PENGANIAYAAN PADA ABAD-ABAD PERMULAAN (1)

the christian martyrs last prayer Copy

 

(Dalam empat artikel nubuatan terakhir, secara berturut-turut kita telah belajar mengenai nubuatan penghancuran kota Yerusalem yang diucapkan Yesus pada tahun 31 M, yang kemudian tergenapi pada tahun 70 M. Kedegilan dan kekerasan hati orang Yahudi pada waktu itu adalah lambang dari dunia pada zaman sesudah masa itu, sekarang, dan masa depan; yang juga dipenuhi oleh banyak orang yang mengeraskan hati kepada panggilan pertobatan dari Tuhan. Sebagaimana orang Yahudi yang mengeraskan hati begitu dikejutkan dengan penghancuran yang dilakukan oleh tentara Romawi sebagai bentuk hukuman Tuhan kepada bangsa pilihan itu, begitu pula pada masa mendatang banyak orang yang mengaku sebagai umat Tuhan namun tetap berada dalam kedegilannya akan dikejutkan dengan berbagai peristiwa yang terjadi sebelum kedatangan Tuhan, dan juga dikejutkan oleh peristiwa kedatangan Yesus yang kedua kali nanti. Dan dalam pelajaran kita sekarang adalah mengenai penganiayaan yang dialami oleh umat Tuhan pada abad permulaan)

[AkhirZaman.org] Bilamana Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya mengenai nasib kota Yerusalem dan pemandangan tentang kedatangan-Nya yang kedua kali, Ia juga meramalkan pengalaman umat-Nya mulai dari waktu Ia diangkat dari antara mereka sampai kepada Ia kembali di dalam kuasa dan kemuliaan untuk melepaskan mereka.

Dari atas Bukit Zaitun Juru Selamat melihat badai yang akan menimpa jemaat kerasulan. Dan menerawang lebih jauh ke masa depan, mata-Nya melihat dengan jelas badai ganas yang mengerikan yang akan memukul pengikut-pengikut-Nya pada masa-masa kegelapan dan penganiayaan yang akan datang. Dalam beberapa ucapan-ucapan singkat yang mengerikan, Ia meramalkan bagian pemimpin-pemimpin dunia ini yang akan dibagikan kepada jemaat Allah. Matius 24:21,22: “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.”

Pengikut-pengikut Kristus harus menjalani jalan penghinaan, celaan dan penderitaan yang sama seperti yang dijalani oleh Tuhannya. Kebencian dan permusuhan yang ditimbulkan terhadap Penebus dunia ini akan ditunjukkan terhadap semua yang percaya kepada nama-Nya.

Sejarah jemaat yang mula-mula itu menyaksikan kegenapan kata-kata Juru Selamat. Kuasa-kuasa dunia dan neraka mempersiapkan diri mereka melawan Kristus dalam pribadi pengikut-pengikut-Nya. Kekafiran melihat, jika Injil menang, maka kuil-kuil dan mezbah-mezbahnya akan dimusnahkan. Oleh sebab itu ia memerintahkan pasukan-pasukannya untuk membinasakan Kekristenan. Api penganiayaan telah disulut. Orang-orang Kristen telah dirampas harta miliknya dan di usir dari rumah mereka. Mereka “bertahan dalam perjuangan yang berat” (Ibrani 10:32). “Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan” (Ibrani 11:36). Banyak yang memeteraikan kesaksian mereka dengan darahnya. Kaum bangsawan dan hamba, orang kaya dan orang miskin, orang-orang terpelajar dan orang-orang bodoh, semuanya sama dibantai tanpa belas kasihan.

Penganiayaan ini bermula pada zaman kaisar Nero, pada waktu Rasul Paulus mati syahid, berlangsung terus dengan semakin kejam selama berabad-abad. Orang-orang Kristen dituduh dengan tuduhan palsu melakukan kejahatan yang mengerikan, dan dinyatakan sebagai penyebab bencana besar seperti bahaya kelaparan, wabah dan gempa bumi. Sementara mereka menjadi sasaran kebencian dan kecurigaan, para penuduh, demi keuntungannya, mengkhianati orang yang tidak bersalah itu. Mereka dituduh sebagai pemberontak yang melawan kerajaan, sebagai musuh agama, dan sebagai wabah bagi masyarakat. Banyaklah yang dilemparkan kepada binatang buas, atau dibakar hidup-hidup di amfiteater. Sebagian disalibkan, yang lain dibungkus dengan kulit binatang liar dan dilemparkan ke arena untuk dicabik-cabik oleh anjing-anjing ganas. Hukuman mereka sering dibuat menjadi hiburan utama pada pesta-pesta umum. Orang banyak berjubel menikmati tontonan itu, dan tertawa serta bertepuk tangan menyaksikan korban yang sedang menderita menghadapi maut.

gua CopyKe mana saja pengikut Kristus mencari perlindungan, mereka terus diburu seperti binatang mangsa. Mereka terpaksa mencari persembunyian di tempat-tempat terpencil yang tidak ada orang. “Kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung” (Ibrani 11:37-38). Katakomb-katakomb (kuburan bawah tanah) dimanfaatkan menjadi tempat persembunyian beribu-ribu orang. Di bawah bukit-bukit di luar kota Roma, terowongan panjang telah digali di tanah dan batu. Jaringan lorong-lorong gelap dan rumit dibuat bermil-mil di luar tembok kota. Di tempat pengasingan bawah tanah inilah pengikut-pengikut Kristus menyembunyikan orang mati mereka. Dan di sini jugalah mereka bertempat tinggal bilamana mereka dicurigai dan dipersalahkan mengenai sesuatu. Bilamana Pemberi Hidup itu membangunkan mereka yang telah melakukan perjuangan yang baik, banyaklah orang-orang yang telah mati syahid demi Kristus yang akan keluar dari gua bawah tanah yang suram itu.

Meskipun mengalami penganiayaan yang paling kejam, saksi-saksi Yesus ini tetap memelihara iman mereka tidak tercemar. Meskipun jauh dari segala kesenangan, ditutupi dari sinar matahari, dan tinggal di dalam gelap di dalam tanah, mereka tidak mengeluh sedikitpun. Dengan kata-kata iman, ketabahan, dan pengharapan mereka menguatkan satu sama lain untuk menanggung penderitaan dan kekurangan dan kesesakan. Kehilangan berkat-berkat duniawi tidak bisa memaksa mereka untuk menyangkal iman mereka pada Kristus. Pencobaan dan penganiayaan hanyalah langkah-langah yang membawa mereka semakin dekat kepada istirahat dan upah mereka.

Seperti hamba-hamba Allah pada zaman dahulu kala, banyak dari mereka yang “disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka menerima kebangkitan yang lebih baik” (Ibrani 11:35). Hal ini mengingatkan kepada pikiran mereka kata-kata Guru mereka, yang bilamana dianiaya demi Kristus, mereka akan sangat bersukacita karena besarlah upah mereka di surga, karena demikianlah juga nabi-nabi dianiaya sebelum mereka. Mereka bersukacita karena mereka dianggap layak menderita demi kebenaran (Mat 5:11, 12).

Dan nyanyian kemenangan berkumandang naik dari dalam api yang mengamuk. Oleh iman mereka memandang ke atas, mereka melihat Kristus dan malaikat-malaikat menghadapi peperangan surga, memandang kepada mereka dengan penuh perhatian, dan menghargai kesetiaan dan keteguhan hati mereka. Satu suara turun dari takhta Allah kepada mereka, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2:10).

Sia-sialah usaha Setan menghancurkan jemaat Kristus dengan kekerasan. Pertentangan yang besar di mana murid-murid Yesus menyerahkan hidup mereka, tidak berakhir pada waktu murid-murid pembawa standar moral ini dibunuh. Mereka menaklukkan pada waktu mereka dikalahkan. Pekerja-pekerja Allah dibunuh, tetapi pekerjaan-Nya maju terus dengan mantap. Kabar Injil itu terus tersebar, dan jumlah pengikut-pengikut-Nya terus bertambah. Injil itu menerusi daerah-daerah yang tidak mudah dimasuki, bahkan sampai ke daerah kekuaasaan Roma.

Seorang Kristen dalam pembelaannya berkata kepada penguasa kafir yang mendorong penganiayaan: Engkau boleh “membunuh kami, menyiksa kami, menghukum kami . . . . Ketidakadilanmu adalah bukti bahwa kami tidak bersalah . . . . Atau kejahatanmu tidak berguna bagimu.” Semuanya itu menjadi undangan kuat memanggil orang lain kepada keyakinannya yang kuat. “Semakin sering kami engkau babat, semakin banyak kami bertumbuh, darah orang-orang Kristen itu adalah benih.” — Tertullian’s “Apology,” par. 50 (ed. T. and T. Clark, 1869).

Ribuan orang dipenjarakan dan dibunuh, tetapi yang lain muncul menggantikan tempat mereka. Dan mereka yang telah mati syahid (martir) oleh karena iman mereka yang teguh kepada Kristus, telah diperhitungkan Tuhan sebagai penakluk. Mereka telah melakukan perjuangan dengan baik, dan mereka akan menerima mahkota kemuliaan bilamana Kristus datang kembali. Penderitaan yang mereka tanggung telah membuat orang-orang Kristen semakin dekat kepada satu sama lain dan kepada Penebus mereka. Teladan kehidupan mereka dan sikap mereka menghadapi kematian telah menjadi kesaksian abadi bagi kebenaran. Dan tanpa diharapkan pengikut-pengikut Setan meninggalkan tugasnya dan menggabungkan diri di bawah panji-panji Kristus.

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *