[RH] PENGARUH ANAK YANG MEMBERONTAK

625032 73361452 Copy

“Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi, beserta Datan dan Abiram, anak-anak Eiiab, dan On bin Pelet, ketiganya orang Ruben, mengajak orang-orang untuk memberontak melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang Israel, pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan (Bilangan 16:1, 2).

[AkhirZaman.org] Akhirnya, anak-anak yang memberontak ini memberontak lebih jauh lagi, dan berupaya untuk mempengaruhi dan memimpin pemberontakan para anggota keluarga ayah yang lain yang sampai saat itu masih setia.

Kemudian semua keagungan dan otoritas dari sang ayah terpaksa bertindak, dan ia pun mengusir dari rumahnya anak-anak yang memberontak ini, yang bukan hanya sudah menodai kasih dan berkat-berkatnya, tetapi yang berupaya untuk mempengaruhi yang lain yang tersisa yang tunduk kepada hukum-hukum rumah tangga sang ayah yang bijak dan adil itu.

Demi beberapa orang yang setia, yang kebahagiaannya dibukakan kepada pengaruh merusak dari anggota-anggota rumah tangga yang memberontak ini, ia harus memisahkan anak-anaknya yang memberontak itu dari keluarganya, sementara pada saat yang sama ia bekerja untuk membawa lebih dekat kepadanya anak-anak yang tersisa yang masih setia dan taat itu. Semua akan menghormati cara yang bijak dan benar dari orang tua yang seperti itu, dalam menghukum anak-anaknya yang paling memberontak dan tidak bertanggung jawab itu.

Allah, sudah berhubungan dengan cara seperti itu dengan anak-anak-Nya. Tetapi manusia, dalam kebutaannya, suka melihat kepada kejijikan-kejijikan orang-orang yang tidak bertuhan itu, dan tidak memperhatikan orang-orang yang menginjak-injak hukum Allah dan menyangkal otoritas-Nya dengan sikap tidak berterima kasih dan sikap memberontak yang berkelanjutan, yang berani berdosa terhadap surga. Mereka tidak berhenti sampai di sini, tetapi berupaya dengan upaya yang tinggi untuk menyelewengkan umat-Nya, dan mempengaruhi mereka oleh tipuan-tipuan mereka untuk melanggar dan menunjukkan suatu kebencian terhadap peraturan-peraturan Yahwe yang bijak itu. Beberapa hanya dapat melihat kebinasaan musuh-musuh Allah, yang memandangnya sebagai tindakan tanpa kemurahan dan kéjam. Mereka tidak melihat pada sisi yang lain. Tetapi biarlah ungkapan terima kasih yang abadi diberikan, sehingga manusia yang gegabah dan mudah berubah-ubah ini, dengan semua kebaikan yang disombongkannya, bukan merupakan pengatur dan pengendali peristiwa-peristiwa. “. . . Tetapi belaskasihan orang fasik itu kejam” (Amsal 12:10) .—SpirituaI Gifts, vol. 4, hlm. 49-52.

(2 SM 334)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *