, kita dapat mengatakan bahwa kita melakukan sebaik yang orang ini atau orang itu lakukan, tetapi pertanyaan yang olehnya penghakiman akan meminta jawaban ialah: Adakah kita memenuhi tuntutan-tuntutan surga yang tinggi? Adakah kita mencapai standar llahi? Adakah hati kita selaras dengan Allah yang di surga?