“Lalu Manoah memohon kepada TUHAN, katanya: ‘Ya Tuhan, berilah kiranya abdi Allah, yang Kauutus itu, datang pula kepada kami dan mengajar kami, apa yang harus kami perbuat kepada anak yang akan lahir itu”’ (Hakim-hakim 13:8)
[AkhirZaman.org] Ada banyak alasan mengapa banyak wanita gugup di dunia ini, yang menderita dyspepsia (gangguan pencernaan), dengan rentetannya terhadap kejahatan-kejahatan. Alasan itu diikuti dengan efeknya. Adalah tidak mungkin bagi mereka yang tidak bertarak untuk menjadi sabar. Mereka harus membuat reformasi dalam kebiasaan-kebiasaan yang buruk, belajar hidup dengan sehat, kemudian mereka tidak sulit menjadi sabar.
Kelihatannya banyak yang tidak mengerti hubungan pemikiran yang menunjang tubuh. Jika sistem tubuh dilemahkan oleh makanan yang tidak tepat, otak dan saraf-saraf dipengaruhi, dan hal-hal yang tidak penting mengganggu mereka yang menderita. Kesulitan-kesulitan kecil bagi mereka adalah gunung tinggi masalah. Orang-orang yang ada pada situasi seperti itu tidak cocok untuk mendidik anak-anak mereka dengan layak. Kehidupan mereka akan ditandai dengan hal-hal ekstrem, kadang-kadang sangat memanjakan, yang pada waktu-waktu yang lain membuat kritikan yang tidak menyimpan perhatian.
Seringkali sang ibu menyingkirkan anak-anaknya dari depannya, karena ia mengira bahwa ia tidak bisa bertahan lebih lama terhadap keributan yang disebabkan oleh permainan yang menggembirakan mereka. Tetapi tanpa kesadaran penuh dari sang ibu terhadap anak-anak mereka untuk menyetujui atau tidak menyetujui, perbedaan-perbedaan yang tidak menyenangkan pada saat yang tepat, seringkali muncul. Suatu perkataan dari sang ibu akan membuat semuanya benar kembali. Dengan segera mereka menjadi lelah, dan menginginkan perubahan, dan pergi ke jalan untuk mencari hiburan, dan anak-anak yang masih murni dengan pemikiran yang tidak bersalah masuk ke dalam persekutuan yang buruk, dan komunikasi-komunikasi yang jahat yang dihembuskan ke dalam telinga-telinga mereka yang merusak cara-cara mereka yang baik.
Seringkali sang ibu kelihatannya tidak sadar terhadap minat anak-anaknya sampai ia dibangkitkan dengan perasaan susah oleh pertunjukan kejahatan. Benih-benih kejahatan ditabur pada pemikiran-pemikiran yang masih muda, yang menjanjikan panen yang berlimpah. Dan merupakan hal yang mengherankan baginya bahwa anak-anaknya berani melakukan hal yang salah. Para orangtua seharusnya mulai menanamkan pada waktu tertentu ke dalam pemikiran anak-anak itu prinsip-prinsip yang baik dan benar. Sang ibu seharusnya berada dengan anak-anaknya sebanyak mungkin, dan seharusnya menaburkan benih yang berharga ke dalam hati mereka.
( 2 SM 484 )