[AkhirZaman.org] Nilai mata uang euro di Eropa jatuh lagi dan mendekati titik terendah selama 12 tahun terakhir melawan dolar Amerika.
Nilai mata uang yang digunakan di zona Eropa dengan beranggotakan 19 negara itu jatuh ke $1,07, titik terendah sejak April 2003, dan jauh dari titik tinggi pada lebih dari $1,60 pada pertengahan 2008.
Nilai euro telah menurun selama berminggu-minggu akibat lemahnya ekonomi Eropa dan di saat bersamaan meningkatnya perekonomian AS. Para investor dan pejabat Eropa juga khawatir negosiasi-negosiasi atas dana talangan Yunani sulit diatasi dalam beberapa bulan mendatang.
Pasar tenaga kerja Amerika menambah 295.000 lapangan pekerjaan bulan lalu, bulan ke-12 berturut-turut di mana pertumbuhan pekerjaan berjumlah lebih dari 200.000, menurunkan tingkat pengangguran di AS ke 5,5 persen. Sementara itu, tingkat pengangguran di zona Eropa masih ada di lebih dari 11 persen.
Bank Sentral Eropa mengeluarkan rencana stimulus $1,2 triliun untuk mendorong perekonomian dan lapangan pekerjaan di benua tersebut, namun hal itu tidak semerta-merta berdampak pada melemahnya euro atas dolar.
Sumber: voaindonesia.com
Alkitab mencatat bahwa krisis ekonomi adalah satu hal yang harus terjadi sebelum kedatangan Tuhan. Ketika Yakobus mengatakan untuk “bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan” (Yak. 5:7), itu adalah dorongan untuk tetap setia setelah dalam ayat 1-5 dia menubuatkan akan adanya kesusahan ekonomi.
Dalam ayat 2 dan 3 dia menuliskan bahwa akan tiba masanya bahwa “kekayaanmu sudah busuk . . . emas dan perakmu sudah berkarat.” Mengapa krisis ini harus terjadi? Yakobus tidak meninggalkan kita dalam kebingungan, dia memberikan jawabannya. Di dalam ayat 1 dia mengatakan, “… hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!”
Secara khusus Yakobus mengatakan bahwa kesusahan ekonomi diijinkan terjadi sebagai bentuk amaran atau peringatan dari Tuhan kepada orang-orang kaya. Kita tidak sedang mengatakan bahwa golongan orang-orang berduit saja yang pantas mendapat teguran sedangkan orang-orang golongan ekonomi menengah ke bawah tidak. Bukan berarti pula bahwa orang-orang miskin secara alamiah dipandang benar oleh Tuhan sedangkan orang kaya sebagai orang yang secara otomatis terhakimi bersalah.
Saudara, harta dan kekayaan tidaklah jahat. Namun itu semua akan menjadikan manusia berdosa jika uang menjadi “akar segala kejahatan . . . Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Tim. 6:10).
Satu kisah nyata di dalam Alkitab dicatat ketika seorang pemimpin yang kaya datang kepada Yesus dan bertanya, “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (Lukas 18:18).
Di ayat 20 Yesus menjawab, “Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu.”
Coba buka Keluaran 20 dan Anda akan mendapati Sepuluh Perintah Allah. Ayat 3-11 adalah empat perintah pertama yang mengatur bentuk kasih kita kepada Allah. Sedangkan ayat 12-17 mencatat enam perintah terakhir yang mengatur hubungan atas dasar kasih antara kita dengan sesama manusia.
Jika Anda melihat jawaban Yesus kepada orang yang kaya itu maka itu juga ada di dalam enam perintah terakhir dari Keluaran 20:12-17. Namun jika kita perhatikan dengan teliti maka ada satu perintah yang Yesus sengaja tidak ucapkan, yaitu perintah yang kesepuluh yang berbunyi: “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.”
Berbicara topik yang sama pula, Ulangan 5:21 mengatakan: “Jangan mengingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.”
Perintah jangan mengingini ini adalah perintah yang Yesus tidak sebutkan kepada pemimpin yang kaya itu. Mengapa Dia tidak mengucapkan kepada orang kaya itu tentang perintah ini?
Sebelum mendapat jawabnya, mari simak apa yang menjadi jawab dari orang kaya itu dalam Lukas 18:21, “Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Dia mengakui bahwa 5 dari enam perintah itu telah dilakukannya sejak masa mudanya. Namun ternyata Yesus akhirnya menyinggung juga perintah yang kesepuluh ketika Dia kembali berkata, “Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (ayat 22).
Coba kita perhatikan perkataan Yesus di ayat itu. Bukankah sangat berhubungan dengan uang dan harta? Bukankah juga perintah kesepuluh di dalam Keluaran 20: 17 dan Ulangan 5: 21 erat hubungannya dengan kekayaan? Alkitab mencatat dan memberi bukti yang begitu kuat bahwa harta dan kekayaan seringkali menjadi penghalang seseorang kepada pertobatan.
Bagaimana reaksi orang kaya itu setelah mendengar perkataan Yesus untuk menjual segala harta miliknya? Ayat 23 mencatat: “Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya.”
Orang kaya memiliki masalah dengan kekayaan. Keinginannya akan harta dunia lebih besar daripada keinginannya akan Yesus. Dan coba perhatikan dengan lebih teliti lagi pertanyaannya kepada Yesus dalam ayat 18: “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Apakah ada yang salah dengan keinginan memiliki hidup kekal? Tidak. Namun jika dalam hati rasa ingin dan cinta akan harta yang menguasai hati, sorga tidaklah cocok bagi orang semacam ini.
Baginya sorga hanyalah rumah kedua di mana segala kesusahan tidak akan ada lagi. Iya memang benar bahwa sorga adalah tempat di mana tidak ada kesusahan dan penderitaan. Namun apakah hanya itu tujuan Anda memiliki hidup kekal? Sorga bukanlah tempat bagi orang-orang yang hanya mencintai dirinya sendiri dan menginginkan kenyamanan semata.
Tidak salah menjadi kaya dan memiliki hidup yang nyaman. Namun apakah cinta akan uang melebihi kasih kita kepada Tuhan dan sesama manusia? Ada banyak orang yang demikian saat ini; yang rela mengorbankan prinsip-prinsip rohani demi mencapai dan menumpuk kekayaan dan kenyamanan.
Tuhan tahu bahwa ini akan semakin memuncak di hari-hari terakhir dunia ini. Sehingga melalui rasul Paulus dia mengatakan bahwa dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang “mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang” (2 Tim. 3:2) menjelang kian dekatnya hari kedatanganNya kedua kali.
Namun Tuhan tidak menginginkan kematian mereka. Yehezkiel 33:11 Tuhan berkata, “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu!”
Kesusahan ekonomi seperti yang Yakobus nubuatkan adalah cara Tuhan untuk memberi amaran kepada setiap orang yang hanya “mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.” Dia telah melihat dan merasakan sendiri secara langsung secara langsung ketika harus kehilangan untuk selamanya seorang yang sangat dikasihiNya. Siapakah orang itu? Yudas Iskariot.
Apakah benar demikian? Yohanes 12:6 mengatakan, “Hal itu dikatakannya bukan karena ia (Yudas) memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.”
Saudara, bisakah Anda membayangkan ketika Yudas mengkhianati dan menyerahkan Yesus kepada para tentara? Apakah Yesus marah dan membencinya? Tidak. KasihNya kepada Yesus sama dengan dimilikiNya kepada Petrus.
Setelah penyangkalan yang dialami Yesus oleh Petrus, Lukas 22:61 mencatat “berpalinglah Tuhan memandang Petrus.” Pandangan penuh kasih dari Yesus inilah yang akhirnya membuat Petrus bertobat.
Lalu bagaimana perlakuan Yesus kepada Yudas? Setelah Yudas menemui imam-imam kepala untuk bersepakat dalam penangkapan Yesus (Mat. 26:14-16), Yesus beberapa kali mengingatkan Yudas (ayat 21-25). Yesus begitu mengasihi Yudas sehingga Dia mengingatkan salah satu muridNya itu sebelum dia melaksanakan pengkhianatannya.
Begitu pula krisis ekonomi yang sekarang terjadi hampir di seluruh dunia adalah amaran tidak hanya kepada orang kaya, namun menjadi peringatan bagi setiap orang yang mencintai dirinya sendiri dan mengejar uang sebagai yang terutama.
Allah tidak menginginkan kebinasaan satu ciptaanNya pun. Namun sebaliknya, “kalau orang fasik bertobat dari kefasikannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup karena itu.” (Yehezkiel 33:19).
Yesus meninggalkan sorga dan kenyamanan di sana untuk mengajarkan kepada kita bahwa cinta diri dan uang tidak mendapat tempat di sorga. Yesus tidak melarang untuk menjadi kaya, namun Dia juga rindu mengajarkan kesederhanaan hati dan ‘kekayaan’ karakter karena hanya itulah yang akan menjadi harta dan perhiasan kekal kita di sorga. “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” (1 Pet. 3:3, 4).