WAKTU KESESAKAN YANG BESAR (1)

3 angels Copy

[AkhirZaman.org] “Pada waktu itu juga akan muncul Mikhail, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.” (Dan. 12:1).

Bilamana pekabaran malaikat yang ketiga itu berakhir, maka kemurahan Allah tidak lagi mengadakan pembelaan terhadap orang-orang yang bersalah di dunia ini. Umat-umat Allah telah menyelesaikan tugas-tugas mereka. Mereka telah menerima “hujan akhir,” “waktu kelegaan dari hadirat Allah,” dan mereka telah siap untuk menghadapi masa pencobaan di hadapan mereka. Malaikat-malaikat sibuk hilir mudik di Surga. Seorang malaikat yang kembali dari dunia mengumumkan bahwa pekerjaannya telah selesai, ujian terakhir ke atas dunia ini telah dilaksanakan, dan semua yang telah membuktikan dirinya setia kepada ajaran-ajaran ilahi telah menerima “meterai Allah yang hidup.” Kemudian Yesus menhentikan pengantaraan-Nya di dalam kaabah surgawi di atas. Ia mengangkat tangan-Nya, dan dengan suara nyaring Ia berkata, “Sudah terlaksana;” dan segenap pasukan malaikat meletakkan mahkota mereka sementara Yesus mengeluarkan pengumuman yang khidmat dan sungguh-sungguh: “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; dan barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya.” (Wah. 22:11). Setiap kasus telah diputuskan bagi kehidupan atau kematian. Kristus telah mengadakan pendamaian bagi umat-Nya dan menghapuskan dosa-dosa mereka. Jumlah para pengikut-Nya telah ditetapkan. “Maka pemerintahan, kekuasaan, dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit” (Dan. 7:27) akan diberikan kepada pewaris-pewaris keselamatan, dan Yesus akan memerintah sebagai Raja atas segala raja, dan Tuhan atas segala tuan.

Pada waktu Ia meninggalkan kaabah, kegelapan menutupi penduduk bumi. Pada masa yang mengerikan ini orang-orang benar harus hidup di pemandangan Allah tanpa pengantara. Pengekangan yang telah diberlakukan atas orang-orang jahat telah dilepaskan, dan Setan mengendalikan seluruh orang-orang yang pada akhirnya tidak bertobat. Panjang sabar Allah telah berakhir. Dunia ini telah menolak belas kasihan-Nya, meremehkan kasih-Nya, dan menginjak-injak hukum-Nya. Orang-orang jahat telah melewati batas masa percobaan mereka untuk bertobat. Roh Allah yang terus menerus ditolak, akhirnya telah ditarik. Tanpa perlindungan anugerah ilahi, mereka tidak memiliki pertahanan untuk melawan sijahat. Akhirnya Setan akan menjerumuskan penduduk bumi ke dalam suatu kesesakan besar terakhir. Pada waktu malaikat-malaikat Allah berhenti menahan tiupan angin kencang nafsu manusia, maka semua unsur-unsur persengketaan akan bebas. Seluruh dunia akan terlibat dalam kehancuran yang lebih besar daripada kehancuran yang datang kepada Yerusalem dahulu kala.

Seorang saja malaikat yang membinasakan semua anak sulung orang Mesir, dan memenuhi negeri itu dengan ratap tangis yang memilukan. Pada waktu Daud melawan Allah oleh menghitung umat-Nya, hanya seorang malaikat yang mendatangkan kebinasaan yang mengerikan oleh mana dosanya dihukum. Kuasa membinasakan yang sama yang dilakukan oleh malaikat-malaikat kudus bilamana Allah memerintahkan, akan dilakukan oleh malaikat-malaikat jahat bilamana Ia mengizinkan. Telah tersdia kekuatan-kekuatan dan pasukan-pasukan, hanya menunggu izin ilahi untuk menyebarkan kehancuran di mana-mana.

Mereka yang menghormati hukum Allah telah dituduh mendatangkan pehukuman atas dunia ini, dan mereka akan dianggap sebagai penyebab goncangan-goncangan alam yang menakutkan dan perselisihan sertapertumpahandarah di antara umat manusia yang memenuhi dunia ini dengan kesengsaraan. Kuasa yang menyertai amaran terakhir telah menimbulkan amarah orang-orang jahat. Kemarahan mereka disulut terhadap mereka yang menerima pekabaran itu, dan Setan akan membangkitakn roh kebencian dan penganiayaan yang lebih besar lagi.

Pada waktu hadirat Allah pada akhirnya ditarik dari bangsa Yahudi, para imam dan bangsa itu tidak mengetahuinya. Walaupun dalam pengendalian Setan, dan dibuai oleh nafsu yang paling bejat dan kejahatan yang paling keji, mereka menganggap diri mereka sebagai umat pilihan Allah. Pelayanan di kaabah mereka teruskan; korban-korban dipersembahkan di atas mezbah-mezbah mereka yang najis, dan setiap hari berkat ilahi dimohonkan untuk orang-orang yang telah bersalah atas darah Anak Allah yang tercinta, dan yang berupaya membunuh pelayan-pelayan-Nya dan rasul-rasul-Nya. Jadi bilamana keputusan kaabah di Surga yang tidak bisa diubah lagi itu diumumkan, dan nasib dunia ini telah ditetapkan untuk selama-lamanya, penduduk bumi ini tidak akan mengetahuinya. Bentuk-bentuk peribadatan akan diteruskan oleh orang-orang yang daripadanya Roh Allah pada akhirnya telah ditarik, dan semangat Setan dengan nama raja kegelapan itu mengilhami mereka demi tercapainya maksud-maksudnya, akan menyerupai semangat bagi Allah.

Sementara Sabat telah menjadi pokok perdebatan utama di dalam dunia Kekristenan, dan otoritas keagamaan dan keduniawian telah digabungkan untuk memaksakan pemeliharaan hari Minggu, maka penolakan terus-menerus oleh suatu kaum minoritas untuk tunduk kepada tuntutan populer, akan membuat mereka menjadi sasaran kebencian universal. Didesak agar kelompok kecil yang berdiri menentang suatu lembaga gereja dan suatu undang-undang negara tidak boleh ditoleransi; bahwa lebih baiklah mereka yang sedikit itu menderita daripada seluruh bangsa dijerumuskan ke dalam kekacauan dan pelanggaran-pelanggaran hukum. Argumen yang sama 1800 tahun yang lalu telah dilakukan terhadap Kristus oleh penguasa-penguasa umat itu.” Bahwa lebih berguna bagimu.” kata Kayafas yang licik, “jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita itu binasa.” (Yoh. 11:50). Tampaknya argumen ini tidak bisa diubah lagi, dan akhirnya dikeluarkan dekrit terhadap mereka yang menyucikan Sabat hukum keempat itu, dan menyatakan bahwa mereka pantas untuk mendapat hukuman yang paling berat, dan memberikan kebebasan kepada orang banyak untuk membunuh mereka setelah jangka waktu tertentu. Romanisme di Dunia Lama dan Protestantisme murtad di Dunia Baru, akan melakukan tindakan yang sama terhadap mereka yang menghormati semua ajaran-ajaran ilahi.

Kemudian umat Allah akan dijerumuskan ke dalam penderitaan dan kesusahan yang digambarkan oleh nabi sebagai waktu kesusahan (kesesakan) Yakub. “Sungguh, beginilah firman Tuhan: Telah kami dengar jerit kegentaran, kedahsyatan dan tidak ada damai . . . . Hai, alangkah hebatnya hari itu, tidak ada taranya; itulah waktu kesusahan bagi Yakub, tetapi ia tidak akan diselamatkan daripadanya.” (Yer. 30:5-7).

Malam penderitaan batin Yakub, pada waktu ia bergulat di dalam doa untuk kelepasannya dari tangan Esau (Kej. 32:24-30) menggambarkan pengalaman umat-umat Allah pada masa kesesakan. Oleh karena penipuan yang dilakukannya untuk memperoleh berkat ayahnya, yang seharusnya kepada Esau, Yakub telah melarikan diri menyelamatkan nyawanya, dari ancaman mematikan dari abangnya. Setelah tinggal beberapa tahun dipembuangan, atas perintah Allah ia bangkit untuk pulang bersama isteri-isteri dan anak-anaknya, domba-dombanya serta ternak-ternaknya kembali ke negeri asalnya. Setelah tiba di perbatasan negeri itu, ia dipenuhi perasaan takut dan ngeri oleh karena berita datangnya mendekat Esau yang memimpin pasukan prajurit-prajurit yang tidak diragukan lagi tangguhnya untuk membalas dendam. Rombongan Yakub, yang tidak bersenjata dan tanpa pertahanan, tampaknya akan menjadi korban empuk tak berdaya dari kekejaman dan pembunuhan. Dan kepada beban kecemasan dan ketakutan telah ditambahkan beban berat perasaan bersalah yang menghimpitnya, karena dosanya sendirilah yang mengakibatkan bahaya ini. Pengharapannya satu-satunya hanyalah belas kasihan Allah, dan pertahanannya satu-satunya hanyalah doa. Namun tak ada sesuatupun yang tertinggal yang tidak dilakukannya untuk menebus kesalahannya kepada saudaranya, dan untuk menghindari bahaya yang mengancamnya. Demikianlah halnya dengan pengikut-pengikut Kristus, sementara mereka mendekati waktu kesesakan, harus berusaha sekuat tenaga menempatkan diri dalam terang yang benar di hadapan orang, untuk menghilangkan prasangka buruk, dan menghindari bahaya yang mengancam kebebasan hati nurani.

Setelah menyuruh keluarganya pergi agar mereka tidak menyaksikan penderitaannya, Yakub tinggal sendirian untuk berhubungan dengan Allah. Ia mengakui dosanya, dan dengan rasa syukur mengakui belas kasihan Allah kepadanya, sementara dengan kerendahan hati yang dalam ia menuntut perjanjian yang diadakan dengan para leluhurnya, dan janji-janji kepadanya sendiri dalam suatu penglihatan di Betel dan di negeri pengasingannya. Krisis dalam hidupnya telah datang, segalanya dalam bahaya. Di dalam kegelapan dan kesunyian malam ia terus berdoa dan merendahkan dirinya di hadirat Allah. Tiba-tiba suatu tangan memegang bahunya. Ia pikir bahwa musuh sedang mengambil nyawanya, dan dengan segenap tenaga keputusasaan ia bergumul dengan sipenyerang. Pada waktu fajar mulai menyingsing, orang asing itu menggunakan kuasa adikodratinya; dengan jamahannya membuat orang kuat Yakub seolah-olah lumpuh, dan jatuh tak berdaya menangis dan memohon sambil memeluk leher lawannya yang misterius itu. Yakub tahu sekarang bahwa lawannya bergumul itu adalah Malaikat Perjanjian. Walaupun ia sudah tidak berdaya dan menderita kesakitan yang amat sangat, ia tidak membatalkan maksudnya. Telah lama ia menanggung kebingungan, penyesalan dan kesesakan karena dosa-dosanya. Sekarang ia harus mempunyai kepastian bahwa ia benar-benar diampuni. Tamu ilahi itu sudah hampir mau pergi, tetapi Yakub bergantung kepada-Nya, memohon suatu berkat. Malaikat itu mendesak, “Biarkan Aku pergi, karena fajar telah menyingsing;” tetapi Yakub berseru, “Aku tidak akan membiarkan Engkau pergi, kecuali engkau memberkati aku.” Betapa keyakinannya, keteguhannya dan ketekunannya ia tunjukkan di sini! Seandainya ini hanya sekedar tuntutan kesombongan dan keangkuhan, Yakub sudah langsung binasa. Tetapi ini adalah kepastian dari seseorang yang mengakui kelemahan dan ketidaklayakan, namun percaya pada rahmat dan belas kasihan Allah yang menepati janji-Nya.

jacob Copy“Ia bergumul dengan malaikat dan menang.” (Hos. 12:5). Oleh merendahkan diri, pertobatan dan penyerahan diri, manusia fana yang berdosa dan bersalah ini menang atas Raja Surga. Ia telah memantapkan pegangannya yang bimbang memegang erat-erat janji Allah, dan hati Yang Mahakasih tidak bisa menolak permohonan orang berdosa itu. Sebagai bukti kemenangannya, dan sebagai dorongan bagi orang-orang lain yang meniru teladannya, namanya telah diganti dari suatu yang mengingatkan dosa-dosanya kepada suatu yang mengingatkan kemenangannya. Dan kenyataan bahwa Yakub telah menang atas Allah adalah suatu kepastian bahwa ia akan menang atas manusia. Ia tidak lagi gentar menghadapi kemarahan abangnya, karena Tuhan adalah pengawalnya.

Setan tela menuduh Yakub di hadapan malaikat-malaikat Allah, menuntut hak untuk membinasakannya oleh karena dosa-dosanya. Ia telah menggerakkan Esau datang melawan dia. Dan selama pergumulan Yakub pada malam itu Setan berusaha memaksakan kepadanya perasaan bersalah untuk menawarkan hatinya, dan melepaskan pegangannya kepada Allah. Yakub telah hampir-hampir putus asa, tetapi ia tahu tanpa pertolongan Surga ia pasti binasa. Dengan sungguh-sungguh ia telah bertobat dari dosanya yang besar, dan ia memohon belas kasihan Allah. Ia tidak mau berpaling dari tujuannya, melainkan berpegang teguh pada Malaikat itu, dan mengajukan permohonannya dengan seruan yang sungguh-sungguh dan memilukan sampai ia memang.

Sebagaimana Setan mempengaruhi Esau untuk bangkit melawan Yakub, demikianlah ia akan menggerakkan orang-orang jahat untuk membinasakan umat Allah pada waktu kesesakan itu. Dan sebagaimana ia menuduh Yakub, ia akan melancarkan tuduhan-tuduhannya kepada umat Allah. Ia menganggap dunia ini sebagai pengikut-pengikutnya, tetapi sekelompok kecil yang memelihara perintah-perintah Allah menolak supremasinya. Seandainya ia dapat menghapuskan mereka dari dunia ini, maka kemenangannya akan sempurna. Ia melihat bahwa malaikat-malaikat suci sedang mengawal mereka, dan berkesimpulan bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni. Tetapi ia tidak tahu bahwa kasus mereka telah diputuskan di dalam kaabah di atas. Ia mempunyai pengetahuan yang akurat mengenai dosa-dosa yang ia godakan untuk dibuat, dan dihadapkannya semua ini ke hadirat Allah dalam terang sangat berlebihan, menggambarkan bahwa orang-orang ini patut diasingkan dari perkenan Allah. Ia mengatakan bahwa Tuhan tidak adil mengampuni dosa-dosa mereka, namun membinasakan dia dan malaikat-malaikatnya. Ia mengatakan bahwa mereka itu adalah mangsanya, dan menuntut agar mereka diberikan kepadanya untuk dibinasakan.

Sementara Setan menuduh umat Allah atas dasar dosa-dosa mereka, Tuhan mengizinkan dia untuk mencobai mereka seberat-beratnya. Keyakinan mereka kepada Allah, kepercayaan dan keteguhan mereka, akan diuji dengan berat. Pada waktu mereka mengingat kembali masa lalu, maka harapan mereka tenggelam, karena sepanjang hidup mereka, mereka melihat hanya sedikit kebaikan. Mereka menyadari sepenuhnya kelemahan dan ketidaklayakan mereka. Setan berusaha menakut-nakuti mereka dengan pemikiran bahwa keadaan mereka tidak ada harapan, bahwa noda kenajisan mereka tidak akan pernah dihapuskan. Dia berharap dengan demikian akan menghancurkan iman mereka, sehingga menyerah kepada pencobaannya, dan berpaling dari kesetiaan mereka kepada Allah.

Meskipun umat Allah dikelilingi oleh musuh-musuh yang siap untuk membinasakan mereka, namun penderitaan yang mereka tanggung bukanlah ketakutan akan penganiayaan demi kebenaran. Mereka takut kalau-kalau setiap dosa belum disesali dan diakui, dan bahwa oleh karena sesuatu kesalahan mereka gagal menyadari kegenapan janji Juru Selamat, “Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobbaan yang akan datang atas seluruh dunia.” (Wah. 3:10). Jika mereka mempunyai kepastian pengampunan, mereka tidak gentar akan siksaan atau kematian. Tetapi jikalau ternyata mereka terbukti tidak layak dan kehilangan nyawa mereka oleh karena cacad tabiat mereka sendiri, maka nama Allah yang kudus akan tercela.

Di mana-mana mereka mendengar rencana-rencana pengkhianatan dan melihat usaha pemberontakan yang giat. Dan di dalam mereka timbul suatu keinginan yang kuat, suatu kerinduan jiwa yang sungguh-sungguh, agar kemurtadan besar ini boleh dihentikan, dan kejahatan orang jahat itu boleh diakhiri. Tetapi sementara mereka memohon kepada Allah untuk meghentikan pemberontakan, adalah dengan perasaan bersalah yang dalam bahwa mereka tidak lagi memiliki kuasa untuk melawan dan menolak arus kejahatan yang dahsyat itu. Mereka merasa bahwa sekiranya mereka selalu menggunakan kemampuan mereka dalam pelayanan Kristus, maju dari suatu kekuatan kepada kekuatan yang lain, maka kekuatan Setan akan semakin tidak berdaya untuk menaklukkan mereka.

Mereka bersusah di hadirat Allah, menunjuk kepada pertobatan dari dosa-dosanya yang lalu, dan memohon janji Juru Selamat, “Kecuali kalau mereka mencari perlindungan kepada-Ku dan mencari damai dengan Aku, ya, mencari damai dengan Aku.” (Yes. 27:5). Iman mereka tidak gagal walaupun doa-doa mereka tidak langsung dijawab. Walaupun menderita kecemasan, ketakutan dan kesukaran yang paling berat, mereka tidak menghentikan doa-doa pengantaraan atau doa syafaat mereka. Mereka berpegang teguh kepada kekuatan Allah seperti Yakub berpegang kepada Malaikat itu, dan kata jiwa mereka adalah, “Aku tidak akan membiarkan Engkau pergi, jika Engkau tidak memberkati aku.”

Seandainya Yakub tidak bertobat sebelumnya dari dosa-dosanya dalam memperoleh hak kesulungan dengan jalan menipu, Allah tidak akan mendengar doanya dan memelihara nyawanya dengan kemurahan. Demikianlah juga pada waktu kesesakan, jika umat Allah mempunyai dosa-dosa yang belum diakui yang muncul digadapan mereka sementara mereka disiksa dengan ketakutan dan dengan penderitaan batin, mereka akan dikalahkan. Keputusasaan akan memutuskan iman mereka dan mereka tidak lagi mempunyai keyakinan untuk memohon kelepasan dari Allah. Tetapi sementara mereka mempunyai perasaan ketidaklayakan yang mendalam, mereka tidak mempunyai kesalahan-kesalahan yang tersembunyi untuk dinyatakan. Dosa-dosa mereka telah terlebih dahulu dihakimkan dan telah dihapuskan, dan mereka tidak dapat mengingatnya kembali.

Setan menuntun banyak orang untuk mempercayai bahwa Allah akan mengabaikan ketidaksetiaan mereka dalam masalah-masalah kecil dalam kehidupan, tetapi Tuhan menunjukkan dalam perlakuannya kepada Yakub bahwa Ia sekali-kali tidak membiarkan atau mentoleransi kejahatan. Semua orang yang berusaha memaafkan atau menyembunyikan dosa-dosanya, dan membiarkannya tinggal tetap berada di dalam kitab-kitab di Surga, yaitu yang tidak diakui dan tidak diampuni dosanya, akan dikalahkan oleh Setan. Semakin tinggi profesi mereka, semakin terhormat kedudukan mereka, semakin menyedihkan keadaan mereka pada pemandangan Allah dan semakin pasti kemenangan musuh besar itu. Mereka yang menunda-nunda persediaan kepada hari Allah itu tidak dapat lagi memperoleh persiapan itu pada masa kesesakan, atau pada suatu masa selanjutnya. Tidak ada pengharapan bagi orang-orang seperti itu.

Mereka yang mengaku Kristen, yang berada pada pertikaian terakhir yang menakutkan itu tanpa persediaan, dalam keputusasaan mereka, akan mengakui dosa-dosanya dalam kata-kata penderitaan yang membara, sementara orang-orang jahat bersukacita atas penderitaan mereka itu. Pengakuan-pengakuan ini sama sifatnya dengan Esau atau Yudas. Yang mengadakan pengakuan seperti itu, menangisi akibat dari pelanggaran, tetapi bukan kesalahan itu sendiri. Mereka tidak sungguh-sungguh merasa menyesal dan benci kepada kejahatan. Mereka mengakui dosa mereka karena takut hukuman. Tetapi, seperti Firaun pada zaman dahulu kala, mereka akan kembali kepada pembangkangan mereka terhadap Surga, seandainya hukuman itu dicabut.

Sejarah Yakub juga merupakan jaminan bahwa Allah tidak akan membuangkan mereka yang telah tertipu, dicobai dan dikhianati ke dalam dosa, tetapi yang telah kembali kepada-Nya dengan pertobatan yang benar-benar. Sementara Setan berusaha membinasakan golongan ini, Allah akan mengirimkan malaikat-malaikat-Nya untuk menghiburkan dan melindungi mereka pada saat bahaya. Serangan-serangan Setan begitu ganas dan pasti, penipuannya begitu hebat, tetapi mata Tuhan tetap memandang kepada umat-Nya, dan telinga-Nya mendengar jeritan-jeritan mereka. Penderitaan mereka besar, nyala dapur api tampaknya hampir menghanguskan mereka. Tetapi Pemurni akan membuat mereka keluar bagaikan emas yang dimurnikan dengan api. Kasih Allah kepada anak-anak-Nya selama masa pencobaan yang paling berat ini adalah sekuat dan selembut seperti pada hari-hari kemakmuran mereka yang paling cerah. Tetapi adalah perlu memasukkan mereka di dalam dapur api, keduniawian mereka harus dibakar, agar citra atau gambaran Kristus dapat dipantulkan dengan sempurna.

Masa kesusahan dan siksaan dihadapan kita memerlukan suatu iman yang dapat menanggung keletihan, penundaan dan kelaparan, — iman yang tidak akan pudar, walaupun dicobai dengan begitu berat. Masa pencobaan diberikan kepada semua orang untuk bersedia kepada hari itu. Yakub menang karena ia tekun dan berketetapan. Kemenangannya adalah suatu bukti dari kuasa doa yang sungguh-sungguh. Semua orang yang mau berpegang kepada janji-janji Allah, sebagaimana ia lakukan dan sebagaimana ia bersungguh-sungguh dan tekun, akan berhasil sebagaimana Yakub berhasil. Mereka yang tidak mau menyangkali dirinya dan menderita di hadirat Allah, tidak mau berdoa dengan tekun dan sungguh-sungguh memohon berkat-Nya, tidak akan memperolehnya. Bergumul dengan Allah — betapa sedikit orang yang mengerti apa artinya itu! Betapa sedikitnya orang yang sangat rindu jiwanya ditarik kepada Allah, sampai segala kuasa dikerahkan. Bilamana gelombang kesukaran dan keputusasaan yang tak terkatatakan itu menyapu para pemohon, betapa sedikit yang bergantung dengan iman yang teguh kepada janji-janji Allah.

Mereka yang hanya sedikit melatih imannya sekarang, berada dalam bahaya yang sangat besar untuk jatuh ke bawah kuasa penipuan Setan dan perintah pemaksaan hati nurani. Dan walaupun mereka tahan terhadap ujian itu, mereka akan terjerumus ke dalam kesusahan dan penderitaan yang lebih dalam pada waktu kesesakan itu, sebab mereka tidak membiasakan diri percaya kepada Allah. Pelajaran-pelajaran iman yang telah mereka lalaikan, terpaksa mereka harus pelajari di bawah tekanan keputuasaan yang hebat. Kita harus membiasakan diri sekarang dengan Allah dengan cara membuktikan janji-janji-Nya. Malaikat-malaikat mencatat setiap doa yang tekun dan sungguh-sungguh. Lebih baik kita melakukan kepentingan diri kita sendiri daripada melalaikan persekutuan dengan Allah. Kemiskinan yang paling dalam, penyangkalan diri yang palingbesar dengan persetujuan-Nya adalah lebih baik daripada kekayaan, kehormatan, kesenangan dan persahabatan tanpa persetujuan-Nya. Kita harus mengambil waktu untuk berdoa. Jikalau kita membiarkan pikiran kita disibukkan oleh penarikan-penarikan dunia ini, mungkin Tuhan akan memberikan waktu bagi kita untuk membuangkan dari kita berhala-berhala emas, rumah, atau tanah-tanah yang subur.

Orang-orang muda tidak akan terbujuk ke dalam dosa, kalau saja mereka menolak memasuki jalan apapun kecuali jalan dimana mereka dapat memohon berkat Allah. Jikalau para jurukabar, yang mengabarkan amaran terakhir yang sungguh-sungguh itu ke dunia ini, mau berdoa memohon berkat Allah, bukan dengan cara dingin, acuh tak acuh dan malas, tetapi dengan bersemangat dan di dalam iman seperti yang dilakukan oleh Yakub, maka mereka akan mendapat tempat-tempat di mana mereka boleh berkata, “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!” (Kej. 32:30). Mereka akan dianggap oleh Surga sebagai raja-raja yang mempunyai kuasa untuk menang bersama Allah dan manusia.

“Suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi,” akan segera datang ke atas kita. Dan kita akan memerlukan suatu pengalaman yang sekarang kita tidak miliki, dan yang banyak orang terlalu malas untuk mendapatkannya. Sering penganiayaan lebih besar dalam dugaan daripada kenyataan yang sebenarnya, tetapi tidak demikian dengan krisis yang ada dihadapan kita. Gambaran yang paling jelas tidak dapat menjelaskan betapa hebatnya ujian itu. Pada masa pencobaan itu, setiap jiwa harus berdiri sendiri di hadapan Allah. “Biarpun Nuh, Daniel dan Ayub,” berada di negeri itu, “demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, mereka tidak akan menyelamatkan baik anak laki-laki maupun anak perempuan, melainkan mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka.” (Yehez. 14:20).

Sekarang, sementara Imam Besar kita sedang mengadakan pendamaian bagi kita, seharusnyalah kita berusaha menjadi sempurna di dalam Kristus. Sekalipun hanya melalui pikiran kita kepada Juru Selamat, kita tidak boleh dipaksa untuk menyerah kepada pencobaan.Setan mencari di dalam hati manusia beberapa tempat di mana ia dapat berpijak, beberapa keinginan-keinginan berdosa dimanjakan oleh mana pencobaan-pencobaannya menunjukkan kuasannya. Tetapi Kristus menyatakan diri-Nya, “Sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku.” (Yoh. 14:30). Setan tidak menemukan sesuatu pada Anak Allah yang menyanggupkannya memperoleh kemenangan. Ia telah memelihara perintah-perintah Bapa-Nya, dan tidak ada dosa di dalam Dia yang dapat digunakan Setan menjadi keuntungannya. Inilah seharusnya keadaan mereka yang akan berdiri teguh pada waktu kesesakan.

Dalam kehidupan inilah kita harus memisahkan dosa dari kita, melalui iman kepada darah pendamaian Kristus. Juru Selamat kita yang mulia mengundang kita untuk menghubungkan diri kita kepada-Nya, menyatukan kelemahan kita dengan kekuatan-Nya, kebodohan kita kepada hikmat-Nya, ketidaklayakan kita kepada jasa-jasa-Nya. Pimpinan dan pemeliharaan Allah adalah sekolah di mana kita mempelajari kelemah-lembutan dan kerendahan hati Yesus. Tuhan selalu menempatkan dihadapan kita tujuan-tujuan hidup yang benar, bukan jalan yang akan kita pilih yang tampaknya lebih mudah dan lebih enak kepada kita. Tinggal kepada kita untuk bekerjasama dengan agen-agen yang digunakan-Nya dalam menyesuaikan tabiat kita dengan teladan ilahi. Tak seorangpun yang melalaikan atau menunda pekerjaan ini yang dapat terhindar dari bahaya yang paling mengerikan kepada jiwa-jiwa mereka.

 

-KA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *