AS gelar KTT Anti Ekstremisme

konferensi terorisme Copy

[AkhirZaman.org] Para perwakilan negara dari seluruh dunia menghadiri konferensi tingkat tinggi untuk melawan kekerasan ekstremisme yang dibuka di Amerika Serikat. Pertemuan yang diadakan selama tiga hari itu digelar menyusul terjadinya sejumlah insiden penembakan di Denmark, Perancis dan Australia.

Wakil Presiden Joe Biden mengatakan pentingnya berinteraksi dengan para imigran yang mungkin teradikalisasi karena merasa disingkirkan. “Masyarakat harus memberikan pilihan afirmatif untuk komunitas imigran,” katanya.

Biden mengatakan negara-negara di dunia harus memberikan “rasa memiliki yang mendiskreditkan upaya teroris untuk menimbulkan rasa ketakutan, isolasi, kebencian dan penolakan.”

Gedung Putih yakin Eropa sangat rentan terhadap serangan teror karena para imigran kurang terintegrasi dengan baik dengan masyarakat. Konferensi tingkat tinggi ini digelar menyusul terjadinya serangan teror di Kanada, Australia, Perancis dan Denmark.

Namun sejumlah wartawan mengatakan Gedung Putih juga ingin menekankan bahwa ancaman terorisme dari dalam negeri harus diwaspadai, radikalisasi serta perekrutan orang-orang Amerika, khususnya anak-anak muda yang merasa tidak puas.

Saudara, dalam beberapa artikel peristiwa terakhir kita membahas tentang ektremisme dalam hubungannya dengan Amerika. Amerika tampak sangat agresif dalam upaya memberantas para ekstremisme. Sepertinya ini adalah hal positif. Anda pasti merindukan kondisi yang selalu aman dan kondusif.

Namun dalam artikel peristiwa (dunia bangkit) yang berjudul “Obama Deklarasikan Perang Terhadap ‘Ekstremisme’- Apakah Anda Seorang ‘Ekstremis’ Menurut Definisinya?”, Obama memiliki definisi tersendiri tentang siapakah yang dapat masuk kategori ekstrem. Dan di antaranya adalah gereja atau orang Kristen yang berlandaskan Alkitab saja akan masuk dalam kategoti sebagai ekstrem atau radikal.

Apa yang sekarang terjadi dalam KTT mungkin hanyalah akan menghasilkan keputusan untuk mencegah tindakan kekerasan. Namun ini hanya sebuah langkah awal yang pada akhirnya akan memunculkan kebijakan untuk “membunuh” iman Kristen yang murni berlandaskan Alkitab.

Saudara, bisakah Anda bayangkan di masa depan ketika kita memelihara Sabat yang benar, beribadah dalam tata cara sesuai yang Alkitab katakan sebagai bentuk penyembahan kita yang benar kepada Allah; lalu tanpa diduga sekelompok orang mendatangi dan menangkap kita.

Tetapi, bukankah itu pula yang dialami oleh Yesus? Atau ketika Sadrakh, Mesakh dan Abednego dibuang ke perapian yang begitu panas oleh karena menolak menyembah patung emas yang didirikan oleh Nebukadnezar (Daniel 3)? Atau saat Daniel dibuang ke lubang singa oleh karena dia tetap berdoa tiga kali sehari kepada Tuhan saat raja Darius mengeluarkan perintah yang melarang setiap orang beribadah kepada allah atau dewanya masing-masing selama tiga puluh hari (Daniel 6)?

Jika kita melihat kepada semua kisah itu maka masihkah kita berharap untuk memiliki kehidupan Kristen yang bebas hambatan? Hanya belajar dari kehidupan Yesus, terutama pada saat-saat terakhir kehidupan-Nya dari saat Dia di Taman Getsemani, penangkapan-Nya, pengadilan yang dihadapi-Nya, hingga kepada penyaliban-Nya yang akan menolong kita untuk bertahan dalam kondisi yang sukar sekalipun.

Marilah kita berketetapan, “Aku mau hidup seperti Tuhan-ku, sekalipun jika itu harus menderita seperti Dia menderita.”

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *