PEMBARU SWISS (2)

rm ps indlgs Copy

[AkhirZaman.org] Pada waktu Allah bersiap-siap mematahkan belenggu kebodohan dan ketakhyulan, maka pada waktu itu Setan bekerja keras untuk menyelubungi manusia di dalam kegelapan dan belenggunya lebih kuat lagi. Ketika manusia bangkit di berbagai negeri untuk menyatakan kepada orang-orang pengampunan dan pembenaran melalui darah Kristus, Roma tampil dengan kekuatan yang diperbaharui untuk membuka pasar di seluruh dunia Kekristenan yang memberikan pengampunan dengan uang.

Setiap jenis dosa mempunyai tarif masing-masing, dan kepada orang-orang diberikan surat izin untuk melakukan kejahatan, asal peti perbendaharaan gereja diisi penuh. Demikianlah kedua gerakan itu bersaing maju: — yang satu memberi pengampunan melalui uang, yang satu lagi pengampunan melalui darah Kristus. Roma memberi lisensi untuk berbuat dosa, dan membuatnya sumber pendapatannya, dan para Pembaharu mencela dosa, dan menunjuk kepada Kristus sebagai perdamaian dan penyelamat.

Di Jerman, penjualan surat pengampunan dosa telah diserahkan kepada para biarawan ordo Dominika, dan telah dilaksanakan oleh Tetzel yang keji itu. Di Swis pengedarannya diserahkan kepada para biarawan ordo Fransiskus, dibawah pengawasan Samson, seorang biarawan bangsa Italia. Samson telah melakukan pelayanan yang baik kepada gereja, dengan mengumpulkan sejumlah besar uang dari Jerman dan Swis untuk mengisi perbendaharaan kepausan. Sekarang ia menjelajahi seluruh Swis menarik perhatian banyak orang, merampas petani-petani miskin yang hanya berpenghasilan sedikit, dan mengeruk pemberian-pemberian mewah dari orang-orang kaya. Tetapi pengaruh pembaharuan telah terasa dapat mengurangi penjualan surat pengampunan dosa walaupun tidak dapat menghentikannya. Zwingle masih berada di Einsiedeln pada waktu Samson tiba dengan dagangannya di kota yang berdekatan, segera setelah ia memasuki Swis. Menyadari akan misinya, Pembaharu itu segera berusaha menentangnya. Keduanya tidak bertemu, tetapi Zwingle berhasil membuka kedok biarawan angkuh itu sehingga ia terpaksa meninggalkan tempat itu pergi kedaerah lain.

Di Zurich, Zwingle berkhotbah dengan bersemangat menentang perdagangan surat pengampunan dosa. Dan pada waktu Samson mendekati tempat itu, ia telah dijumpai oleh seorang utusan konsili, dengan suatu pemberitahuan bahwa ia harus segera meninggalkan tempat itu. Ia akhirnya dapat masuk dengan siasat licik, tetapi ia meninggalkan tempat itu tanpa menjual satupun surat pengampunan dosa. Segera sesudah itu ia meninggalkan Swis.

Gerakan pembaharuan mendapat dorongan kuat dengan terjadinya wabah atau yang disebut “kematian hebat” yang melanda Swis pada tahun 1519. Sementara manusia berhadapan muka dengan muka dengan pembinasa, banyak yang merasa betapa sia-sianya dan tidak bergunanya surat pengampunan dosa yang baru saja mereka beli. Mereka merindukan landasan iman yang lebih pasti. Zwingle di Zurich diserang penyakit. Ia menderita begitu parah sehingga tidak ada harapan untuk sembuh. Bahkan laporan yang tersebar luas mengatakan bahwa ia telah meninggal. Pada saat yang kritis itu, pengharapan dan keberaniannya tetap tidak goyah. Ia memandang dalam iman kepada salib di bukit Golgota, dan mempercayai pendamaian yang sempurna bagi dosa. Setelah ia terlepas dari bahaya maut itu, ia mengkhotbahkan Injil dengan semangat yang lebih berapi-api dari sebelumnya. Kata-katanya mengandung kuasa yang luar biasa. Orang-orang menyambut dengan sukacita, pendetanya yang kembali dari tepi liang kubur kepada mereka. Mereka sendiri baru kembali dari menolong orang sakit dan yang hampir mati. Mereka merasakan manfaat Injil seperti yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Zwingle telah sampai kepada pengertian kebenaran yang lebih jelas, dan telah mengalami lebih sempurna kuasa membaharui kebenaran itu. Kejatuhan manusia dan rencana penebusan adalah pokok-pokok penting diatas mana ia tinggal. “Di dalam Adam,” katanya, “kita semua mati, tenggelam dalam kebejatan dan kutuk.” — Wylie, b. 8, ch. 9. “Kristus, . . . telah membeli penebusan kekal bagi kita . . . . Penderitaan-Nya adalah . . . pengorbanan kekal, dan yang selamanya dapat menyembuhkan. Pengorbanan itu memenuhi keadilan ilahi selama-lamanya demi kepentingan semua yang bergantung kepada-Nya, dengan iman yang teguh dan tidak goyah.” Namun demikian ia dengan jelas mengajarkan bahwa manusia, karena kemurahan Kristus, tidak bebas untuk terus berbuat dosa. “Di mana saja ada iman kepada Allah, di situ Allah ada. Dan di mana saja Allah tinggal, di situ ada semangat yang mendorong dan mendesak manusia melakukan pekerjaan-pekerjaan baik.” — D’Aubigne, b. 8, ch. 9.

Zwingli ktbh CopyBegitu luas perhatian terhadap khotbah Zwingle sehingga katedral melimpah dipenuhi orang banyak yang datang untuk mendengarkannya. Sedikit demi sedikit, semampu mereka mendengar, ia membukakan kebenaran itu kepada para pendengar. Ia berhati-hati, pada mulanya, untuk tidak memperkenalkan pokok-pokok ajaran yang dapat mengejutkan dan menimbulkan prasangka. Pekerjaannya ialah memenangkan hati mereka kepada ajaran-ajaran Kristus, dan untuk melembutkan hati itu dengan kasih-Nya, serta menunjukkan teladan-Nya di hadapan mereka. Dan sementara mereka menerima prinsip-prinsip Injil, praktek-praktek dan kepercayaan ketakhyulan mereka akan dibuang.

Selangkah demi selangkah Pembaharuan itu maju di Zurich. Dalam ketakutan musuh-musuh pembaharuan bangkit menentang dengan gigih. Setahun sebelumnya, biarawan Wittenberg telah mengatakan “Tidak” kepada paus dan kaisar di Worms, dan sekarang ada tanda-tanda bahwa perlawanan yang sama terhadap tuntutan kepausan akan terjadi di Zurich. Berulang-ulang Zwingle mendapat serangan. Di daerah-daerah kepausan, dari waktu ke waktu murid-murid Injil dibawa ke tiang gantungan. Tetapi ini belum cukup. Guru bida’ah itu sendiri harus dibungkam. Oleh sebab itu uskup dari Constance mengutus tiga orang deputi ke Konsili Zurich, menuduh Zwingle mengajar orang-orang untuk melanggar hukum-hukum gereja, dengan demikian membahayakan perdamaian dan ketertiban masyarakat. Ia mengatakan, jikalau wewenang gereja dikesampingkan, akibatnya akan timbul anarki di mana-mana. Zwingle menjawab bahwa ia telah empat tahun mengajarkan Injil di Zurich, “yang telah lebih tenang dan lebih damai dari kota-kota lain di konfederasi ini.” “Bukankah,” katanya, “Kekristenan adalah pengawal keamanan umum?” — Wylie, b. 8, ch. 11.

Para deputi itu menasihatkan para anggota konsili untuk tetap bertahan didalam gereja, karena diluar itu, seperti yang mereka nyatakan, tidak ada keselamatan. Zwingle berespons, “Jangan biarkan tuduhan ini menggoncangkan kamu. Dasar gereja adalah Batu yang sama, Kristus yang sama, yang memberikan nama kepada Petrus oleh karena ia mengakui-Nya dengan jujur. Dari segenap bangsa, barangsiapa yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan segenap hati akan diterima oleh Allah. Inilah sebenarnya gereja itu, yang diluar ini tak seorangpun dapat selamat.” — D’Aubigne, b. 8, ch. 11 (London ed.). Sebagai hasil dari pertemuan itu, salah seorang deputi uskup menerima iman yang dibaharui itu.

Konsili menolak mengambil tindakan terhadap Zwingli. Oleh sebab itu Roma bersiap-siap mengadakan serangan baru . Setelah mengetahui rencana jahat musuh-musuhnya, Pembaharu itu berseru, “Biarlah mereka datang; saya menakuti mereka sebagai sebuah gunung batu menghadapi pukulan ombak dikakinya.” — Wylie, b. 8, ch. 11. Usaha para pemuka agama, yang tadinya dimaksudkan untuk menggulingkan pembaharuan, justru memajukan reformasi itu sendiri. Kebenaran itu terus tersebar. Di Jerman, para pengikut pembaharuan yang putus asa oleh karena menghilangnya Luther, kembali bersemangat ketika mereka melihat kemajuan Injil di Swis.

Pada waktu Pembaharuan menjadi kuat di Zurich, buah-buahnya nampak lebih jelas dengn menurunnya angka kejahatan, meningkatnya ketertiban dan keharmonisan. “Kedamaian mendiami kota kita,” tulis Zwingle, “tidak ada pertengkaran, tidak ada kemunafikan, tidak ada kecemburuan, tidak ada perselisihan. Dari mana datangnya persatuan seperti itu kalau bukan dari Tuhan dan dari ajaran kita, yang memenuhi kita dengan buah-buah perdamaian dan kesalehan?” — Wylie, b.8, ch. 15.

Kemenangan-kemenangan yang diperoleh Pembaharuan menggerakkan para pengikut Romanisme untuk lebih meningkatkan usahanya untuk meruntuhkan pembaharuan itu. Memperhatikan betapa sedikit yang dihasilkan penganiayaan dalam menekan pekerjaan Luther di Jerman, maka mereka memutuskan untuk menghadapi pembarauan itu dengan senjatanya sendiri. Mereka akan mengadakan perdebatan dengan Zwingle, dan mengatur segala sesuatu yang perlu untuk itu. Mereka mengatur sedemikian rupa untuk memastikan kemenangan oleh menentukan sendiri tempat perdebatan dan para hakim yang harus memutuskan siapa pemenang dari para pedebat. Dan jikalau seandainya mereka bisa sekali memasukkan Zwingle kedalam kekuasaan mereka, mereka tidak akan melepaskannya lagi. Pemimpin itu akan diam dan pergerakan itupun akan dapat ditumpas dengan cepat. Rencana ini dengan cermat dirahasiakan.

Perdebatan itu ditentukan akan dilaksanakan di Baden. Tetapi Zwingle tidak hadir. Konsili Zurich mencurigai rencana pengikut kepausan itu dan diamarkan oleh tumpukan kayu yang telah disulut diwilayah kepausan bagi pengaku Injil. Lalu konsili melarang pendeta mereka untuk menampakkan diri kepada bahaya itu. Di Zurich ia telah siap sedia untuk bertemu dengan semua pendukung Roma yang mungkin dikirim. Tetapi untuk pergi ke Baden, dimana darah para syuhada baru saja dicurahkan demi kebenaran, adalah seperti pergi kepada suatu kematian tertentu. Oecolampadius dan Haller telah dipilih untuk mewakili para Pembaharu, sementara Dr. Eck yang terkenal, didukung oleh sekelompok para doktor dan pejabat-pejabat tinggi gereja, mewakili pihak Roma.

Meskipun Zwingle tidak hadir pada pertemuan itu, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Semua sekretaris dipilih oleh pengikut kepausan, dan orang-orang lain diancam akan disiksa atau dihukum kalau berani membuat catatan. Meskipun begitu, Zwingli setiap hari menerima laporan yang jujur mengenai apa yang dikatakan di Baden. Seorang mahasiswa yang menghadiri perdebatan itu membuat catatan setiap malam mengenai argumentasi yang diadakan pada hari itu. Catatan-catatan ini, bersama surat harian Oecolampadius diserahakan kepada dua orang mahasiswa lain untuk disampaikan kepada Zwingle di Zurich. Pembaharu itu memberi jawaban, nasihat dan usulan-usulan. Surat-suratnya ditulis pada malam hari, dan surat itu dibawa oleh mahasiswa-mahasiswa yang kembali ke Baden pada pagi harinya. Untuk mengelabui ketatnya penjagaan dipintu gerbang kota, jurukabar-jurukabar ini membawa keranjang berisi ayam di atas kepala mereka, dan dengan demikian mereka di izinkan lewat tanpa rintangan.

Demikianlah Zwingle mempertahankan perlawanan terhadap lawan-lawannya yang licik. “Ia telah bekerja lebih keras,” kata Myconius, “dengan bermeditasi, tidak tidur pada malam hari, menuliskan nasihat yang diteruskan ke Baden, dibandingkan seadainya ia bisa mendiskusikannya sendiri ditengah-tengah musuh-musuhnya.” — D’Aubigne, b. 11, ch. 13.

oecolampadius CopyPara pengikut Romanisme, dengan mengharap akan menang, mereka datang ke Baden dengan berpakaian yang mewah-mewah dan mahal-mahal, dengan permata yang berkilau-kilauan. Makanan mereka serba luks, mejanya penuh dengan makanan yang mahal-mahal, dengan anggur pilihan. Beban keutamaan mereka diperringan oleh kegembiraan dan pesta pora. Perbedaan yang nyata terlihat pada para Pembaharu, yang tampak kepada orang-orang sedikit lebih baik daripada sekelompok pengemis, yang dengan makanannya yang sangat sederhana membuat mereka tidak perlu lama-lama di meja makan. Kadang-kadang Oecolampadius diamati oleh tuan tanahnya didalam kamarnya. Ia didapati terus belajar atau berdoa, dan sangat heran, dilaporkan bahwa orang bida’ah paling sedikit “sangat saleh.”

Pada pertemuan itu, “Eck dengan angkuhnya naik ke mimbar yang telah dihiasi dengan indahnya, sementara Oecolampadius yang berpakaian sederhana, telah dipaksa duduk di atas bangku yang diukir dengan kasar, tepat dihadapan lawannya.”– Idem, b. 11, ch. 13. Suara Eck yang keras dan kepercayaan diri yang tak terbatas tidak pernah hilang. Semangatnya dirangsang oleh pengharapan akan mendapat upah emas dan kemasyhuran, karena pembela iman ini akan diberi upah yang besar. Bilamana argumentasi terbaik gagal, ia akan menghina dan bahkan bersumpah.

Oecolampadius, yang sederhana dan yang tidak mempercayai diri sendiri, telah merasa gentar dalam pertempuran itu, lalu ia memasuki pertarungan itu dengan satu pengakuan yang terus terang, “Saya tidak mengakui standar penghakiman selain firman Allah.” — Idem, b. 11, ch. 13. Meskipun bertingkah laku lembut dan sopan, ia membuktikan dirinya sanggup dan tabah menghadapi serangan. Sementara penganut Romanisme, sesuai dengan kebiasaan mereka berpegang pada wewenang dan kebiasaan gereja, sedangkan Pembaharu berpegang teguh pada Alkitab yang suci. “Kebiasaan,” katanya, “tidak mempunyai kekuatan di negeri kita Swis, kecuali sesuai dengan undang-undang. Sekarang, dalam masalah iman, Alkitab itulah kitab undang-undang kita.” — Idem b. 11, ch. 13.

Perbedaan antara kedua pedebat itu bukan tanpa efek. Pertimbangan Pembaharu tenang dan jelas, yang disampaikan dengan lembut dan sederhana, menarik perhatian dan membalikkan kesombongan dan keributan Eck yang menjijikkan.

Perdebatan itu berlangsung selama delapan belas hari. Pada penutupannya, para pengikut kepausan dengan yakin mengatakan mereka meraih kemenangan. Kebanyakan para deputi memihak kepada Roma, dan Mahkamah mengumumkan kekalahan Pembaharu, dan menyatakan agar mereka bersama pemimpin mereka, Zwingle, dipecat dari gereja. Tetapi buah-buah pertemuan itu menyatakan dipihak mana kemajuan terletak. Perdebatan itu mengakibatkan suatu dorongan kuat kepada pergerakan Protestan, dan tidak lama sesudah itu kota-kota penting Bern dan Basel menyatakan ikut Pembaharuan.

 

-KA

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *