[RH] PENURUTAN UJIAN AGAMA YANG BENAR

keabadian

Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya, karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Lukas 6:44.

[AkhirZaman.org] “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman” (2 Korintus 13:5). Banyak orang yang mengikuti hati nuraninya, waktu membaca ayat ini, segera mulai mengeritik setiap perasaan dan emosi mereka. Akan tetapi bukan demikianlah cara yang benar untuk menguji diri sendiri. Bukanlah perasaan-perasaan serta emosi yang remeh yang harus diperiksa. Kehidupan, tabiat, itulah yang harus diukur oleh satu-satunya ukuran tabiat, yakni hukum Allah yang kudus. Karena setiap pohon dikenal pada buahnya. Perbuatan kita, bukannya perasaan kita yang menyatakan diri kita.

Perasaan, apakah menyenangkan atau tidak, janganlah menjadi ujian iman. Dengan Firman Allah kita menetapkan kedudukan kita yang sebenarnya di hadapan Dia. Banyak orang yang bingung dalam hal ini. Bilamana mereka merasa senang dan bahagia, mereka menyangka bahwa mereka diterima Allah. Bilamana terjadi perubahan, dan mereka merasa tertekan, mereka beranggapan bahwa Allah telah meninggalkan mereka ….

Allah tidak mengingini kita menjalani kehidupan ini tanpa berharap padaNya …. Sementara kita masih orang berdosa, Allah telah mengaruniakan AnakNya mati untuk kita. Dapatkah kita meragukan kebaikanNya?

Akan tetapi kewajiban yang patut dilakukan, berjalan bergandengan tangan dengan pertimbangan yang tepat tentang tabiat Allah. Ada tugas yang sungguh-sungguh yang patut dilakukan bagi Tuhan. Kristus telah datang untuk memberitakan injil kepada orang miskin, dan la mengirim murid-muridNya untuk melakukan tugas yang sama dengan apa yang dilakukanNya. Demikian pula Ia mengutus pekerja-pekerjaNya dewasa ini.

Berkas-berkas harus dikumpulkan bagiNya dari jalan-jalan raya dan persimpangan jalan. Pancaran hidup kekal yang ajaib itu menuntut dari kita sesuatu lain dari agama khayalan, agama kata-kata dan upacara-upacara, di mana kebenaran berada di luar pelataran, untuk dikagumi seperti kita mengagumi bunga yang indah; dituntutnya lebih daripada suatu agama perasaan yang tidak berharap pada Allah pada masa pencobaan dan kesukaran datang. Kesucian bukanlah di dalam pengakuan, melainkan meninggikan salib itu, melakukan kehendak Allah….

“Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintahNya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah (I Yohanes 2:4, 5).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *