“Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya’” (Matius 8:20).
[AkhirZaman.org] Alangkah hebat pemandangan ini pada penglihatan surga! Kristus, yang tidak mengenal noda dosa terkecil pun atau kecelaan, mengenakan sifat kita dalam keadaannya yang merosot. lni merupakan tindakan merendahkan hati yang lebih besar daripada yang manusia dapat mengerti. Allah dlnyatakan dalam daging. la merendahkan diri-Nya sendiri.
Betapa suatu pokok pembicaraan untuk dipikirkan, untuk direnungkan secara mendalam dan sungguh-sungguh! Sungguh amat besar bahwa la Yang Mahamulia di surga, namun la membungkuk begitu rendah, tanpa kehilangan satu titik pun keagungan dan kemuliaan-Nya! la turun kepada kemiskinan dan sampai ke dasar yang paling rendah di antara manusia. Demi keselamatan kita la menjadi miskin, supaya melalui kemiskinan-Nya kita menjadi kaya. “serigala mempunyai liang,” kataNya, “dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Matius 8:20).
Kristus membiarkan diri dihina dan diolok-olok, dicemooh, dan diejek. la mendengar pekabaran-Nya, yang penuh dengan kasih dan kebaikan serta kemurahan, dinyatakan dan diaplikasikan dengan salah. la mendengar diri-Nya sendiri disebut raja para iblis, oleh sebab la menyaksikan Keilahian-Nya sebagai Anak. Kelahiran-Nya memang di luar batas kemampuan manusia, tetapi oleh bangsa-Nya sendiri, mereka yang membutakan mata mereka terhadap perkara-perkara rohani, itu dianggap suatu noda atau cela. Tidak ada setetes pun dari kesengsaraan kita yang pahit yang tidak dikecap-Nya, tidak ada bagian dari kutuk kita yang tidak diderita-Nya, supaya la dapat membawa banyak laki-laki dan perempuan kepada Allah.
Kenyataan bahwa Yesus di bumi ini adalah sebagai manusia yang menderita kesusahan dan berkenalan dengan kesengsaraan, bahwa supaya dapat menyelamatkan manusia yang jatuh dari kebinasaan kekal, la meninggalkan rumah-Nya di surga, harus meletakkan dalam debu semua kesombongan kita, mempermalukan semua kesia-siaan kita, dan menyatakan kepada kita dosa kepuasan diri. Lihatlah Dia menjadikan kekurangan, kesusahan, kesengsaraan dan penderitaan manusia yang berdosa menjadi bagian-Nya sendiri. Tidakkah kita dapat menerima pelajaran bahwa Allah menanggung penderitaan-penderitaan dan luka-luka jiwa ini sebagai akibat dosa?
Kristus datang ke bumi, mengenakan sifat manusia dan berdiri sebagai wakil manusia, untuk menunjukkan dalam pertentangan dengan Setan bahwa manusia, sebagaimana Allah menciptakannya, berhubungan dengan Bapa dan Anak, dapat menurut setiap tuntutan llahi. Berbicara melalui hamba-Nya la menyatakan, “perintah-perintah-Nya itu tidak berat” (1 Yohanes 5:3). Dosalah yang memisahkan manusia dari Allahnya, dan dosa itulah yang mempertahankan perpisahan ini.