Afghanistan: Ekonomi Ambruk.

Afghanistan: Ekonomi Ambruk.




AkhirZaman.org: Afghanistan: Ekonomi Ambruk, Keluarga miskin makin kesulitan untuk bertahan hidup 'Pinjam uang sana-sini untuk beli obat'. Fazlur Rahman, bocah berusia lima tahun, menderita tumor tahap empat di lehernya. Tergeletak lemah di rumah sakit Jamhuriat, Kabul, yang penuh sesak, dokter berusaha sekuat tenaga menyambung hidupnya dengan kemoterapi.
Di Afghanistan, Jamhuriat adalah satu dari hanya tiga pusat perawatan kanker yang masih beroperasi.
Keluarga miskin makin kesulitan untuk bertahan hidup 'Pinjam uang sana-sini untuk beli obat'
Perawatan kesehatan di sini gratis berkat bantuan dana dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC), namun beberapa obat harus dibeli sendiri oleh pasien.
Ekonomi Afghanistan hancur setelah kelompok Taliban kembali berkuasa.
Bagi Abdul Bari, ayah Fazlur Rahman, mencari uang $100 bukan perkara mudah.
"Saya pinjam uang sana-sini agar bisa menengok anak saya di rumah sakit dan untuk membeli obat," ujar Bari, petani yang tinggal di kawasan pedalaman di Afghanistan barat.
Sebelum Taliban berkuasa pada pertengahan 2022, sekitar 75% anggaran negara berasal dari bantuan asing.
Bantuan dihentikan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, meski bantuan kemanusiaan tetap berlanjut, dan sekitar US$9 miliar cadangan devisa Afghanistan di luar negeri dibekukan, memicu kelangkaan dana dan uang kontan di negara tersebut.
Bantuan dihentikan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, meski bantuan kemanusiaan tetap berlanjut, dan sekitar US$9 miliar cadangan devisa Afghanistan di luar negeri dibekukan, memicu kelangkaan dana dan uang kontan di negara tersebut.
Laporan Bank Dunia pekan lalu memperingatkan, lebih sepertiga rakyat Afghanistan tak bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Pasien di bangsal kanker seperti Mazaria, 50 tahun, dari Provinsi Takhar di utara, menjual semua yang ia punya untuk membiayai obat, yang tersedia cuma-cuma di masa lalu.
"Tak ada hal lain yang bisa kami lakukan ... kami buruh kasar, hanya punya sapi dan keledai, jadi kami jual hewan ini. Sekarang tak ada yang tersisa," ungkap Mazaria.
"Kami pinjam uang dari saudara, dari kerabat suami, dan juga dari tetangga," imbuhnya.
'Talangan' Organisasi Internasional
Dr Manucher, yang memegang tanggung jawab di bangsal kanker, mengatakan kadang para staf rumah sakit iuran untuk membeli kebutuhan obat para pasien miskin.
"Kami memang kekurangan anggaran," katanya.
Yang sebenarnya terjadi adalah, anggarannya nol. Departemennya tetap bisa beroperasi karena ICRC membayar gaji karyawan dan mendanai pembelian obat-obat tertentu.
Sebagai perbandingan, tahun lalu ia menerima anggaran US$1 juta dari Kementerian Kesehatan.
PBB sudah menyerukan pengumpulan dana lebih US$4 miliar untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Afghanistan.
Bulan lalu, digelar konferensi internasional dengan tujuan mendapatkan US$4,4 miliar dana kemanusiaan, namun hanya terkumpul komitmen sebesar US$2,4 miliar.
Ada kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan nyawa karena bertambahnya jumlah anak-anak yang kekurangan gizi dan keluarga-keluarga yang kesulitan terpaksa menikahkan anak perempuan mereka lebih cepat.
Para pekerja kemanusiaan dan para diplomat mengakui pentingnya mengatasi persoalan Afghanistan, tak hanya dalam waktu dekat tapi juga dalam jangka panjang.
Tetapi mencairkan kembali dana pembangunan dan cadangan devisa Afghanistan masih menjadi masalah bagi komunitas internasional, terutama karena Taliban makin sering mengambil posisi garis keras.
Banyak yang khawatir, keputusan Taliban tidak mengizinkan anak-anak perempuan kembali bersekolah hanya akan membuat masyarakat internasional makin enggan menyediakan dana yang sangat diperlukan oleh Afghanistan.
Untuk sementara ini, yang paling terdampak adalah mereka yang rentan.
Di pinggiran Kabul timur kami mengunjungi kamp untuk para pengungsi.
Pertempuran yang menjadi penyebab utama untuk mengungsi sudah selesai tetapi mereka mengeklaim tak bisa pulang ataupun membangun kembali rumah mereka yang rusak.
Ada ruang kelas yang penuh sesak. Ada sekolah gratis yang didirikan pemerintah, namun Parwana, 12 tahun, mengatakan tak bisa bersekolah di sana karena tak bisa membeli seragam.
"Kehidupan makin susah. Ibu saya menjadi tukang cuci, namun uang yang didapat tidak mencukupi untuk membeli makanan. Dan sekarang ia sakit," katanya.
Saat hari beranjak malam, di satu jalan, organisasi bantuan setempat membagikan roti. Tak kurang dari 100 orang berkumpul.
Beberapa di antaranya mengira kami sebagai staf organisasi bantuan dan menunjukkan kartu identitas dengan harapan nama mereka bisa masuk daftar penerima.
Ada rasa putus asa. Seseorang di antaranya berujar, "Kadang anak saya bisa makan, kadang juga tidak."
https://bbc.in/3Kdhpzm
Apa yang Anda rasakan Ketika membaca berita di atas? Menyedihkan? Suatu kondisi yang tidak menentu atau tidak ada kepastian akan jaminan kehidupan. Apakah Anda melihatnya?
Dari berita di atas, kita dapat belajar bagaimana mengerikannya hidup dalam ketidakpastian. Penuh dengan kekhawatiran yang senantiasa menyelimuti pikiran. Khawatir tentang apa yang akan dimakan, tentang pengobatan yang harus ditanggung oleh orang-orang yang sakit sedangkan untuk memperoleh uang sangatlah sulit.
Di tengah-tengah situasi seperti itu, ingatkah Anda bahwa ada sebuah jaminan kepastian, yang diberikan oleh Tuhan kepada semua umatNya. Kepastian akan sebuah kemenangan dari setiap permasalahan atau beban hidup yang Anda miliki, apakah itu?
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Matius 11:28. 
Bisa jadi Anda tidaklah memiliki masalah yang sama dengan berita di atas, tetapi bisa jadi Anda saat ini sedang mengalami suatu kondisi ketidakpastian akan masa depan. Mungkin tentang pekerjaan, keluarga, pendidikan atau kesehatan Anda.
Tuhan menjajikan sebuah jaminan bahwa Dia akan memberikan kelegaan kepada semua orang yang benar-benar mau mencari Dia dengan sepnuh hati serta mendengarkan suaraNya dan menjalankan sesuai dengan ketetapanNya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda mau untuk menerimaNya dan merasakan jaminan kelegaan dariNya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *