Joe Biden di Atas Angin

diprediksi

[AkhirZaman.org] Warga Amerika Serikat (AS) mulai memberikan suara untuk pemilihan presiden pada Selasa (3/11) waktu setempat. Sekitar 150 juta warga AS diprediksi menyumbangkan suaranya.

New York Times melaporkan, sebanyak 97,6 juta warga telah berpartisipasi dalam pilpres AS. Jumlah itu mencapai dua pertiga dari total pemilih yang memberikan hak suaranya pada pilpres 2016. Kala itu terdapat 136,5 juta pemilih.

Secara keseluruhan, populasi yang berhak memilih jika terdaftar adalah sebanyak 239.247.182 orang. Calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden sampai saat ini masih mengungguli kandidat capres Partai Republik Donald Trump dalam jajak pendapat nasional.

Namun, hal itu tak menjamin Biden akan mulus meraih kemenangan. Masih terdapat delapan negara bagian yang dijuluki sebagai swing state. Artinya, belum terprediksi kepada siapa mayoritas warga di negara bagian tersebut akan memberikan suaranya.

Oleh sebab itu, hasil pemungutan suara di swing state dinilai bakal menentukan kemenangan kontestasi pilpres AS. Kedelapan negara bagian tersebut adalah Florida, Pennsylvania, Ohio, Michigan, North Carolina, Arizona, Wisconsin, dan Iowa.

Selama kampanye lalu, Biden dan pejawat Donald Trump telah berupaya menarik suara di kedelapan negara bagian tersebut. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan The Guardian, Biden unggul di enam negara bagian.

Di Florida, misalnya, Biden memimpin dengan 49 persen, sedangkan Trump memperoleh 48 persen. Di Pennsylvania, Biden meraih 50,7 persen, sementara Trump 45,7 persen. Kemudian di Michigan, Biden memperoleh 51,6 persen, sedangkan Trump 43 persen.

Keunggulan Biden di negara bagian tersebut juga tecermin dalam jajak pendapat nasional. Rata-rata jajak pendapat terbaru menempatkan Biden di atas Trump. Namun hal itu memang tak menjamin bahwa Biden akan memenangkan pilpres. Situasi seperti ini pernah terjadi pada 2016 lalu. Kala itu, berbagai jajak pendapat menempatkan Hillary Clinton di atas Trump. Tapi hasil akhir justru menunjukkan hal sebaliknya.

Atas alasan itulah, Trump sesumbar dapat memenangkan mayoritas suara di negara bagian, termasuk di Michigan. Trump mengatakan itu pada malam terakhir kampanyenya sebelum pemungutan suara. Ribuan orang menghadiri kampanyenya di Grand Rapids meski suhu udara sangat dingin. Mereka mendukung Trump dan Wakil Presiden Mike Pence untuk kembali berkuasa di periode kedua. Sementara jajak pendapat menunjukkan Trump bersaing ketat dengan Joe Biden.

Di hadapan pendukungnya di Michigan, Trump memprediksi Partai Republik akan keluar sebagai pemenang. “Saya pikir kami akan tampil baik-baik saja,” katanya.

Grand Rapids merupakan perhentian terakhir Trump dalam kampanyenya pada 2016 lalu. “Empat tahun yang lalu kami mencetak sejarah dan besok kami akan kembali mencetak sejarah,” kata Trump.

Pejabat pemerintahan Trump mengatakan, presiden akan berada di Gedung Putih pada malam pemungutan suara. Sementara Joe Biden memprediksi bakal meraih kemenangan di Pennsylvania. “Saya memiliki firasat kami akan bersatu untuk meraih kemenangan besar besok,” kata Biden di kampanye tempat parkir di Pittsburgh. Sebanyak 250 mobil mengikuti kampanye di lapangan parkir Heinz Field tersebut. Pendukung Biden menekan klakson dan bersorak saat Biden berbicara.

Kampanye pemilihan umum tahun ini didominasi isu pandemi Covid-19 yang telah menewaskan 230 ribu warga AS dan membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan. Di saat yang sama, Amerika juga diguncang gelombang unjuk rasa ketidakadilan rasial terhadap masyarakat kulit hitam.

Biden menggunakan kegagalan Trump dalam menanggulangi pandemi sebagai tema utama kampanyenya. Ia berjanji meningkatkan upaya penanggulangan wabah Covid-19, memperbaiki perekonomian, dan menjembatani perpecahan politik.

Pada Selasa (3/11) waktu setempat, US Elections Project dari University of Florida mengumumkan, hingga Senin (2/11) malam mereka mencatat sudah lebih dari 99 juta suara yang dikirimkan melalui surat atau dibawa langsung ke petugas suara. Sekitar 76 persen dari seluruh partisipasi pemilih dalam pemilu 2016 dan mewakili 40 persen dari warga AS yang memiliki hak pilih.

Rekor ini tidak hanya menunjukkan antusiasme masyarakat dengan pemilihan tahun ini. Tetapi juga memperlihatkan kekhawatiran mereka untuk memberikan suara di hari pemungutan suara di tengah masih berlangsungya pandemi Covid-19. Trump pun dalam beberapa bulan terakhir mempertanyakan integritas pemilu. Ia mengklaim metode mengirimkan suara melalui surat dapat dicurangi dengan mudah. Ia juga berjanji tidak akan menyerahkan kekuasaan begitu saja apabila menuai kekalahan.

Menurut Trump, seharusnya hanya suara yang dihitung pada malam pemilihan yang dianggap sah, walaupun banyak negara bagian yang membutuhkan waktu berhari-hari atau berpekan-pekan untuk menghitung seluruh suara.

Pemungutan suara ini juga memutuskan partai politik mana yang akan menguasai Kongres dua tahun ke depan. Partai Demokrat berusaha keras untuk merebut kekuasaan di Senat dan berharap mempertahankan kendali di House of Representative.

Tempat pemungutan suara pertama dibuka pada Selasa 3 November pukul 06.0 pagi Eastern Standard Time (EST) atau pkul 18.00 WIB. Trump ingin mempertahankan posisinya di Gedung Putih setelah periode pertama yang penuh gejolak. Terutama karena pandemi virus korona serta krisis ekonomi yang dipicu kebijakan karantina nasional. Masa jabatan Trump juga diwarnai pemakzulan, penyelidikan terhadap intervensi Rusia, ketegangan rasial dan kebijakan imigrasi yang keras.

Sementatara itu, Biden yang berusia 77 tahun mengincar kemenangan setelah berkarier di politik selama lima dekade, termasuk delapan tahun menjabat sebagai wakil presiden Barack Obama. Ia gagal dalam nominasi kandidat presiden dari Partai Demokrat pada tahun 1988 dan 2008. Tahun ini usahanya yang ketiga untuk menjadi presiden Amerika.

Angka dukungan terhadap Trump di jajak pendapat terus menurun karena publik menilai ia gagal mengatasi pandemi Covid-19. Apalagi, Trump berulang kali mengabaikan ancaman Covid-19. Jajak pendapat Reuters/Ipsos di Florida yang terakhir memperlihatkan, Biden lebih unggul dengan perbandingan suara 50-46 persen.

WNI Jangan Keluar Rumah

Sementara, warga negara Indonesia yang tinggal di sejumlah negara bagian Amerika Serikat diimbau tetap di rumah dan menghindari kerumunan saat Pilpres AS pada 3 November 2020. Imbauan itu dikeluarkan untuk mencegah penularan Covid-19 serta menghindari kemungkinan kerusuhan jika ada aksi unjuk rasa.

Imbauan disampaikan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) New York untuk para WNI yang tinggal di wilayah kerjanya, yaitu negara bagian Connecticut, Delaware, Maryland, Maine, Massachusetts, New Hampsire, New Jersey, New York, North Carolina, South Carolina, Pennsylvania, Rhode Island, Vermont, Virginia, dan West Virginia.

Lewat surat edaran tertanggal 1 November 2020 waktu New York, ada lima imbauan yang disampaikan KJRI untuk ratusan ribu WNI yang menetap di 15 negara bagian tersebut. “Warga masyarakat Indonesia diimbau untuk sejauh mungkin menghindari tempat-tempat kerumunan massa atau tempat-tempat rawan lainnya, yang dinilai berpotensi menjadi lokasi berlangsungnya aksi unjuk rasa atau kerusuhan,” kata KJRI New York lewat surat edaran yang diterima di Jakarta, Senin (2/11) malam.

Meskipun ada potensi kerusuhan, KJRI meminta masyarakat Indonesia dapat menyikapi segala situasi dengan tenang dan penuh kewaspadaan selama pilpres. WNI juga diminta tetap di rumah selama pilpres berlangsung. “Warga Indonesia diimbau sedapat mungkin tetap tinggal di rumah, sekiranya tidak terdapat urusan atau kepentingan yang bersifat mendesak,” demikian surat edaran tersebut.

Jika ada keperluan mendesak yang mengharuskan warga keluar rumah, KJRI meminta WNI untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak, demi mencegah penularan Covid-19. Guna mengetahui perkembangan situasi selama pilpres, KJRI New York juga meminta masyarakat Indonesia di AS mengikuti informasi dari media resmi dan imbauan lembaga-lembaga terkait, khususnya menyangkut situasi keamanan di AS.

Terakhir, KJRI New York meluncurkan hotline yang dapat dihubungi jika WNI membutuhkan bantuan saat menghadapi situasi darurat. Menurut data lapor diri Kementerian Luar Negeri RI per Juni 2020, jumlah WNI di AS mencapai lebih dari 142 ribu jiwa.

Pilpres AS kali ini memang dibayangi polarisasi akut. Kuatnya dukungan bagi masing-masing calon memunculkan kekhawatiran soal kemunculan pihak-pihak yang tak menerima kekalahan.

“Saya hanya merasa saya terpapar ketegangan ini sepanjang waktu dan kekacauan dan kegelisahan, ‘Apa yang selanjutnya akan dihancurkan?’,” kata warga Michigan, Phyllis Delrosario (73 tahun), Selasa (3/11).

Sementara itu, Charlotte Moss, seorang perempuan Afrika-Amerika merasakan kegelisahan dengan ancaman kelompok-kelompok milisi bersenjata supremasi kulit putih. Perempuan 64 tahun yang tinggal di Oakland County, Michigan, itu membeli senjata api untuk pertama kalinya, bulan lalu.

https://bit.ly/34UEMfO

Mereka yang ditempatkan pada jabatan bertanggung jawab harus dengan sabar berusaha membuat orang lain terbiasa dengan semua bagian pekerjaan itu. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak ingin menjadi nomor satu, tetapi bahwa mereka senang dengan adanya orang lain yang mengetahui sampai kepada yang sekecil-kecilnya, dan berdaya guna sama seperti mereka. Mereka yang dengan setia memenuhi kewajiban mereka dalam hal ini, pada waktunya, akan ada sejumlah besar pekerja cerdas berdiri di sisi mereka yang telah mereka didik. Sekiranya mereka membentuk perkara-perkara sesuai dengan wawasan sempit yang mementingkan diri, maka mereka akan berdiri hampir sendirian. ”-Review and Herald, 4 Desember 1904. (Sukses Memimpin, hal.109, pf.1)

Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Matius 22:37)

“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5,6)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *