“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang”(Kolose 4:5, 6)
[AkhirZaman.org] Tetapi para pendeta yang membawa pekabaran terakhir tentang rahmat kepada 8 manusia yang jatuh tidak boleh mengucapkan kata-kata yang serampangan; mereka tidak boleh membuka pintu yang melaluinya Setan akan mendapatkan jalan masuk ke dalam pikiran manusia. Bukanlah pekerjaan kita untuk bereksperimen, mempelajari sesuatu yang baru dan mengejutkan yang akan menciptakan kegemparan. Setan sedang mencari kesempatan untuk mengambil keuntungan apa saja dari keadaan ini agar ia dapat memasukkan unsur-unsur penipuannya. Gerakan Roh Kudus pada agen manusia akan memelihara pikiran tetap sehat. Tidak akan ada suatu kegemparan yang tegang, yang diikuti dengan reaksi.
Setan akan menggunakan segala ekspresi yang berlebihan untuk merugikan bukan hanya si pembicara, tetapi juga mereka yang ketularan roh yang sama dan menanamkan kejahatan mereka kepada orang lain. Kelembutan dan ketenangan harus dikembangkan; kebenaran-kebenaran yang kudus yang dipercayai akan menuntun kita untuk menunjukkan kesungguh-sungguhan yang mendalam. Bagaimana kita dapat melakukan hal yang sebaliknya bila kita dibebani dengan pekabaran yang paling kudus untuk dibawakan kepada jiwa-jiwa yang sedang binasa—dibebani dengan perasaan semakin dekatnya kedatangan Juruselamat kita.
Jika kita tetap memandang pada Yesus dan menerima Roh Kudus, kita akan memiliki pandangan mata yang jelas. Kemudian kita akan melihat bahaya di setiap sisi, dan akan menjaga setiap kata yang kita ucapkan, agar Setan tidak mendapatkan kesempatan menjalankan penipuannya. Kita tidak ingin pikiran manusia itu diterpa kegemparan. Kita tidak boleh membesar-besarkan harapan untuk melihat hal-hal yang aneh dan hebat. Malahan ajarlah mereka untuk mengikuti langkah-langkah Yesus. Khotbahkanlah Yesus Kristus, yang adalah pusat pengharapan hidup kekal kita.—Surat, 102, 1894.
(2SM 60)