Cara Membantu Orang yang Mengalami Gangguan Mental

[AkhirZaman.org] Penyakit mental di Indonesia masih terdengar tabu. Tidak sedikit orang yang memiliki kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mental. Namun tidak banyak orang yang tahu masalah kesehatan mental bisa menjadi penyakit jiwa.

Banyak yang beranggapan bahwa penyakit mental itu sama dengan gila dan dianggap sebagai suatu hal yang memalukan. Itu mengapa banyak orang yang takut untuk sekadar mengakuinya karena masyarakat mengganggap hal ini sebagai suatu stigma yang tidak enak untuk diceritakan kepada orang lain.

Parahnya di Indonesia penyakit mental ini sampai dijadikan meme. Penyakit mental adalah masalah medis yang bisa menyerang siapa saja. Orang awam sering berkata bahwa orang dengan gangguan mental hanya ada di dalam pikiran saja, tetapi ternyata hal ini adalah nyata sama halnya seperti penyakit lainnya.

Ada gangguan fungsi otak dan perubahan anatomi otak saat kesehatan mentalnya terganggu. Ini yang menghasilkan penurunan dari kemampuan kognitif, afektif atau relasional individu dan sering mengakibatkan seorang penderita tidak sanggup bahagia, sering menangis dan mati rasa.

Kalau ada teman, kenalan, keluarga atau kerabatmu yang mengalami gangguan mental, kamu bisa membantunya lho. Begini caranya:

1. Mengurangi pandangan negatif terhadap para penderita gangguan mental
Perilaku negatif dari masyarakat dan stereotip bahwa penderita gangguan mental merupakan seorang yang berbahaya semakin mempersulit penderita untuk dapat menerima penanganan yang sesuai dan menghambat proses adaptasi penderita. Berbagai kondisi tersebut membuat para penderita semakin merasa terisolasi sehingga para penderita merasa tidak layak untuk hidup dan memilih untuk melukai diri sendiri bahkan bunuh diri. Sebagai sesama manusia sebaiknya kita menyadari dan mampu menerima bahwa para penderita juga merupakan seorang yang layak untuk mendapatkan perhatian dan penanganan yang sesuai.

2. Dibutuhkan kepekaan kepada si penderita
Banyak orang yang kurangnya kesadaran akan penyakit mental. Saat orang itu ingin cerita dengan mudahnya mereka merespons tanpa memikirkan dampak bagi si penderita seperti: “Kamu kurang ibadah”, “Kamu kurang piknik”, “Kamu terlalu mikirin”, “Aku juga punya masalah lebih berat dari kamu tapi aku nggak papa tuh”, “masa gitu aja nggak kuat?”, dan sebagainya.

Inilah mengapa banyak orang yang lebih memilih diam dan menarik diri dari pertemanan. Penyakit mental itu sulit untuk diatasi dan dikendalikan. Penderita pun sebenarnya menyalahkan diri sendiri karena terjatuh ke dalam penyakit mental ini. Sulit untuk hidup bagi para penderita pada saat banyak orang tidak menganggap penyakit mental adalah kelainan medis.

3. Mengajak kerabat untuk berkonsultasi ke psikolog, psikiater ataupun mental health care
Jangan diam sendiri dan jangan dipendam sendiri. Jika kamu sudah mencoba menyembuhkannya sendiri dan belum berhasil. Cobalah akui ke teman terdekatmu yang sekiranya mengerti apa itu penyakit mental atau bagaimana caranya menghadapi orang yang mengalami penyakit mental ini.

Tetapi jika kamu khawatir orang-orang di sekitarmu tidak mengerti tetaplah cari pertolongan. Pergilah ke psikolog atau psikiater. Jangan malu untuk cari bantuan dan memilih untuk datang ke dokter adalah pilihan paling tepat karena banyak penderita penyakit mental di luar sana diperlakukan tidak semestinya, seperti dipasung.

4. Menjadi pendengar yang baik untuk si penderita
Menyediakan waktu untuk mendengarkan dengan tulus. Daripada men-judge, lebih baik kalian memberikan pelukan atau sekadar temani dia dan menjadi pendengar yang baik. “Akhir-akhir ini kamu terlihat murung, bagaimana kabarmu?” Buatlah situasi senyaman mungkin supaya mereka ingin berbagi denganmu. Berilah mereka semangat: “Kamu punya arti tau buat aku”. Kamu juga bisa memberi support atau dorongan supaya mereka mau mencari pertolongan karena penyakit mental adalah kondisi medis yang memerlukan penanganan khusus.

5. Perkaya diri soal penyakit mental dan tetap berpikir positif
Beberapa orang tidak tahu bahwa ada keterkaitan antara kesehatan mental dengan kesehatan fisik. Keterkaitan tersebut telah menjadi fokus penelitian mendalam selama bertahun-tahun dan menunjukkan bahwa hubungan antara kesehatan mental dan kesehatan fisik memang ada. Mengingat banyak pula riset yang mengatakan bahwa sebagian besar masalah kesehatan fisik berakar pada masalah mental. Oleh karena itu, kita harus memperkaya diri kita dengan mengedukasi bagaimana pentingnya kesehatan mental supaya penderita penyakit mental di Indonesia berkurang.

https://goo.gl/N74Wrt

Tantangan kehidupan serta tekanan untuk memenuhi kebutuhan hidup, kehidupan masyarakat dan perilaku masyarakat dilingkungan pada zaman ini telah mengisi kegiatan setiap individu dan keluarga. Semua orang sibuk mengejar kehidupan dengan berbagai cara dengan motivasi yang tersendiri dari bagian pola pikir manusia.

Apapun keadaan maupun kegiatan manusia, perlunya keseimbangan antara dimensi dari kehidupan ini, yaitu fisik, mental, dan rohani. Bilamana salah satu bagian dari segi kehidupan ini tidak seimbang tentu akan membuat diri sendiri yang akan menderita.

Semoga 5 cara untuk memberi perhatian bagi anggota keluarga anda, ataupun sahabat sahabat yang berbeban berat biarlah kita meluangkan waktu kita untuk mau mendengar rintihan hati mereka yang berkeluh kesah dan meringankan beban hidup mereka.

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” Galatia 6:4,10

(Ezr.th)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *