Agama “Sekuler”

amerika nation Copy

[AkhirZaman.org] Di Amerika Serikat telah muncul satu “agama” yang paling cepat berkembang di negara adidaya itu. Lebih dari 7,5 juta orang Amerika telah bergabung dengan “agama” ini sejak tahun 2012. Apakah agama itu? Dan apa yang Alkitab katakan tentang hal itu?

Sebelum Anda tahu apakah “agama” itu dan pendapat Alkitab mengenai keadaan ini, yang pasti “agama” itu justru membuat para penganutnya untuk tidak beragama. “Agama” ini mungkin akan menjadi begitu popular, dan namanya adalah “agama seluler.”

Kemunculan “agama sekuler” ini berdampak besar dalam kerohanian orang-orang di Amerika, dan menyebabkan agama di Amerika terus meluncur dalam jurang yang begitu dalam. Beberapa menyebutnya penurunan besar.

Sejak 2012, jumlah orang di Amerika Serikat yang tidak lagi aktif dalam agama telah meningkat sebesar tiga persen. Para penganut dari “agama sekuler” ini, dalam suatu jajak pendapat menunjukkan preferensi kepercayaan mereka sebagai “tidak ada.”

Beberapa waktu lalu telah dirilis hasil dari jajak pendapat untuk tahun 2014 dalam hal sosial umum. Nama dari lembaga survey yang melakukan jajak pendapat itu adalah GSS. GSS sendiri selama ini dipercaya sebagai standar emas untuk survei sosiologis. Didanai oleh National Science Foundation, studi jutaan dolar ini memberi kita data yang paling akurat pada masyarakat Amerika. Dan termasuk di dalamnya adalah survei di bidang agama.

Laporan terbaru dari GSS menyatakan bahwa hampir 1 dari 4 orang Amerika lebih memilih “tidak beragama.” Sampai akhir tahun 1990-an, kelompok ini masih dalam satu digit, tapi kini mencapai 23 persen dari populasi penduduk di Amerika. Hal ini hampir sama dengan jumlah umat Katolik di negara itu.

Jajak pendapat yang sama juga mengungkapkan bahwa 35 persen orang Amerika tidak menghadiri gereja dalam ibadah-ibadah umum. Hal ini menunjukkan kenaikan sekitar 5 persen dalam beberapa tahun terakhir. Dan jumlah orang yang mengatakan mereka tidak pernah berdoa melonjak dari 14 persen menjadi 17 persen.

Pada salah satu artikel yang kami muat awal tahun ini, kita juga telah melihat bahwa di Inggris juga memiliki fenomena yang mirip. Lebih dari 54 persen pria di sana memilih untuk menjadi ateis dan agnostic (Tuhan tidak selalu dapat dimengerti) serta akhirat tidak ada. Meskipun jumlah wanita yang memilih ateis dan agnostic serta tidak percaya akhirat tidak sebanyak pria , namun angkanya tetap menunjukkan jumlah yang memprihatinkan juga.

Meskipun ada beberapa suara yang mengklaim bahwa dunia dapat memberikan sesuatu yang lebih baik, namun dengan jelas kita dapat melihat bahwa dunia ini juga memberikan kekerasan, perang, epidemi (penyakit menular yang menjangkit dengan cepat), dan bencana alam yang merajalela.

Beberapa orang mengatakan bahwa dengan meninggalkan gereja dan agama maka orang-orang akan menjadi lebih “tercerahkan” dan objektif, sedangkan orang-orang yang percaya pada Tuhan dan berpegang teguh pada Alkitab disebut sebagai kelompok yang berpegang teguh dengan peninggalan kuno dan ketinggalan zaman sehingga dianggap sebagai kelompok primitif.

Beberapa orang yang lain lagi menunjuk orang lain sebagai penyebab kemerosotan agama di Amerika ini oleh sebab kesalahan atau kegagalan orang lain. Atau yang lain lagi akan mengatakan bahwa pekabaran firman Tuhan yang tegas dituduh sebagi suatu tindakan yang tidak berbelas kasihan dan telah membuat orang pergi dari gereja.

Sebagai contoh di Amerika sendiri beberapa orang berpendapat bahwa fenomenan ini diakibatkan oleh karena “kefanatikan” atau ketidaksetujuan dari orang-orang religius terhadap kaum homoseksual. Hal lain yang penting adalah tuduhan pelecehan anak dalam denominasi tertentu.

Tetapi orang-orang yang melontarkan tuduhan ini ironinya terlalu lambat untuk melihat pada diri sendiri yang hidup penuh dengan keegoisan, obsesi dengan materialisme, dan cinta akan hiburan sebagai penyebab orang lain memilih untuk meninggalkan Tuhan dan agama.

Semua alasan ini patut kita lihat dengan berimbang dengan mata dan telinga yang terbuka. Semua orang harus jujur bahwa barang kali merekalah yang mengakibatkan saudara, atau teman mereka meninggalkan Tuhan dan memilih tidak beragama.

Sebuah kesalahan dan dosa haruslah ditegur, namun semuanya itu harus dilakukan dengan kasih. Sebagai contoh bahwa homoseksualitas adalah jelas bertentangan dengan kehendak Tuhan. Siapa pun pelakunya kita tidak bisa menyatakan itu sebagai sesuatu yang dibenarkan. Atau ketika Barack Obama menyatakan persetujuannya dengan pernikahan sejenis bukanlah berarti juga bahwa itu sekarang menjadi sesuatu yang benar.

Sebagai contoh lain adalah ketika para pelaku homoseksualitas datang ke gereja bukan berarti kita harus menolak, atau mengusir mereka dari peribadatan. Bisa jadi dengan pekabaran-pekabaran yang disampaikan akan akan menolong mereka melihat pada diri sendiri bahwa mereka telah berdosa kepada Tuhan.

Namun jika mereka menunjukkan perilaku yang dikhawatirkan akan memberikan pengaruh buruk kepada orang lain maka kita wajib memperingatkannya. Bahkan jika itu dilakukan oleh seorang pendeta atau pemuka agama yang bukan pelaku homoseksualitas, bukankah kita juga harus melakukan tindakan yang sama?

Yesus selama di dunia menerima banyak orang berdosa yang datang kepadaNya. Dia memperlakukan perempuan pezinah di dalam Yohanes 8 dengan penuh pengampunan, tetapi Dia tidak membiarkan perempuan itu untuk terus tinggal dalam dosanya ketika berkata: “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yoh. 8:11).

Atau pada waktu sesudah menyembuhkan orang yang mengalami kelumpuhan selama tiga puluh delapan tahun di kolam Betesda, Yesus mengingatkannya untuk tidak lagi melakukan kembali kesalahan yang sama yang telah membuatnya lumpuh. Ketika berjumpa kembali dengannya di Bait Allah Yesus berkata, “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” (Yoh. 5:14).

Suatu kali Yesus juga menerima undangan makan dari Matius si pemungut cukai. Di Israel pada zaman dahulu, orang yang bekerja untuk memungut cukai atau pajak dianggap sebagai orang berdosa yang tidak berpengharapan menjadi anggota kerajaan Allah. Namun Alkitab mencatat bahwa Yesus pun juga merangkul mereka ketika Matius 9:10 menyatakan, “Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.”

Bagi Yesus, orang-orang yang semacam itulah yang harus mendapat perhatian khusus ketika banyak orang menolak mereka. Karena sebagaimana “bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit” (ayat 12); begitu juga orang yang tersesat karena dosalah yang harus disembuhkan secara rohani.

Namun Yesus juga mengecam orang berdosa yang mengeraskan hatinya saat seorang yang kaya lebih memilih hartanya dari pada memilih Yesus sehingga Dia berkata, “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Luk. 18:24, 25).

Tidak bisa dipungkiri bahwa begitu banyak orang meninggalkan agama, gereja, dan tidak tertarik mengikut Tuhan karena hukum dan ajaranNya bertentangan dengan dosa kesayangan mereka.

Apa pun penyebab yang mengakibatkan banyak orang memilih untuk tidak beragama, dan tuduhan-tuduhan yang menyalahkan pihak-pihak tertentu sebagai penyebab semua ini, Alkitab menyatakan bahwa kemerosotan spiritual sebagai satu peristiwa yang menjadi tanda akhir zaman.

Rasul Paulus mengatakan di dalam 2 Tim 3:1-5, “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”

Dan tanpa melakukan jajak pendapat, di dalam Matius 24:12 Yesus juga mengatakan bahwa yang memungkinkan semua ini terjadi oleh “karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.”

Ketika pekabaran Injil menyebar ke lebih banyak kelompok orang di dunia, kesenjangan antara pengikut Tuhan dan dunia akan terus meningkat. Bahkan rasul Yohanes mendapat satu penglihatan di pulau Patmos ketika Tuhan mengumumkan, “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!” (Wahyu 22:11).

Yesus berkata bahwa “apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.” (Mat. 25:31).

Bagaikan seorang gembala yang dengan baik baik dapat mengenali ternak gembalaannya, “Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya.” (ayat 32, 33).

Dan sebagai Raja yang adil Dia akan berkata kepada domba-domba-Nya, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (ayat 34).

Namun “Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” (ayat 41).

Dan untuk menutup khotbahNya tentang akhir zaman Yesus mengakhirinya dengan perkataan, “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” (ayat 46).

Yesus begitu rindu kita menjadi bagian dalam domba-dombaNya. Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa Yesus adalah “Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yoh. 1:29). Dia adalah domba yang sulung yang telah bangkit dari kematian. Dan inilah yang juga dikatakan Paulus ketika dia menyebut Yesus sebagai “Anak-Nya yang sulung.” (Ibr. 1:6).

Dan sebagai yang pertama yang bangkit dari kematian Tuhan menjanjikan kepadaNya, “Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu (KJV: ‘warisan’), dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.” (Maz. 2:8). Hanya satu yang Yesus minta ketika kebangkitanNya, dan itu adalah kita sebagai warisanNya supaya kita kita juga menjadi anak-anak Allah sebagaimana Dia adalah Anak Allah yang sulung.

Roma 8:17 menuliskan, “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”

Paulus mengatakan bahwa sebagaimana Yesus menerima janji-janji Allah sebagai Anak, maka kita pun sebagai anak-anak Allah juga berhak menjadi ahli waris keselamatan dan janji-janji Allah bersama-sama dengan Kristus. Namun satu yang memungkinkan itu, hanya “jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan (dibangkitkan) bersama-sama dengan Dia.”

Bagaimana kita dapat menderita bersama-sama dengan Kristus? Petrus memberikan jawabannya untuk kita, “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” (1 Pet. 2:21-24).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *