Krisis Venezuela Kian Parah: Listrik Padam, Rakyatnya Kelaparan, Penjarahan Merajalela

venezuela

[AkhirZaman.org] Pemerintah Venezuela memerintahkan sekolah dan toko tetap tutup pada Senin (12/03) seiring pemadaman listrik berlanjut pada hari kelima.

Kelompok oposisi mengatakan sedikitnya 17 orang telah dilaporkan meninggal dunia akibat pemadaman tersebut.

Warga di ibu kota, Caracas, berbicara kepada wartawan BBC Will Grant tentang keputusasaan mereka yang semakin bertambah.

Setiap jam yang berlalu tanpa listrik di Venezuela membawa lebih banyak kekacauan dan stres pada negeri yang sudah berada di ambang batas.

Geng motor pro pemerintah, dikenal sebagai “colectivos”, berkeliaran di jalan-jalan gelap, menegakkan ketertiban dengan todongan pistol, sementara beberapa peristiwa penjarahan terjadi secara sporadis di tengah-tengah keputusasaan.

Pada dasarnya, gambaran jelas pemadaman listrik sulit didapatkan dalam empat hari terakhir.

Banyak bagian di negara ini masih terisolasi dan sulit untuk mendapatkan penjelasan lengkap tentang situasi mereka. Bahkan ketika listrik kembali, ia seringkali tidak cukup dan hanya bertahan selama beberapa jam sebelum mati lagi.

Apa yang jelas ialah sejak pemadaman terjadi pada Kamis pekan lalu, banyak daerah di Venezuela berjuang untuk bertahan hidup.

Tanpa internet, telepon seluler, bank, mesin kartu kredit, kompor elektrik atau pendingin ruangan, kehidupan sehari-hari hampir tidak tertahankan bagi banyak orang, terutama di komunitas berpendapatan rendah.

Tidak mengherankan bila beberapa orang hampir putus asa. “Saya punya anak usia dua tahun. Kemarin sore tidak ada yang bisa dimakan,” kata Majorie yang tampak marah di luar sebuah toserba di kompleks Terrazas del Club Hípico di Caracas.

Sebuah toko di dekat rumahnya dijarah, katanya, dan seorang tetangga memberinya sedikit beras.

“Saya merebusnya, menambah sedikit gula, dan memberinya kepada anak saya. Tapi hari ini, ketika ia minta makan, apa yang akan saya kasih? Saya bisa menahan lapar. Sebagai orang dewasa, kita hanya butuh segelas air. Tapi bagaimana dengan anak-anak?”

Di belakang kami, ketika kami berbicara, sekelompok ibu yang juga putus asa dan tertekan, mulai memukul-mukul pintu toserba yang tutup, menuntut agar diizinkan masuk.

Di dalam, kasir dan mesin kartu tidak berfungsi dan staf hanya menerima pembayaran dalam dolar AS.

“Kami tidak menggunakan dolar di negara ini, kami tidak dibayar dengan dolar, kami dibayar dengan Bolivar,” kata Majorie, suaranya meninggi lagi.

“Kami tidak mau menjarah toko, kami tidak mau membuat masalah. Yang kami mau adalah makanan. Kami lapar.”

Bagi orang lain, masalahnya lebih genting daripada kekurangan makanan.

Patricia (bukan nama asli) bekerja sebagai teknisi lab di sebuah rumah sakit anak di Caracas.

Khawatir akan mendapat masalah karena berbicara, ia menemui saya agak jauh dari rumah sakit JM de los Rios untuk mengungkapkan dampak pemadaman listrik terhadap para pasien.

“Pada hari Kamis, tidak ada yang tahu kenapa generator darurat tidak menyala, apa yang terjadi, atau kenapa semuanya masih gelap di unit perawatan intensif.”

Seorang kolega memberi tahunya bahwa anak-anak di bangsal itu dibantu bertahan hidup dengan respirasi manual.

Ada bayi yang baru berusia beberapa hari di unit neonatal dan bayi lainnya yang berusia beberapa bulan di unit “perawatan menengah”.

“Ketika kami berjalan melalui bangsal itu, kami melihat seorang ibu menangis dan kami mendapati bahwa salah satu bayi di unit perawatan menengah telah meninggal dunia,” Patricia menjelaskan.

Meski staf medis telah melakukan yang terbaik, salah satu bayi yang baru lahir di bangsal neonatal juga meninggal dunia pada malam pertama itu.

Sebuah generator akhirnya diantarkan ke rumah sakit, namun sebagai tanda kekacauan yang merajalela selama pemadaman, ia diantarkan bukan oleh petugas kesehatan atau pemerintah melainkan oleh colectivos.

Tidak ada uang, tidak ada pemakaman

Dan bukan hanya keamanan pangan dan layanan kesehatan yang hancur berantakan, bahkan memakamkan seseorang telah menjadi hampir tidak mungkin.

Anak laki-laki Maria Errazo tewas dibunuh di daerah kumuh tempatnya tinggal pada Kamis lalu, ketika pemadaman pertama kali terjadi. Sejak itu, jasadnya disimpan di kamar mayat Bello Monte.

Dengan kebanyakan kantor pemerintah tutup sejak Kamis siang, Errazo belum bisa mendapatkan dokumen yang dibutuhkan untuk melihat jasad anaknya atau melepasnya untuk dimakamkan.

Dan karena segelintir kantor yang buka tidak dapat mencetak atau terhubung ke internet, perempuan itu juga belum menerima konfirmasi resmi tentang bagaimana anaknya terbunuh.

Tapi bahkan jika Errazo bisa membawa anaknya pulang, ia tidak mampu membayar pemakamannya. Hiperinflasi yang tak terkendali di Venezuela telah menghapus nilai sedikit tabungan yang ia punya dalam Bolivar.

Ketika malam tiba, kami mendapat informasi bahwa toserba yang kami kunjungi di pagi harinya sedang dijarah.

Kami buru-buru ke sana, tiba tepat waktu untuk menyaksikan puluhan warga lokal ditahan dan ibu, istri, dan anak mereka histeris dengan amarah pada Garda Nasional.

“Kami harus bagaimana?” teriak seorang perempuan kepada petugas. “Cucu kami sekarat karena kelaparan.”

Jeritan minta tolong perempuan itu menandai akhir satu hari dalam kejatuhan Venezuela ke dalam kegelapan.

http://www.tribunnews.com/internasional/2019/03/12/krisis-venezuela-kian-parah-listrik-padam-rakyatnya-kelaparan-penjarahan-merajalela

Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. 2Timotius 3:1. 

Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Matius 24:8

Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu! Mazmur 79:9.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *