[RH] KRISIS HUKUM HARI MINGGU

flowers-from-my-garden Copy

“lngatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya” ( Keluaran 20:8-11 ).

[AkhirZaman.org] Pada malam hari ketika kelihatannya saya bermaksud mendapatkan di dalam pemikiran saya bukti-bukti yang kita miliki untuk mendukung iman yang kita pegang. 

Kita melihat bahwa para penipu semakin bertambah jahat dan bertambah jahat. Kita melihat bahwa dunia sementara bekerja untuk mendirikan secara hukum suatu Sabat yang palsu, dan menjadikannya suatu ujian bagi semua orang. Pertanyaan ini akan segera berada di depan kita. Sabat Allah akan diinjak-injak di bawah kaki, dan suatu Sabat yang palsu akan dibesarkan. Dalam suatu undang-undang hari minggu ada kemungkinan timbul penderitaan besar terhadap mereka yang memelihara hari ketujuh. Pelaksanaan rencana-rencana lblis akan menimbulkan penganiayaan kepada umat Allah. Tetapi para hamba Allah yang setia tidak perlu takut tentang hasil dari pertentangan itu. Jika mereka mau mengikuti pola yang dibuat bagi méreka dalam kehidupan Kristus, jika mereka mau menjadi benar menurut syarat-syarat Allah, upah mereka adalah hidup kekal, suatu kehidupan yang hanya bisa diukur dengan kehidupan Allah.

Pada saat ini suatu pekerjaan yang ditekadkan secara bulat dalam pembangunan tabiat seharusnya dikembangkan di antara umat kita. Kita akan mengembangkan di hadapan dunia ini sifat-sifat sang Juruselamat. Adalah tidak mungkin untuk menyenangkan Allah tanpa melaksanakan iman yang murni dan menyucikan. lman yang benar bukanlah suatu iman yang akan jatuh di bawah ujian dan pencobaan; itu adalah karunia Allah kepada umat-Nya.—The Review and Herald, 30 Sept. 1909.

Jika kita pernah perlu untuk memanifestasikan kebaikan dan kehormatan yang benar, waktu itu adalah sekarang. Kita mungkin harus meminta dengan paling sungguh-sungguh di hadapan dewan-dewan legislatif suatu hak untuk menyembah Allah menurut gerakan hati nurani. Jadi dalam pemeliharaan-Nya Allah sudah merancang supaya tuntutan-tuntutan-Nya disampaikan kepada orang-orang dalam kedudukan pemerintahan yang paling tinggi. Tetapi sementera kita berdiri di hadapan orang-orang ini, kita tidak akan menunjukkan perasaan pahit. Dengan tetap kita akan berdoa meminta bantuan llahi. Hanya Allah sendiri saja yang bisa menahan empat mata angin itu sampal para hamba-Nya dimeteraikan di dahi mereka.—The Review and Herald, 11 Februari 1904.

( 2 SM 326 )

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *