Anak-Anak Afrika yang Terancam dan Terlupakan

anak-Afrika-ilustrasi Copy

[AkhirZaman.org] Krisis besar sedang mengancam nyawa ratusan ribu anak di negara miskin Afrika. Di tengah pengepungan oleh teroris, mereka terisolasi dan dilupakan. Kelaparan jadi sesuatu yang tak berkesudahan di negara Afrika barat itu. Mali menderita kekeringan parah selama bertahun-tahun. Pasokan makanan selalu kurang di negara Sahara itu. Selama empat tahun pemberontakan oleh kelompok-kelompok militan, situasi semakin sulit. Diperkirakan 180 ribu anak di bawah usia lima tahun terancam kelaparan tahun ini. Menambah panjang daftar tahun-tahun sebelumnya. Malangnya, hanya satu dari lima anak yang punya harapan melalui perawatan. “Menjadi seorang ibu tidak pernah merasa damai karena kau tidak tahu apakah anakmu akan mati atau tidak,” kata seorang ibu, N’Badiala Keita sambil memangku anak perempuannya, Bansina.

Anak yang baru berusia satu tahun itu diambang kematian beberapa bulan lalu. Ia terlupakan bersama ratusan anak lain di desa terpencil Sekokoto. Makanan sangat langka, begitu juga air. Setiap keluarga harus berusaha keras menjaga tanaman tidak berubah jadi debu. Para ibu ikut bekerja di ladang sambil menggendong anak-anak mereka di punggung. Anak-anak yang lebih besar membantu mengurus tanaman di bawah terik matahari. Rata-rata satu keluarga memiliki enam orang anak. Kondisi seperti ini terjadi hampir di seluruh negeri. Sebagian besar penduduk tinggal di desa-desa terpencil yang jaraknya bermil-mil dari sumber makanan, air bersih dan fasilitas kesehatan. Mali menduduki peringkat kedelapan untuk tingkat kematian anak-anak di dunia. Sebagian besar karena malnutrisi akut. Kulit mereka hanya membalut tulang. Jangankan untuk tumbuh berkembang, untuk bertahan hidup pun mereka harus bersusah payah. Kita menyebut ini krisis yang hening karena kita tidak mendengarnya, kita tidak membicarakannya, anak-anak ini terlupakan,” kata Direktur Action Against Hunger UK, Jean-Michel Grand, dikutip Independent, Selasa (19/4). Badan amal yang juga dikenal dengan akronim ACF ini bekerja di sejumlah area terparah Mali untuk merawat anak-anak malnutrisi. Visi besar mereka adalah menghentikan penyebarannya. Masalah yang dihadapi bukan saja menghentikan gizi buruk, tapi juga mendiagnosanya. Banyak ibu bahkan tidak sadar dengan apa yang terjadi pada anak mereka. Penduduk lebih memilih membawa anak-anak pada tabib tradisional yang sering kali tidak mengerti apa yang terjadi.

Anak-anak tampak berusia lebih muda dari yang terlihat. Mereka kekurangan makan sehingga berat badan mereka seperti anak berusia setengahnya. Banyak anak yang baru dibawa ke rumah sakit saat hampir meninggal. Banyak ibu bahkan tidak bisa menyusui. Mereka juga tidak punya uang untuk membeli makanan. Petugas kesehatan mengatakan anak-anak ini juga sering kali menderita pneumonia dan penyakit fatal lainnya. Anak yang berhasil pulih pun masih berisiko mengalami gangguan mental karena perkembangan otaknya terhambat. Mereka akan sulit belajar atau memiliki IQ yang rendah. Meski demikian, para pekerja kemanusiaan masih melihat harapan.

Sejak tanaman sulit tumbuh, mereka membawa makanan-makanan langsung seperti susu energi tinggi, vitamin, mineral hingga kacang mentega. “Saya yakin bisa menghilangkan malnutrisi ini dan suatu hari mengibarkan bendera kemenangan,” kata Grand.

Sayang, badan amal ini pun harus berusaha menghindari ancaman. Salah satu staf pernah dibunuh tahun lalu oleh militan. Mereka diperingatkan, pekerja kemanusiaan telah jadi target kelompok-kelompok militan terkait Alqaidah.

http://goo.gl/Gj8OGr

Seberapa bersyukurkah kita untuk apa yang boleh kita dapatkan dalam kehidupan kita? Kita boleh makan tiga kali sehari, tidak pernah kekurangan dan segala kebutuhan kita tercukupi, sementara di belahan dunia yang lain, mungkin banyak orang yang masih sangat menderita seperti di benua Afrika. Marilah kita berdoa, kiranya Tuhan yang selalu peliharakan mereka, dan menjadi pelajaran bagi kita supaya kita bisa selalu mensyukuri yang kita miliki sekarang ini.

“Doa Daud. Sendengkanlah telinga-Mu ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku. “ ( Mazmur 86:1 )

“Sebab hari-hariku habis seperti asap, tulang-tulangku membara seperti perapian.” ( Mazmur 102:4 )

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” ( 1 Tesalonika 5:18 )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *