ASAL MULA DOSA ( Bagian 1 )

alam smsta Copy

[AkhirZaman.org] Bagi banyak orang, asal mula dosa dan alasan keberadaannya merupakan suatu sumber kebingungan besar. Mereka melihat pekerjaan sijahat dengan akibat-akibatnya bencana dan kehancuran yang mengerikan, dan mereka bertanya-tanya bagaimana semua ini bisa terjadi di bawah pemerintahan dan kedaulatan Oknum yang tak terbatas dalam hikmat, dalam kuasa, dan dalam kasih. Suatu misteri, yang mereka tidak temukan jawabnya. Dan dalam ketidakpastian dan keragu-raguan, mereka dibutakan terhadap kebenaran yang dinyatakan dengan jelas oleh firman Allah, sesuatu yang penting bagi keselamatan. Dalam keadaan bertanya-tanya mengenai keberadaan dosa, ada orang yang berusaha menyelidikinya di tempat di mana Allah tidak pernah menyatakan, karena itu mereka tidak menemukan jawaban kesulitan mereka itu. Dan orang-orang seperti ini, yang didasari oleh sikap ragu-ragu dan suka memncela, membuat hal ini sebagai suatu alasan untuk menolak perkataan Alkitab. Namun yang lain, gagal mengerti dengan sempurna masalah besar kejahatan ini karena tradisi dan penafsiran yang salah telah menutupi ajaran Alkitab mengenai tabiat Allah, sifat pemerintahan-Nya dan prinsip-Nya dalam menangani dosa.

Tidak mungkin menerangkan asal mula dosa yang memberikan alasan-alasan keberadaannya. Namun cukup banyak yang bisa dimengerti baik mengenai asal mulanya maupun sifat-sifat dan akhir dari dosa, untuk menyatakan sepenuhnya keadilan dan kebajikan Allah dalam menangani kejahatan. Tidak ada yang lebih jelas diajarkan di dalam Alkitab selain bahwa Allah dalam hal apapun tidak bertanggungjawab bagi masuknya dosa; bahwa tidak ada penarikan sewenang-wenang rahmat ilahi, tidak ada kekurangan dalam pemerintahan ilahi yang memberikan kesempatan timbulnya pemberontakan. Dosa adalah pengacau dan pengganggu, sehingga tidak ada alasan untuk membiarkan keberadaannya dan kehadirannya. Dosa adalah sesuatu yang misterius dan yang tidak dapat diterangkan dan dipertanggungjawabkan; memaafkannya berarti mempertahankannya. Seandainya maaf untuk itu ditemukan atau alasan keberadaannya bisa ditunjukkan, maka itu tidak menjadi dosa lagi. Definisi kita satu-satunya adalah yang diberikan di dalam firman Allah. Dosa adalah “pelanggaran kepada hukum.” Dosa adalah sesuatu yang bekerja di luar prinsip, yang berperang melawan hukum kasih yang agung yang menjadi landasan pemerintahan ilahi.

Sebelum masuknya kejahatan, damai dan kesukaan memenuhi alam semesta. Semuanya selaras dengan kehendak Pencipta. Kasih kepada Allah adalah yang tertinggi, kasih kepada satu sama lain tidak berat sebelah. Kristus, Firman itu, Anak Allah satu-satunya, adalah satu dengan Allah — satu dalam alamiah, dalam tabiat dan dalam tujuan — satu-satunya oknum di alam semesta ini yang dapat turut serta dalam semua musyawarah dan maksud-maksud Allah. Melalui Kristus Allah bekerja dalam menciptakan makhluk-makhluk surgawi. “Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di Surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa,” (Kol. 1:16), dan kepada Kristus, sama dengan kepada Bapa, segenap Surga menunjukkan kesetiaan mereka.

Hukum kasih yang menjadi dasar pemerintahan Allah, kebahagiaan seluruh makhluk ciptaan, bergantung kepada keselarasan sempurna kepada prinsip-prinsip kebenaran agung. Allah menginginkan dari makhluk ciptaan-Nya pelayanan kasih — penghormatan yang terbit dari penghargaan kepada tabiat-Nya. Ia tidak menyukai kesetiaan yang terpaksa, dan kepada mereka diberikan-Nya kebebasan kemauan agar mereka boleh memberikan pelayanan sukarela kepada-Nya.

Tetapi ada seorang yang menyalahgunakan kebebasan ini. Dosa bermula dari dia yang, setelah Kristus, paling dihormati Allah, dan yang berkuasa paling tinggi dan yang paling mulia dari antara penghuni Surga. Sebelum kejatuhannya, Licifer adalah yang terutama dari kerub-kerub yang berjaga, kerub yang suci dan yang tidak bercacad cela. “Beginilah firman Tuhan Allah: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga.” “kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjada (Engkau adalah kerub yang menaungi — terjemahan langsung), di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan, di tengah-tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. Engkau tidak bercela di dalam tingkah lakumu sejak dari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu.” (Yehez. 28:12-15).

Sebenarnya Lucifer bisa saja tetap berkenan kepada Allah, dikasihi dan dihormati oleh seluruh malaikat Surga, dan menjalankan kuasanya yang mulia untuk memberkati yang lain-lain serta memuliakan Penciptanya. Tetapi kata nabi itu, “Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu.” (Yehez. 28:17). Sedikit demi sedikit Lucifer memanjakan suatu keinginan untuk meninggikan diri sendiri. “Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.” “Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai yang maha tinggi.” (Yehez. 28:6; Yes. 14:13-14). Gantinya berusaha membuat Allah yang tertinggi dalam kasih dan kesetiaan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, Lucifer berusaha untuk memenangkan pelayanan dan penghargaan mereka untuk dirinya sendiri. Dan karena menginginkan kehormatan yang dikaruniakan Bapa Semawi kepada Anak-Nya, lalu penghulu malaikat ini menginginkan kuasa yang hanya Kristus saja memiliki hak prerogatif itu.

Seluruh Surga telah bersukacita untuk memancarkan kemuliaan Pencipta dan menunjukkan pujian kepada-Nya. Dan sementara Allah dihormati seperti itu, seluruhnya memperoleh damai dan kesukaan. Akan tetapi suatu tanda pertentangan sekarang merusak keharmonisan surgawi itu. Pelayanan dan meninggikan diri sendiri yang bertentangan dengan rencana Pencipta, membangkitkan suatu pertanda jahat di dalam pikiran mereka, yang seharusnya kemuliaan Allah adalah yang tertinggi baginya. Majelis surgawi membujuk Lucifer. Anak Allah mengemukakan dihadapannya kebesaran, kebaikan, dan keadilan Pencipta, dan sifat hukum-Nya yang kudus dan yang tidak berubah itu. Allah sendiri telah menetapkan peraturan Surga; dan penyimpangan dari peraturan itu berarti Lucifer menghinakan Penciptanya, dan mendatangkan kebinasaan bagi dirinya sendiri. Tetapi amaran yang diberikan dalam kasih dan belas kasihan yang tak terbatas hanya membangkitkan roh penolakan. Lucifer membiarkan iri hati kepada Kristus menguasai dirinya, sehingga ia lebih berketetapan dalam pilihannya.

Kesombongan untuk kemuliaan diri sendiri memupuk keinginannya untuk memperoleh supremasi. Penghormatan tinggi yang diberikan kepada Lucifer tidak dihargai sebagai karunia Allah, dan tidak membuatnya bersyukur kepada Pencipta. Ia bermegah dalam kecemerlangan dan ketinggiannya, sehingga ia berniat menjadi sama dengan Allah. Ia dikasihi dan dihormati oleh malaikat-malaikat Surga. Malaikat-malaikat senang melaksanakan perintah-perintahnya, dan ia dipenuhi dengan hikmat dan kemuliaan melebihi mereka semua. Namun begitu Anak Allah adalah Penguasa Surga yang diakui, satu kuasa dan wewenang dengan Bapa. Dalam semua konsultasi Allah, Kristus selalu turut di dalamnya, sementara Lucifer tidak diizinkan untuk ikut dalam maksud-maksud ilahi. “Mengapa harus Kristus yang mempunyai supremasi itu?” kata malaikat perkasa itu. “Mengapa Ia dihormati melebihi Lucifer?”

lusifer CopyDengan meninggalkan tempatnya di hadapan Allah, Lucifer pergi untuk menyebarkan roh ketidakpuasan di antara malaikat-malaikat. Sambil bekerja dengan diam-diam dan misterius, dan untuk sementara menyembunyikan maksudnya yang sebenarnya dengan berpura-pura tampak menghormati Allah, ia berusaha untuk membangkitkan ketidakpuasan terhadap hukum-hukum yang mengatur makhluk-makhluk surgawi, dengan mengatakan bahwa mereka dibebani dengan pembatasan-pembatasan yang tidak perlu. Oleh karena alamiah mereka adalah suci, ia mendorong malaikat-malaikat itu untuk mengikuti kehendak hati mereka sendiri. Ia berusaha mendapatkan simpati, dengan mengatakan bahwa Allah telah memperlakukannya dengan tidak adil dengan memberikan penghormatan tertinggi bagi Kristus. Ia mengatakan bahwa dalam cita-citanya untuk memperoleh kuasa dan penghormatan yang lebih besar bukan karena bercita-cita mau meninggikan diri, tetapi untuk memperoleh kebebasan bagi segenap penghuni Surga, agar dengan begitu mereka boleh memperoleh eksistensi yang lebih tinggi.

Allah, dalam kemurahan-Nya yang besar, bersabar terhadap Lucifer. Ia tidak segera diturunkan dari kedudukannya yang tinggi itu pada waktu pertama sekali ia menunjukkan roh ketidakpuasan, atau bahkan pada waktu ia mulai menyatakan tuntutannya di hadapan malaikat-malaikat yang setia. Lama ia dipertahankan tetap di Surga. Berkali-kali ia di ampuni dengan syarat pertobatan dan penyerahan serta tunduk kepada Allah. Usaha-usaha seperti ini, yang hanya kasih dan hikmat yang tak terhingga saja yang bisa memberi, telah dibuat untuk meyakinkannya mengenai kesalahannya. Roh ketidakpuasan sebelumnya tidak dikenal di Surga. Pada mulanya Lucifer tidak melihat ke arah mana ia sedang hanyut; ia tidak mengerti alamiah sesungguhnya perasaannya. Tetapi pada waktu ketidakpuasannya terbukti tanpa alasan, Lucifer yakin bahwa ia salah, bahwa tuntutan ilahi adalah benar dan adil, dan ia harus mengakuinya demikian di hadapan segenap warga Surga. Seandainya ia melakukan hal ini, maka ia dapat menyelamatkan dirinya dan banyak malaikat lain. Pada waktu ini belum seluruhnya ia meninggalkan kesetiaannya kepada Allah. Walaupun ia sudah meninggalkan kedudukannya sebagai kerub yang berjaga (menaungi), namun seandainya ia mau kembali kepada Allah, mengakui hikmat Pencipta, dan puas dengan mengisi kedudukan yang telah ditetapkan baginya di dalam rencana besar Allah, maka ia akan dikembalikan kepada jabatannya yang semula. Tetapi keangkuhan menghalanginya untuk menyerah. Ia tetap mempertahankan jalannya, dengan mengatakan bahwa ia tidak perlu bertobat dan tunduk sepenuhnya kepada Penciptanya dalam pertentangan besar ini.

Segenap kemampuan pikirannya yang sangat cerdas itu sekarang digunakan untuk pekerjaan penipuan, untuk mendapatkan simpati dari malaikat-malaikat yang telah di bawah perintahnya. Bahkan, kenyataan bahwa Kristus telah mengamarkan dan telah menasihatinya, telah diputarbalikkan demi rencana pengkhianatannya. Kepada mereka yang kepercayaannya telah terikat erat dengannya, Setan menunjukkan bahwa Allah telah salah menilainya, bahwa kedudukannya tidak dihargai, dan bahwa kebebasannya akan dibatasi. Dari penafsiran salah perkataan Kristus, ia melangkah kepada kesalahan yang dicari-cari dan kepalsuan yang langsung, menuduh Anak Allah berusaha menghinakan dia dihadapan penghuni Surga. Ia juga berusaha membuat isu palsu antara dia dengan malaikat-malaikat yang setia. Semua yang tidak bisa ditundukkannya dan dibuatnya berpihak kepadanya sepenuhnya, dituduh acuh tak acuh terhadap masalah makhluk-makhluk Surga. Pekerjaan yang ia sendiri lakukan, ditanggungkan kepada mereka yang tetap setia kepada Allah. Dan untuk memperkuat tuduhannya terhadap ketidakadilan Allah kepadanya, ia menyalahtafsirkan firman-firman dan tindakan-tindakan Pencipta. Adalah kebijakannya untuk membingungkan para malaikat dengan argumen-argumen liciknya mengenai tujuan-tujuan Allah. Segala sesuatu yang sederhana dibungkusnya dengan misteri dan dengan akal bulus ia melontarkan kebimbangan atas pernyataan-pernyataan Yehovah yang paling sederhana. Kedudukannya yang tinggi, yang begitu dekat berhubungan dengan pemerintahan ilahi, memberikan kekuatan yang lebih besar kepada kegiatan-kegiatannya, sehingga banyak yang bergabung dengannya dalam pemberontakan melawan kekuasaan Surga.

Allah di dalam hikmat-Nya, membiarkan Setan meneruskan pekerjaannya sampai roh kebenciannya masak untuk mengadakan pemberontakan. Adalah perlu bagi rencana-rencana Setan itu untuk benar-benar berkembang, agar sifatnya dan kecenderungannya yang sebenarnya dapat dilihat oleh semua. Lucifer, sebagai kerub yang diurapi, telah ditinggikan; ia sangat dikasihi oleh makhluk-makhluk Surga, dan pengaruhnya atas mereka cukup besar. Pemerintahan Allah bukan saja atas penduduk Surga, tetapi atas semua dunia-dunia yang telah dijadikan-Nya; dan Setan berpikir bahwa jika ia dapat membawa malaikat-malaikat Surga bersamanya memberontak, maka ia juga dapat membawa dunia-dunia lain bersamanya. Dengan liciknya ia berusaha menarik kepihaknya, menggunakan argumentasi palsu dan penipuan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Kuasanya untuk menipu sangat besar dan bersembunyi di balik kepalsuan ia memperoleh keuntungan. Malaikat-malaikat yang setia sendiri tidak dapat memahami tabiatnya sepenuhnya, atau kemana arah perbuatannya.

Setan telah begitu dihormati, dan semua tindakan-tindakannya dibungkus dengan sangat rahasia, sehingga sangat sulit bagi malaikat-malaikat mengungkapkan sifat sebenarnya pekerjaannya. Sebelum berkembang sepenuhnya, dosa tidak akan nampak jahat sebagaimana adanya. Sampai sejauh ini, Setan tidak mendapat tempat di alam semesta Allah, dan makhluk-makhluk suci tidak memahami sifat dan kejahatannya. Mereka tidak bisa melihat dengan jelas akibat-akibat yang mengerikan yang akan timbul dari mengesampingkan hukum ilahi. Pada mulanya Setan menyembunyikan pekerjaannya dengan berpura-pura mengaku tetap setia kepada Allah. Ia mengatakan sedang berusaha meningkatkan kemuliaan Allah, kestabilan pemerintahan-Nya dan kebaikan seluruh penghuni Surga. Sementara ia memasukkan rasa tidak puas ke dalam pikiran malaikat-malaikat yang di bawah perintahnya, Setan dengan liciknya membuat seolah-olah ia berusaha menghilangkan ketidakpuasan itu. Pada waktu ia mendesak agar diadakan perubahan peraturan dan hukum-hukum pemerintahan Allah, dengan berpura-pura ia mengatakan bahwa hal itu diperlukan untuk memelihara keserasian di Surga.
Untuk menangani dosa, Allah hanya dapat menggunakan keadilan dan kebenaran. Setan dapat menggunakan apa yang Allah tidak dapat atau tidak mau gunakan — sanjungan yang berlebihan dan penipuan atau kecurangan. Ia telah berusaha memalsukan firman Allah dan telah menyalahtafsirkan rencana pemerintahan-Nya di hadapan malaikat-malaikat, mengatakan bahwa Allah tidak adil dalam memberikan hukum-hukum dan peraturan-peraturan atas penghuni Surga; sehingga di dalam menghendaki penyerahan dan penurutan dari makhluk-makhluk-Nya, Ia hanya berusaha meninggikan diri-Nya sendiri. Oleh sebab itu harus ditunjukkan di hadapan penghuni Surga serta dunia-dunia lain, bahwa pemerintahan Allah adalah adil, dan hukum-hukum-Nya adalah sempurna. Setan menunjukkan seolah-olah ia berusaha untuk memajukan kebaikan alam semesta. Sifat yang sebenarnya perampas kekuasaan itu dan tujuannya yang sebenarnya harus dimengerti oleh semua. Ia harus mempunyai waktu untuk menyatakan dirinya oleh pekerjaan-pekerjaannya yang jahat.

Pertentangan yang disebabkan oleh pekerjaannya di Surga, dituduhkan oleh Setan disebabkan oleh hukum dan pemerintahan Allah. Semua kejahatan dikatakannya adalah akibat dari pemerintahan ilahi. Ia mengatakan bahwa adalah tujuannya untuk memperbaiki undang-undang Yehovah. Oleh sebab itu adalah perlu baginya untuk mendemonstrasikan sifat tuntutannya, dan menunjukkan hasil perobahan-perobahan yang diusulkannya dalam hukum ilahi. Pekerjaannya sendiri mempersalahkan dia. Setan sudah mengatakan dari mulanya bahwa ia tidak memberontak. Seluruh alam semesta harus melihat penipu itu dibuka kedoknya.

Bahkan pada waktu diputuskan bahwa ia tidak boleh lagi tinggal di Surga, Yang Mahabijaksana itu tidak membinasakan Setan. Oleh karena pelayanan kasih saja yang berkenan kepada Allah, maka kesetiaan makhluk-makhluk ciptaan-Nya harus didasarkan atas keyakinan kepada keadilan dan kebajikan-Nya. Penghuni Surga dan dunia-dunia yang lain, karena belum siap untuk mengerti sifat atau akibat-akibat dosa, belum dapat melihat keadilan dan kemurahan Allah dalam membinasakan Setan. Seandainya Setan segera dihapuskan dari keberadaannya, mereka akan melayani Allah dengan ketakutan, bukan dengan kasih. Pengaruh penipu tidak akan seluruhnya dibinasakan, atau roh pemberontakan seluruhnya diberantas. Kejahatan harus dibiarkan menjadi matang. Untuk kebaikan seluruh alam semesta sepanjang zaman kekekalan, Setan harus mengembangkan prinsip-prinsipnya dengan lebih sempurna, agar tuduhannya kepada pemerintahan ilahi dapat dilihat dalam terangnya yang benar oleh semua makhluk ciptaan, bahwa keadilan dan kemurahan Allah serta keteguhan hukum-Nya tidak akan dipertanyakan lagi selama-lamanya.

-KA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *