TERANG MENEROBOS KEGELAPAN (1)

Lilin dan terang Copy

[AkhirZaman.org] Pekerjaan Allah di dunia ini dari zaman ke zaman memberikan suatu kesamaan yang menarik perhatian dalam setiap pembaharuan besar atau pergerakan agama. Prinsip perlakuan Allah kepada manusia tetap sama. Pergerakan penting dewasa ini mempunyai kesejajarannya dengan masa-masa yang lalu, dan pengalaman gereja pada zaman dahulu memberikan pelayanan penting bagi zaman kita sekarang ini.

Tidak ada kebenaran yang lebih jelas diajarkan di dalam Alkitab daripada oleh Roh Kudus-Nya terutama menuntun hamba-hamba-Nya di atas dunia ini di dalam pergerakan besar untuk memajukan pekerjaan penyelamatan. Manusia adalah alat di tangan Allah, yang digunakan-Nya untuk mencapai tujuan-tujuan pengasihan dan kemurahan-Nya. Masing-masing orang mempunyai bagian sendiri untuk dilakukan. Kepada setiap orang dikaruniakan sejumlah terang, yang disesuaikan dengan kebutuhan waktunya, dan cukup untuk menyanggupkannya melakukan pekerjaan yang telah diserahkan Allah kepadanya. Tetapi tak seorangpun, betapapun ia dihormati oleh surga, pernah memperoleh pengertian sepenuhnya mengenai rencana keselamatan, atau bahkan menghargai sepenuhnya rencana keselamatan, atau bahkan menghargai sepenuhnya maksud ilahi dalam pekerjaan pada zamannya. Manusia tidak mengerti sepenuhnya apa yang akan dicapai Allah dalam pekerjaan yang diberikan-Nya kepada mereka untuk dilakukan. Mereka tidak mengerti pekabaran dalam segala bentuknya yang mereka ucapkan dalam nama-Nya.

“Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?” “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya lamgit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu, dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” “Bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana.” (Ayub 11:7; Yes. 55:8,9; 46:9,10).

Bahkan nabi yang mendapat penerangan khusus Roh Suci tidak sepenuhnya mengerti makna wahyu yang diberikan kepada manusia. Arti wahyu itu akan diungkapkan dari zaman ke zaman, pada waktu umat Allah memerlukan petunjuk yang ada di dalamnya.

Petrus, penulis keselamatan yang membawa keselamatan kepada terang melalui Injil, berkata, “Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diperuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi, melayani kamu.” (1 Pet. 1:10-12).

Namun, walaupun para nabi tidak diberi pengertian sepenuhnya perkara-perkara yang dinyatakan kepada mereka, mereka dengan sungguh-sungguh mencari untuk memperoleh semua terang yang dikehendaki Allah untuk dinyatakan. Mereka “mencari dan meneliti dengan rajin,” “meneliti saat yang mana, atau yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus yang ada dalam mereka dimuliakan.” Betapa menjadi satu pelajaran bagi umat Allah pada zaman Kekristenan, karena nubuatan-nubuatan ini diberikan kepada hamba-hamba-Nya untuk keuntungan mereka.! “Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu.” Saksikanlah umat-umat kudus Allah pada waktu mereka “mencari dan meneliti dengan tajin” mengenai wahyu yang diberikan kepada mereka bagi generasi yang akan datang yang belum lahir. Bandingkanlah semangat mereka yang saleh dengan sifat acuh tak acuh umat-umat pada zaman kemudian memperlakukan karunia surga ini. Betapa suatu teguran bagi pecinta keselamatan, pecinta keduniawian dan kesenangannya, yang acuh tak acuh, yang puas hanya menyatakan bahwa nubuatan-nubuatan itu tidak bisa dimengerti.

Walaupun pikiran manusia fana ini tidak mampu untuk memahami hal-hal Yang Kekal, atau mengerti sepenuhnya pelaksanaan rencana-Nya, namun sering hal itu disebabkan oleh beberapa kesalahan atau kelalaian di pihak sendiri, yang membuat tidak mampu memahami pekabaran-pekabaran Surga. Tidak jarang pikiran orang-orang, bahkan pikiran hamba-hamba Allah, dibutakan oleh pendapat-pendapat, tradisi-tradisi dan ajaran-ajaran palsu manusia, sehingga mereka hanya mampu menangkap sebagian saja perkara-perkara besar yang Ia sudah nyatakan dalam firman-Nya. Demikianlah halnya dengan murid-murid Kristus, walaupun pada waktu Juru Selamat ada bersama mereka secara pribadi. Pikiran mereka telah diilhami oleh konsep populer mengenai Mesias sebagai raja dunia, yang akan mengangkat Israel ke takhta kekaisaran universal, dan mereka tidak bisa mengerti arti kata-kata-Nya yang memberitahukan penderitaan dan kematian-Nya.

Kristus sendiri telah mengutus mereka dengan pekabaran, “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” (Mark. 1:15). Pekabaran ini didasarkan atas nubuatan nabi Daniel pada Daniel 9. Yang enam puluh sembilan kali tujuh masa telah dinyatakan oleh malaikat berlanjut kepada “Mesias Raja,” dan dengan harapan besar dan sukacita murid-murid itu mengharapkan terbentuknya kerajaan Mesias di Yerusalem, untuk memerintah seluruh dunia.

Mereka mengkhotbahkan pekabaran yang telah diberikan Kristus kepada mereka, walaupun mereka salah mengerti maknanya. Walaupun pengumuman mereka terdapat dalam Daniel 9:25, mereka tidak melihat pada ayat berikutnya di fatsal yang sama bahwa Mesias akan disingkirkan. Sejak mereka lahir telah terbentuk di dalam hati mereka suatu harapan kemuliaan kekaisaran dunia, dan hal ini membutakan pengertian mereka kepada tanda-tanda nubuatan dan kepada perkataan Kristus.

Mereka melaksanakan tugas mereka untuk menyatakan kepada bangsa Yahudi undangan kasih karunia, dan kemudian pada saat mereka mengharapkan melihat Tuhan mereka naik takhta menduduki takhta Daud, mereka melihat Dia ditangkap bagaikan penjahat, dicambuk, dicemooh dan dikutuk, dan memikul salib Golgota. Betapa putus asa, kecewa dan sedih hati murid-murid itu selama hari-hari Tuhan mereka tidur di dalam kubur.

nubuatan CopyKristus telah datang pada waktu yang tepat dan dengan cara yang telah diramalkan oleh nubuatan. Kesaksian Alkitab telah digenapi dalam setiap rincian pelayanan-Nya. Ia telah mengkhotbahkan kabar keselamatan, dan “kata-kata-Nya berkuasa.” Hati para pendengar-Nya telah menyaksikan bahwa Ia datang dari Surga. Firman dan Roh Allah menguatkan tugas ilahi Anak-Nya.

Murid-murid itu masih tetap bergantung kepada kasih sayang yang tidak padam kepada Tuhan mereka. Dan kesedihan mereka, mereka tidak mengingat kata-kata Kristus yang menunjukkan kepada mereka penderitaan dan kematian-Nya. Jika Yesus orang Nasaret itu adalah Mesias yang sejati, mengapa mereka harus terjerumus ke dalam kesedihan dan kekecewaan? Inilah pertanyaan yang menyiksa batin mereka sementara Juru Selamat terbaring dalam kubur-Nya selama jam-jam hari Sabat yang penuh keputusasaan itu, yaitu antara kematian-Nya dan kebangkitan-Nya.

Walaupun malam gelap kesedihan menutupi pengikut-pengikut Yesus ini, namun mereka tidak ditinggalkan. Nabi berkata, “Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam gelap, Tuhan akan menjadi terangku, . . . . Dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang sehingga aku mengalami keadilan-Nya.” “Maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang dalam gelap terbit terang bagi orang benar.” “Aku mau memimpin orang-orang buta di jalan yang tidak mereka kenal, dan mau membawa mereka berjalan di jalan-jalan yang tidak mereka kenal. Aku mau membuat kegelapan yang di depan mereka menjadi terang dan tanah yang berkeluk-keluk menjadi tanah yang rata. Itulah hal-hal yang hendak Kulakukan kepada mereka, yang pasti akan kulaksanakan.” (Mika 7:8,9; Maz. 139:12; 112:4; Yes. 42:16).

Pengumuman yang telah disampaikan oleh murid-murid dalam nama Tuhan adalah benar, dan peristiwa-peristiwa yang diramalkan benar terjadi. “Waktunya telah digenapi, kerajaan Allah sudah dekat,” adalah pekabaran mereka. Pada waktu berakhirnya “waktu itu,” — yang enam puluh sembilan kali tujuh masa dari Daniel 9, yang berlanjut sampai kepada Mesias, Yang Diurapi” — Kristus telah menerima pengurapan Roh, setelah Ia dibaptiskan oleh Yohanes di Sungai Yordan. Dan “Kerajaan Allah” yang mereka nyatakan sudah dekat telah didirikan oleh kematian Kristus. Kerajaan itu tidak seperti yang mereka ajarkan dan yakini, suatu kerajaan duniawi. Atau juga bukan kerajaan kekal yang akan datang yang akan didirikan bilamana “pemerintahan, kekuasaan, dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi;” bahwa kerajaan kekal dimana “segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka.” (Dan. 7:27). Sebagaimana digunakan di dalam Alkitab, sebutan “kerajaan Allah” digunakan untuk menyatakan baik kerajaan kasih karunia maupun kerajaan kemuliaan. Kerajaan kasih karunia dimunculkan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada orang Iberani. Setelah menunjuk kepada Kristus, pengantara yang penuh kasihan yang “turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,” rasul itu berkata, “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya.” (Iberani 4:16). Takhta kasih karunia melambangkan kerajaan kasih karunia; karena adanya takhta menyatakan adanya kerajaan. Dalam banyak perumpamaan-Nya, Kristus menggunakan sebutan “kerajaan surga” untuk menyatakan pekerjaan kasih karunia ilahi atas hati manusia.

Demikian juga takhta kemuliaan menyatakan kerajaan kemuliaan. Dan kerajaan inilah yang disebut dalam kata-kata Juru Selamat, “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa dikumpulkan di hadapan-Nya.” (Mat. 25:31,32). Kerajaan ini masih akan datang. Kerajaan ini tidak akan didirikan sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali.

Kerajaan kasih karunia didirikan segera setelah kejatuhan manusia, pada waktu rencana dibuat untuk menebus umat manusia yang sudah berdosa. Kerajaan itu ada dalam rencana dan janji Allah. Dan melalui iman, manusia dapat menjadi warganya. Tetapi kerajaan itu belum betul-betul didirikan sebelum kematian Kristus. Bahkan sebenarnya setelah memasuki misi-Nya di dunia ini, Juru Selamat, karena merasa letih dengan kekerasan hati dan pendurhakaan manusia, dapat menarik diri dari pengorbanan di Golgota. Di taman Getsemane cawan penderitaan gemetar dalam tangan-Nya. Sebenarnya Ia bahkan dapat menghapus keringat darah dari dahi-Nya, dan membiarkan umat manusia yang berdosa itu binasa dalam kejahatannya. Seandainya Ia berbuat demikian, maka tidak akan ada penebusan bagi manusia yang sudah jatuh itu. Akan tetapi bilamana Juru Selamat menyerahkan hidup-Nya, dan dengan hembusan nafas-Nya Ia berseru, “Sudah selesai,” barulah kegenapan rencana penebusan dipastikan. Janji keselamatan yang diberikan kepada pasangan di taman Eden (Firdaus) diratifikasi. Kerajaan kasih karunia, yang sebelumnya ada oleh karena janji Allah, sekarang didirikan.

Dengan demikian kematian Kristuslah peristiwa yang dianggap oleh murid-murid sebagai kebinasaan terakhir pengharapan mereka — adalah yang membuat kerajaan kasih karunia itu pasti selama-lamanya. Sementara kematian itu membawa kekecewaan berat bagi mereka, itu adalah suatu klimaks bahwa iman mereka telah tepat. Peristiwa yang telah membawa dukacita dan keputusasaan bagi mereka adalah yang membuka pintu pengharapan kepada setiap anak Adam, dan di dalam mana berpusat kehidupan masa datang dan kebahagiaan kekal semua umat Allah yang pada segala zaman.

Tujuan anugerah kekal sedang mencapai kegenapannya bahkan melalui kekecewaan murid-murid itu. Sementara hati mereka dimenangkan oleh kasih karunia ilahi dan kuasa pengajaran-Nya, yang “berkata-kata seperti yang belum pernah seorangpun berkata-kata,” namun kasih mereka kepada Yesus bagaikan percampuran emas murni dengan logam campuran kesombongan dunia dan ambisi-ambisi yang mementingkan diri. Bahkan dalam ruangan Paskah pada saat khidmat pada waktu Guru mereka bersiap memasuki bayang-bayang Getsemane, ada “pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar diantara mereka.” (Lukas 22:24). Penglihatan atau visi mereka dipenuhi oleh takhta, mahkota, dan penderitaan taman Getsemane, gedung pengadilan dan salib Golgota. Adalah kesombongan hati mereka, kehausan mereka terhadap kemuliaan duniawi, yang menuntun mereka bergantung begitu kuat kepada ajaran-ajaran palsu zaman mereka, dan membiarkan kata-kata Juru Selamat berlalu tanpa diperhatikan, yang menunjukkan sifat kerajaan-Nya yang benar, dan menunjuk ke depan kepada penderitaan dan kematian-Nya. Dan kesalahan-kesalahan ini mengakibatkan datangnya pencobaan — tajam tetapi diperlukan — yang diizinkan demi perbaikan mereka. Walaupun murid-murid itu salah mengerti arti pekabaran mereka, dan telah gagal menyadari harapan-harapan mereka, namun mereka telah mengkhotbahkan amaran yang diberikan Allah kepada mereka, dan Tuhan akan menghargai iman mereka dan menghormati penurutan mereka. Kepada mereka dipercayakan pekerjaan penyiaran ke seluruh bangsa kabar Injil mulia Tuhan mereka yang telah bangkit. Untuk persiapan kepada pekerjaan inilah sehingga pengalaman yang tampaknya pahit bagi mereka diizinkan datang.

-KA

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *