[RH] Kita Boleh Menang Sebagaimana Kristus Menang (Bagian 2)

720265 63559681 Copy

“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, la telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (lbrani 4:15).

[AkhirZaman.org] Dalam kehidupan-Nya di bumi, Kristus telah maengembangkan suatu sifat yang sempurna, la menyerahkan ketaatan yang sempurna kepada perintah-pertntah Bapa-Nya. Ketika datang ke dunia ini dalam bentuk manusia“, dan menjadi pelaku terhadap hukum itu, la menyatakan kepada manusia bahwa la menanggung penyakit mereka, dukacita mereka, kesalahan mereka, la tidak menjadi orang berdosa. Di hadapan orang-orang Farisi la bisa berkata, “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?“ Tidak satu noda dosa ditemukan pada-Nya. la berdiri di hadapan dunia ini sebagai Anak Domba Allah yang tanpa cacat. –The Youth’s Instructor, 29 Desember 1898

Kristus, Penebus dunia, tidak ditempatkan pada situasi di mana pengaruh-pengaruh yang mengelilingi Dia adalah yang diperhitungkan paling baik untuk memelihara suatu kehidupan yang murni, moral yang tidak bercela, sehingga demikian la tidak tercemar. la tidak bebas dari cobaan. Setan bersungguh-sungguh dan memperdalam upaya-upayanya untuk menipu dan menaklukkan Anak Allah dengan muslihat-muslihatnya.

Kristus satu-satunya Orang yang berjalan di bumi yang pada-Nya tidak didapati cacat dosa. la suci, tak bercacat, dan tidak bercela. Bahwa sekiranya ada Orang tanpa kecelaan dosa di bumi, itu sangat mengganggu si pencipta dosa, dan la tidak akan membiarkan sarana apa saja yang tidak dicobanya untuk mengalahkan Kristus dengan kuasa muslihatnya yang menipu. Tetapi Juruselamat kita bersandar pada Bapa kita yang di surga untuk mendapatkan hikmat dan kekuatan melawan dan mengalahkan si penggoda. Roh Bapa-Nya yang di surga menguatkan dan membimbing kehidupan-Nya. la tidak berdosa. Kebajikan dan kesucian mewarnai hidup-Nya.—The Youth’s Instructor, Februari 1873.

Walaupun pada tabiat-Nya la tidak mempunyai cacat dosa, namun la berkenan merendahkan diri untuk mengaitkan sifat kita manusia kita yang telah jaluh dengan keilahian-Nya. Dengan mengambil kemanusiaan sedemikian rupa, la menghormati kemanusiaan. Setelah mengenakan keadaan kita yang telah jatuh, la menunjukkan akan menjadi apa sifat manusia itu, dengan menerima jaminan kemampuan yang dibuat-Nya untuk itu, dan dengan menjadi peserta yang ikut mengambil bagian dalam sifat llahi.—Letter 81, 1896.

(3 SM 133, 134)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *