Ribuan Perempuan Hilang Akibat Kekerasan Rumah Tangga Dan Pelecehan Seksual Di Peru, “Mereka Manusia, Bukan Hanya Angka”

perempuan

[AkhirZaman.org] Cinthia Estrada Bolívar terkenang momen ketika keluarganya menerima telepon dari dapur umum yang dikoordinasi oleh adik perempuannya, Marleny di ibu kota Peru, Lima.

Momen itu terjadi pada 16 Juli lalu, dan adik perempuannya itu tak datang ke dapur umum untuk memasak bagi warga miskin Peru, suatu hal yang tak biasa dilakukannya. Marleny, yang tahun ini genap berusia 29 tahun, merupakan ibu dengan dua anak. Chintia, kedua orang tuanya, dan saudara perempuannya yang lain mencari Marleny di rumahnya yang berlokasi di kawasan padat penduduk. Mereka disambut oleh mantan suami Marleny.

Dengan tenang, ia mengatakan bahwa Marleny baru saja pergi. Cinthia ingat ia kala itu terganggu dengan kenyataan bahwa mantan suami adiknya itu tak tampak kesal bahwa Marleny telah menghilang. Cinthia juga khawatir karena sebelumnya Marleny pernah melaporkan mantan suaminya karena melakukan kekerasan terhadap dia dan putranya. Keesokan harinya, tanpa ada kabar dari Marleny, keluarga melaporkan hilangnya Marleny ke kepolisian. “Kami percaya pada pihak berwenang,” kenang Cinthia.

Namun dia kemudian menuturkan bahwa kepercayaan kepada polisi itu segera buyar setelah keluarga mendapat kesan bahwa polisi tidak mengambil tindakan serius atas kasus ini. Petugas polisi berkata pada keluarga untuk menjauh dari rumah Marleny karena penyelidikan saat ini sedang ditangani kepolisian.

Pada Agustus, mantan suami Marleny meninggalkan Lima dengan kedua anaknya, yang berusia tiga dan delapan tahun. Tidak ada yang tahu keberadaannya setelah itu. Beberapa minggu kemudian, Cinthia bermimpi bahwa saudara perempuannya ada di rumah, dalam kondisi sudah meninggal. Ia lalu berhasil meyakinkan polisi untuk menemani keluarganya ke rumah Marleny.

Saat polisi menggeledah salah satu bagian rumah dengan anjing pelacak, Cinthia dan ayahnya menggeledah kamar tidur. “Kamarnya terlihat berbeda, ada yang berbeda dengan lantainya,” kenang Cinthia. Cinthia dan ayahnya mulai menggali lantai yang terbuat dari papan. Saat sekop itu tergelincir ke tanah dengan mudah, mereka tidak menemukan apa pun pada awalnya.  “Intuisi saya mengatakan Marleny ada di bawah sana,” tutur Cinthia. Bau busuk mulai tercium dari lubang yang mereka gali. Intuisi Cinthia bisa jadi benar.  Polisi mengambil alih penggalian dan meminta keluarga untuk meninggalkan ruangan.

Pada akhirnya, dia menemukan jenasah Marleny dikubur di kedalaman 1,5 meter. Cinthia meyakini semestinya keberadaan Marleny bisa diketahui lebih awal. Surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk mantan suami Marleny atas dugaan pembunuhan tetapi keberadaannya tidak diketahui.

Cinthia menginginkan keadilan bagi adik perempuannya yang terbunuh. Dia juga berpikir keluarganya bisa saja terhindar dari penderitaan berminggu-minggu dan bahwa mereka akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk melacak dua keponakannya yang hilang, jika saja polisi bertindak lebih cepat.  Tidak semua kasus perempuan hilang di Peru berakhir tragis seperti Marleny. Tapi bagaimanapun, keluarga yang orang yang dicintainya akhirnya ditemukan hidup, harus melalui masa-masa sulit sampai mereka kembali.

Alison Paola Fernández yang berusia 30 tahun telah hilang dua kali. Dengan kondisi keterbelakangan mental, Alison pertama kali menghilang setelah diperkosa oleh seorang tetangga dan melahirkan seorang anak.

Keluarganya menemukannya enam bulan kemudian tinggal di bagian lain di Lima dengan seorang lelaki tua. Tidak jelas bagaimana ia bisa tinggal bersama pria itu dan apakah Alison tinggal bersamanya atas keinginannya sendiri. Pada Agustus 2020, ia menghilang lagi, keluarganya sangat putus asa.

Kakak iparnya, Jessica Quesada Bocanegra, melaporkan bahwa Alison hilang. Ia mengajukan laporan orang hilang ke polisi tetapi mengatakan bahwa ia tidak tahu apakah kepolisian kemudian mengambil tindakan.

“Mereka baru saja menelepon beberapa hari yang lalu untuk menanyakan apakah Alison muncul, saya rasa mereka tidak melakukan apa pun untuk menemukannya,” kata Quesada. Ribuan orang dilaporkan hilang di Peru setiap tahun.

Pada periode Januari hingga September 2020, terdapat 13.070 laporan orang hilang yang telah diajukan. Menurut angka resmi polisi, lebih dari setengah dari mereka di bawah umur.

Perwakilan hak perempuan di Kantor Ombudsman, Eliana Revollar Añaños, mengatakan bahwa sebagian besar anak perempuan yang hilang melarikan diri dari pemerkosaan, kekerasan atau pelecehan seksual. Perempuan dewasa merupakan 63% dari mereka yang dilaporkan hilang dan dengan kekerasan dalam rumah tangga yang meningkat selama bulan-bulan karantina wilayah akibat Covid-19.

Para aktivis hak-hak perempuan khawatir banyak dari mereka yang melarikan diri dari pelecehan atau – bahkan lebih buruk – dengan kekerasan fisik.

Antara Maret dan Juli – periode ketika Peru menerapkan karantina wilayah yang ketat – tercatat 11.000 kekerasan terhadap perempuan, menurut kementerian bidang perempuan. Hampir 30% korban adalah anak di bawah umur. Tetapi kurangnya data yang dapat diandalkan tentang hilangnya para perempuan ini membuat analisis atau tindak lanjut menjadi sulit. “Kami tidak tahu berapa banyak dari mereka yang telah ditemukan dan berapa banyak yang masih hilang,” kata Revollar Añaños.

“Anak di bawah umur yang melarikan diri adalah tanda bahwa kita telah gagal sebagai masyarakat,” tambahnya. Katherine Soto Torres dari organisasi Mujeres Desaparecidas Perú, yangmenangani perempuan-perempuan yang hilang di Peru, berpikir pihak berwenang harus disalahkan karena terlalu fokus pada angka.

“Para perempuan yang hilang bukan hanya angka, mereka adalah manusia, katanya.
“Negara semestinya memberikan jawaban pada keluarga – seolah-olah anak perempuan atau saudara perempuan mereka tidak pernah ada,” katanya tentang kurangnya tindak lanjut dari pihak berwenang. Revollar Añaños berpikir dalam beberapa kasus tindakan polisi yang lebih cepat dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati. “Kami memiliki 19 orang perempuan yang dilaporkan hilang dan kemudian ditemukan tewas. Jika mereka dicari pada waktu yang tepat, nyawa mereka mungkin bisa diselamatkan,” katanya.

Elsa Huallpacusi adalah penasihat di kementerian dalam negeri Peru, otoritas negara yang bertanggung jawab atas polisi. Ia mengatakan bahwa semua kasus orang hilang telah mendapat perhatian. Ia juga menyatakan kurangnya kerja sama dari pihak kerabat menghambat penyelidikan. “Mereka melaporkan anggota keluarga hilang, kemudian mereka menemukan orang itu tetapi tidak memberi tahu pihak berwenang. Jika mereka ingat untuk memberi tahu kami ketika seseorang telah kembali, itu akan membantu,” katanya.

Katherine Soto Torres dari organisasi Mujeres Desaparecidas Perú mengatakan keluarga kerap dipersalahkan atas hilangnya anggota keluarga, dan tak jarang, juga menyalahkan korban. “Mereka berpendapat bahwa perempuan itu mungkin melakukan sesuatu untuk membuat pasangannya cemburu, mendorongnya untuk melakukan sesuatu padanya.”

Satu hal yang disepakati oleh para aktivis dan pejabat hak perempuan adalah kurangnya data telah menghambat pencarian orang yang hilang. Minggu lalu, sistem pencarian nasional yang baru diluncurkan oleh Presiden Martín Vizcarra. Sebagai bagian dari sistem tersebut, ada registrasi nasional di mana informasi tentang orang hilang dikumpulkan dan disimpan secara terpusat.

Alison, yang hilang pada Agustus, ditemukan pada September. Orang-orang yang telah melihat foto yang disebarkan kakak iparnya di halaman akun Facebook Perempuan Hilang menghubungi keluarga dan mengatakan bahwa mereka telah melihatnya berjalan-jalan di pinggiran kota Lima. Alison sekarang telah selamat dan berkumpul kembali dengan keluarganya, tetapi banyak keluarga lain terus mencari orang yang mereka cintai. Mereka sangat berharap bahwa daftar nasional yang baru akan mempercepat kerja polisi dan mereka juga akan dipersatukan kembali dengan mereka yang hilang.

https://bbc.in/37BgFEF

Masyarakat terbentuk dari keluarga-keluarga, dan kepala-kepala keluarga, itulah yang membentuknya. Dari dalam hati “terpancarlah kehidupan” serta jantung masyarakat, jantung jemaat, dan jantung sesuatu bangsa ialah rumah tangga. Kesejahteraan masyarakat, kemajuan jemaat, kemakmuran bangsa, tergantung atas pengaruh-pengaruh rumah tangga. (Ministry of Healing,  p.349)

Seharusnya rumah tangga dijadikan sebagaimana arti yang dikandung dalam perkataan itu. Rumah tangga itu harus menjadi satu surga kecil di atas dunia ini, satu tempat di mana cinta kasih dipertumbuhkan gantinya ditindas dengan sengaja. Kebahagiaan kita bergantung atas pemeliharaan cinta kasih, belas kasihan dan ramah tamah yang benar terhadap satu dengan yang lain. (Testimonies for the Church, Vol.3, p.539)

Tipe surga yang paling manis ialah rumah tangga di mana Roh Tuhan menjadi kepala. Kalau kehendak Allah digenapi, suami dan istri menghormati satu dengan yang lain maka akan mempertumbuhkan cinta kasih dan kepercayaan. (Sign of the Times, June 20, 1911)

“Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?” (1 Korintus 7:16)  )

“Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.” (Yakobus 5:19,20)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *