KUASA KEMAUAN KITA (4)

daud dan tabut pejanjian Copy

6. Perayaan Besar-Besaran Berkenaan Dengan Pendirian Kota Allah (Pendirian Gereja-Gereja)
[AkhirZaman.org]
 Daud sudah mengalahkan kota Yebuz, kota pertahanan orang-orang Kanaan yang dianggap tidak dapat dikalahkan.  Perebutan kota ini adalah amat penting bagi Israel, oleh sebab kota ini adalah kota Salem di mana pada zaman nenek moyang mereka, Abraham sudah bertemu dengan Melkisedik – raja dan imam Allah (Keja. 14:17-24)– lambang Yesus Kristus. Dengan begitu perebutan Yebuz berarti pendirian lambang kerajaan Allah di dunia (2 Samuel 5:6-10). Yebuz kemudian menjadi Yerusalem, kota Allah!

 

Tidak heran Daud menginginkan hadirat Tabut Perjanjian di kota itu. Ia menghendaki Yesus berkerajaan di Yerusalem. Daud mengatur pembawaan Tabut Allah ke Yerusalem (2 Samuel 6). Pekerjaan ini dikerjakannya dengan upacara besar-besaran 30.000 tokoh (ayat 1), pemimpin-pemimpin dan penghulu-penghulu bangsa serta imam besar dan keluarganya ikut mengambil bagian. Daud dengan pakaian kerajaannya bermainlah di hadapan hadirat Tuhan. Suara orang banyak bergabung menjadi satu dalam nyanyian diiringi oleh bunyi alat-alat musik, kecapi, dandi, rebana, genta, dan gong. Daud dipenuhi oleh semangat suci yang berkobar-kobar.

“Sudah lama waktu berlalu semenjak Israel menyaksikan satu suasana kemenangan seperti itu. Dengan kegembiraan yang disertai suasana khidmat rombongan orang banyak itu berjalan menuju ke Kota Suci dengan melalui bukit-bukit dan lembah-lembah.” – 2 SPN 316.

Tidak ada yang salah dengan maksud tujuan merayakan pendirian Kota Allah. Semua adalah untuk kemuliaan nama Tuhan. Kota yang sudah dipilih untuk ditahbiskan sebagai ibukota kerajaan Allah adalah tepat. Pemindahan Tabut Perjanjian ke kota Suci sebagai lambang hadirat Allah adalah betul. Nyanyian-nyanyian yang disertai bunyi-bunyian musik sebagai kepujian kepada Tuhan adalah patut. Hadirat pemimpin-pemimpin dan penghulu-penghulu bangsa serta imam besar dengan keluarganya adalah cocok. Menurut pertimbangan manusia, tidak ada satu perkara yang dilalaikan dan Tuhan seharusnya dapat dibuat merasa senang dan puas.

Tetapi “suatu kegentaran yang mendadak telah memenuhi rombongan orang banyak yang sedang bersuka-suka itu.” “Berbangkitlah murka Tuhan akan Uza, dibunuh Allah akan dia di sana, sebab alpanya, maka matilah ia di sana dekat dengan tabut Allah (2 Sam 6:6, 7).” – 2 SPN 316.

Mengapa Tuhan marah? Mengapa Tuhan sepertinya ‘mengganggu’ suasana kegembiraan yang luar biasa itu, yang telah ditujukan sebagai suatu kehormatan dan kepujian bagi-Nya?

“Daud merasa heran dan panik sekali, dan di dalam hatinya ia meragukan tentang keadilan Allah. Ia sedang berusaha untuk menghormati peti itu sebagai suatu tanda hadirat ilahi. Kalau demikian, mengapa hukuman yang mengerikan itu telah dijatuhkan sehingga suasana yang penuh dengan kegembiraan itu telah berubah menjadi suasana sedih dan berkabung?” – 2 spn 316.

Di mana terletak kesalahannya? Daud mempunyai tujuan yang sangat baik. Ia telah melakukan segala sesuatu untuk Tuhan dan bangsanya, tetapi sayangnya Daud telah memilih jalan Kain. Daud tidak menyerahkan kuasa kemauannya kepada kuasa kemauan Tuhan!!

Pemimpin-pemimpin dan penghulu-penghulu bangsa Israel telah diundang hadir oleh Daud. Imam besar juga telah diundang hadir. Menurut prosedur “organisasi” semua yang dilakukan Daud adalah betul. Tetapi Daud tidak mengikuti perintah Tuhan bahwa tabut Allah harus diusung di atas bahu orang-orang yang sudah ditentukan ( Kel. 25:13, 14; Ul. 10:8; 2 Sam. 15:24) dan tidak boleh dibawa di atas kereta, walaupun kereta yang telah digunakan Daud adalah kereta yang baru.

Kesalahan ini tidak dimaafkan oleh Tuhan oleh sebab pemimpin-pemimpin dan penghulu-penghulu bangsa ada dan imam besar pun ada. Secara gabungan mereka seharusnya tahu bahwa Allah tidak menghendaki tabut Allah dipindah dengan cara yang sudah digunakan. Tuhan telah memberi suatu pelajaran kepada Daud dan Israel, dan pelajaran berharga ini adalah untuk kita yang berada di dalam sidang-Nya yang terakhir!

7. Teladan Seorang Pemimpin
Daud tidak dengan segera menangkap pelajaran yang datang dari Tuhan (2 Sam. 6:8-12). Daud telah menjadi takut terhadap tabut Tuhan. “Jangan-jangan dosa yang sama di pihaknya akan mendatangkan hukuman ke atas dirinya”. Itulah sebabnya tabut Allah itu ditinggalnya di rumah seorang Goti yang bernama Obed-Edom. Selama tiga bulan Daud mengamat-amati apa yang akan terjadi dengan Obed-Edom.

“Maka diberkati Tuhan akan Obed-Edom, dan akan segala isi rumahnya.” – 2 Samuel 6:11.

Ayat 12:15: Daud menyadari kesalahannya. Peti Perjanjian Allah selalu akan menjadi berkat bagi siapapun yang menerimanya. Daud menjadi rindu kembali akan berkat-berkat yang datang dari hadirat Allah. Dengan melepas jubah kerajaannya dan mengenakan jubah efod yang biasa, Daud memimpin sekali lagi rombongan besar itu dalam memindahkan tabut Allah ke Yerusalem. Kali ini Daud telah mengikuti semua petunjuk Tuhan dengan setia. Maka hadirlah Tuhan di antara umat-Nya!

8. Tuhan Menunggu Laodikea Menyatakan Penyesalan Mereka
Kebesaran seorang pemimpin dapat dilihat dari kerendahan hatinya. Daud telah melakukan kesalahan. Daud tidak dengan segera melihat dan menyadari kesalahannya. Itu bukan suatu masalah. Yang menentukan adalah kerendahan hati Daud. Ia telah melepas jubah kerajaannya dan mengenakan jubah efod yang biasa – suatu lambang kerendahan diri di hadapan Allah!

Sejarah tidak dipelajari untuk mengutuk pemimpin-pemimpin kita seandainya mereka membuat suatu kesalahan. Sejarah adalah untuk pelajaran dan untuk membawa kita semua kepada perbaikan. Semoga Laodikea (lambang dari jemaat Tuhan yang terakhir sebelum kedatangan Yesus kedua kali) tidak lama lagi akan dipimpin oleh Daud-DaudNya untuk membawa tabut Allah dengan cara yang benar ke Yerusalem! Hadirat Roh melalui kebenaran firman Allah adalah kebutuhan kita!

Penyerahan kuasa kemauan kita kepada kuasa kemauan Allah adalah harapan kita!!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *