“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” (Marius 23:23).
[AkhirZaman.org] Gereja yang sisa dipanggil untuk melewati suatu pengalaman yang sama seperti pengalaman orang-orang Yahudi; dan Saksi Yang Setia itu, yang berjalan hilir-mudik di tengah-tengah tujuh kaki dian emas, memiliki suatu pekabaran khidmat yang hendak disampaikan kepada umat-Nya.
la mengatakan, “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat” (Wahyu 214,5). Kasih Allah telah menyusut di gereja, dan sebagai akibatnya cinta diri telah muncul menjadi kegiatan baru. Dengan kehilangan kasih bagi Allah datanglah kehilangan kasih bagi saudara-saudara.
Gereja dapat memenuhi semua gambaran yang diberikan terhadap jemaat Efesus, namun gagal dalam kesalehan yang vital. Tentang mereka Yesus berkata, “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula” (Wahyu 2:2-4).
Suatu agama resmi telah dikira selaku agama yang benar untuk zaman sekarang. Tetapi itu adalah suatu kekeliruan. Teguran Kristus kepada orang-orang Farisi dapat dikenakan kepada mereka yang telah kehilangan kasih mereka yang semula dari hatinya. Suatu agama resmi yang hambar tidak pernah akan membawa jiwa-jiwa kepada Kristus; karena agama seperti itu tak ada kasih, tak ada Kristus. Bilamana berpuasa dan berdoa dipraktikkan dengan roh yang membenarkan diri, itu semuanya adalah kebencian pada Allah. Perhimpunan khidmat untuk kebaktian, upacara-upacara keagamaan yang bulat, perendahan hati secara luar, pengorbanan yang menipu—semuanya menyatakan kepada dunia kesaksian bahwa si pelaku hal-hal ini menganggap dirinya sendiri benar.