Pencipta Berkata Ingatlah: Abad demi Abad Memberi Kesaksian (3)

shipp Copy

[AkhirZaman.org] Ditangkap di kedamaian desanya yang terpencil, Patrick dipukul dan diseret ke kapal yang sudah menanti. Ia sadar dan mengetahui bahwa ia sedang dibawa ke Irlandia untuk menjadi seorang budak. Setelah ia bekerja di sana dalam waktu yang singkat, ia menemukan jalan untuk melarikan diri. Ia pergi ke Gaul di mana ia mendengar pekabaran Injil Kristus, dan ia menerima dan dibaptis.

Karena adanya kesadaran untuk memberitakan Injil di negara perhambaannya, ia berangkat naik kapal ke Irlandia. Di sana ia mengkhotbahkan Injil Alkitab dengan penuh semangat dan banyak orang datang ke kaki Kayu Salib. Termasuk “para pejabat tinggi” kerajaan Irlandia juga terkesan dengan pemberitaannya yang mendalam dan rohani.

Hasilnya, anak raja, Conall, bersama dengan ribuan lainnya, dibaptiskan oleh Patrick. Cucu Conall yang bernama Columba, berada dalam deretan yang berhak menduduki warisan takhta kerajaan karena ibunya, Eithne. Columba menerima pekabaran Alkitab yang diberitakan oleh Patrick. Malah, ia rela meninggalkan warisan takhtanya demi kerajaan Kristus.

Dengan mengikuti jejak Patrick, ia meninggikan Alkitab sebagai satu-satunya dasar iman. Secara khusus ia menegaskan pentingnya penurutan yang penuh kasih terhadap Sepuluh Firman yang disebutnya “Hukum Kristus.”

Roh Allah bekerja dengan penuh kuasa melalui Columba. Ia mendirikan sekolah Kristen dan pusat pelatihan penginjilan di pulau Iona yang kecil, tidak jauh dari pantai Inggris, sekitar tahun 563. Ada kemungkinan dialah yang menyalin, dengan tangannya sendiri, Alkitab Perjanjian Baru sebanyak 300 kali dan sebagian besar Alkitab Perjanjian Lama.

Menurut Dr. Leslie Hardinge dalam karya tulisannya yang luar biasa berjudul The Celtic Church in Britain, salah satu ciri khusus yang membedakan kelompok kecil ini adalah penghargaannya yang suci terhadap hari Sabat Alkitabiah.

Hari-hari terakhir dalam kehidupan Columbia dicatat sebagai berikut: “Setalah melanjutkan pekerjaannya di Skotlandia selama 34 tahun, dengan jelas ia menyatakan terang-terangan tentang kematiannya, dan pada hari Sabtu, tanggal 9 Juni, ia berkata kepada muridnya yang bernama Diermit: ‘Inilah hari yang disebut hari Sabat, yaitu, hari perhentian, dan begitulah yang akan terjadi bagi saya; karena hal inilah yang akan membuat pekerjaan saya berakhir.’” (The Cektic Church in Britain, (SPCK) 1972, hal. 80-89.

Andrew Lang, dalam tulisannya tentang sejarah orang Celtic ini, menyatakan: “Mereka bekerja pada hari Minggu, tetapi memelihara hari Sabtu sesuai dengan pola hari Sabat.” (A History of Scotland, Andrew Lang, jlid 1, hal. 96). Dalam bukunya tentang Religious History of Scotland yang disusun secara berurutan, Moffat menambahkan: “Kelihatannya sudahlah menjadi kebiasaan di gereja-gereja orang Celtic di zaman permulaan di Irlandia, demikian juga di Skotlandia, untuk memeliahara hari Sabtu, hari Sabat orang Yahudi, sebagai suatu hari perhentian dari segala pekerjaan. Mereka menuruti hukum keempat itu secara harfiah pada hari ketujuh dalam pekan itu.” (hal. 140).

Pembela kebenaran Allah, yaitu Patrick dan Columbia, yang satu adalah budak yang melarikan diri dan yang satu lagi adalah pewaris takhta kerajaan yang telah memelihara tentang kebenaran Allah yang tetap menyala di Irlandia dan Skotlandia sepanjang Zaman Kegelapan. Truth Triumphant, Pacific Press Publishing, 1944, hal. 108.

Abad Keenam
skotlandia church CopyGereja Skotlandia. “Hari-hari belakangan ini kelihatannya mereka mengikuti suatu kebiasaan yang dapat kita telusuri permulaannya pada gereja biara mula-mula di Irlandia itu mereka memelihara hari Sabtu sebagai Sabat dan pada hari itu mereka berhenti dari segala pekerjaannya.” (W.T.Skene, Adamnan Life of St. Columba, 1874, hal. 96).

Skotlandia, Irlandia. “Kelihatannya di tempat ini ada suatu pemikiran tentang suatu kebiasaan, yang sudah dipelihara di zaman awal Gereja biara di Irlandia, yaitu memelihara hari Sabtu sebagai hari perhentian, atau hari Sabat.” (History of the Catholic Church in Scotland, jilid 1, hal. 86, ditulis oleh Bellesheim, ahli sejarah Katolik).

Abad Ketujuh
Skotlandia dan Irlandia. Professor James Moffat, D. D., seorang Guru Besar di bidang Sejarah Gereja di Princeton, mengatakan: “Kelihatannya sudah menjadi kebiasaan gereja-gereja orang Celtic pada zaman permulaan Irlandia, dan juga di Skotlandia, untuk memelihara hari Sabtu, hari Sabat orang Yahudi, sebagai suatu hari perhentian dari segala pekerjaan. Mereka menuruti hukum keempat itu secara harfiah pada hari ketujuh itu.” (The Church In Scotland, hal. 140).

“Orang-orang Celtic menggunakan Alkitab bahasa Latin tidak seperti Vulgate (R. K.) dan memelihara hari Sabtu sebagai hari perhentian, dengan acara agama yang khusus pada hari Minggu.” (Flick, The Rise if the Medieval Church, hal. 237).

Roma. Gregory I (590-604) menulis tentang warga negara Romawi (yang) melarang setiap pekerjaan dilakukan pada hari Sabat.” (Nicene and Post-Nicene Fathers, Seri Kedua, jilid 13, hal. 13, epist. 1).

Paus Gregory I, 590-604 M. Satu pernyataan “pembenaran” diri dari Gregory, dan juga menyerang umat-umat Tuhan yang setia memelihara hari Sabat-Nya yang suci: “Dari Gregory, yang menjadi bishop karena kasih karunia Allah, kepada anak-anaknya yang dikasihi, semua warga negara Romawi: Telah diberitahukan kepada saya bahwa ada beberapa orang tertentu yang memiliki roh yang menyimpang telah menyebarkan sebuah berita di antara kamu yang nampaknya bertentangan dengan iman kita yang suci, sehingga melarang apapun untuk dilakukan pada hari Sabat. Apakah yang harus saya katakan tentang mereka kalau bukan pemberita-pemberita anti Kristus?” (Epstles, buku 13:1).

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *