Persahabatan Umat Allah: Peristiwa Penting Menjelang Kelahiran Muhammad (2)

pasukan-gajah-penghancur-kabah Copy

 

[AkhirZaman.org] Dalam artikel sebelumnya kita telah mempelajari bahwa suatu kali Abrahah Al-Asyram yang menjadi Gubernur Kerajaan Roma Katolik di Yaman bersama pasukan gajah dan tentaranya yang gagah perkasa melakukan perjalanan ke Mekah hendak menghancurkan Ka’abah di kota itu. Abdul Muththalib sebagai pemimpin pemerintahan kota Mekah dan pemegang kunci Ka’abah di Mekah, beserta dengan penduduk kota itu tidak melakukan perlawanan.

Mereka hanya berdoa kepada berhala-berhala yang ada di sisi Ka’abah, yaitu Hubal, Al-Lata, dan Al-Uzza; yang mereka anggap sebagai Tuhan, supaya melindungi Ka’abah itu. Dan doa itu terjawab ketika tiba-tiba pasukan Abrahah Al-Asyram dengan gajah-gajahnya diserang wabah penyakit ketika dalam perjalanannya hampir tiba di Mekah.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa sepertinya Tuhan menjawab doa Abdul Muththalib supaya Ka’abah itu dilindungi dan tidak dihancurkan oleh Abrahah dan pasukan gajahnya, padahal Abdul Muththalib tidak berdoa kepada Tuhan yang benar namun kepada berhala-berhala itu?

Di akhir pelajaran sebelumnya kita telah sedikit mendapat jawabannya bahwa Tuhan tidak mau memaksa seseorang untuk meyakini-Nya secara paksa. Dia mau supaya manusia secara bebas menurut keyakinannya sendiri. Oleh karena itu, apabila seseorang yakin bahwa berhala-berhala itu dapat memberikan pertolongan (sebagaimana keyakinan kaum Quraisy Mekah, termasuk Abdul Muththalib), maka itu akan terkabul jika itu saja yang mereka ketahui tentang Tuhan.

Tetapi bukan berarti kita diperkenankan untuk menyembah berhala dan berdoa kepadanya hanya oleh karena kita lebih yakin pada berhala-berhala itu daripada Tuhan Sang Pencipta. Karena Tuhan berkata: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu . . . tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.” Keluaran 20:3-6.

Dan pada pelajaran kali ini kita akan mendapat jawaban yang lebih jelas mengapa sepertinya Tuhan mendengar dan menjawab doa dari Abdul Muththalib dan tidak memperkenankan rencana Abrahah untuk menghancurkan Ka’abah di Mekah meski Abdul Muththalib melayangkan doanya lewat berhala-berhala yang ada di sisi Ka’abah itu? Mari kita mulai mempelajarinya.

Menurut catatan dalam Kitab Pelajaran agama Kristen Roma Katolik yang ditulis oleh James Gibsons, seorang Kardinal Uskup Roma Katolik di Baltimore Amerika, dalam Kitab yang berjudul “Agama Yesus Kristus” yang diterbitkan oleh Tata Usaha Gereja Katolik Menado tahun 1952, halaman 78: “Patutlah ada dan tinggal dalam gereja yaitu patung Kristus dan patung Maryam (Maria) dan patung orang suci lainnya. Patutlah dilakukan kepadanya dengan hormat dan dipermuliakan dia . . . serta kita mengagumi patung-patung itu atau memberi tabik kepadanya atau bertelut di hadapannya . . . Adapun segala anak-anak Katolik mengerti bahwa dalam hal apa bedanya sebuah berhala orang kafir dan sebuah patung orang Nasrani.”

Abrahah Al-Asyram yang mendirikan Gereja Quraisy di kota Shan’a di Yaman, akan mengisinya dengan patung Yesus dan Maryam dan patung yang mereka anggap suci. Kalau cita-cita Abrahah dibiarkan terwujud, maka Gereja Quraisy di Shan’a itu akan sama dengan Ka’abah yang di kota Mekah itu, sebab di Ka’abah Mekah itu ada berhala Hubal dan di sekeliling Ka’abah itu ada patung-patung yang jumlahnya lebih dari 300 buah.

Pekerjaan Abrahah menjadi wali negeri di Shan’a itu sama dengan pekerjaan Abdul Muththalib sebegai wali negeri di Mekah. Mereka berdua adalah Kepala Pemerintahan merangkap Kepala atau Imam dalam rumah kebaktian yang juga sama-sama menghormati patung, cuma berbeda nama saja.

berhala latta  uzza CopyBerhala yang tinggal dalam Ka’abah dan di sekeliling Ka’abah Mekah itu disebut berhala orang kafir, sedang yang tinggal dalam Gereja Quraisy disebut patung orang Nasrani. Tetapi mari kita pikirkan sejenak apa bedanya berhala orang kafir dengan berhala orang Nasrani? Tidak ada bedanya. Baik berhala orang kafir dan berhala orang Nasrani sama-sama dibuat dari batu yang adalah perbuatan tangan manusia.

Kedua tindakan itu adalah pelanggaran terhadap perintah kedua dari Sepuluh Perintah Tuhan yang berbunyi: “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya” (Keluaran 20:4, 5). Itulah sebabnya Tuhan tidak mengizinkan dan tak merestui rencana Abrahah itu.

Tuhan sesungguhnya bermaksud memusnahkan berhala dan patung-patung di Ka’abah Mekah itu, tetapi bukanlah melalui Abrahah. Karena jika dia yang melakukannya hanya akan membuat dia semakin merajalela untuk mendirikan pusat penyembahan berhala di Gereja Quraisy di Shan’a, di mana patung Yesus dan Maryam serta patung-patung lainnya sudah ada di sana. Meskipun itu di dalam gereja dan itu adalah patung Yesus sekalipun, itu tetaplah berhala dan melanggar hukum kedua Tuhan.

Seiring berjalannya waktu, rencana Tuhan untuk menghancurkan berhala-berhala itu akan terwujud karena pada awalnya Ka’abah di Mekah itu digunakan keturunan Nabi Ibrahim, yaitu Isma’il sebagai tempat untuk menyembah Allah Yang Maha Esa semasa dia hidup di Mekah, dan bukan seperti di zaman Abdul Muththalib yang berisikan banyak berhala-berhala seperti yang dilakukan oleh kaum atau abngsa Quraisy. Sehingga dengan adanya berhala-berhala itu, maka Ka’abah di Mekah itu bukan lagi tempat untuk menyembah Tuhan melainkan menjadi pusat penyembahan kepada berhala seperti pada zaman Abdul Muththalib.

Sejarah mencatat tentang penghancuran berhala-berhala itu sebagaimana disebutkan oleh Mukaddimah Qur-an terbitan Dep. Agama RI, halaman 81:

“Pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijrah, berangkatlah Rasulullah membawa pengikutnya sebanyak 10.000 orang laki-laki dari Madinah menuju Mekah. Orang-orang Quraisy mendengar berita pasukan besar yang dibawa oleh Muhammad itu menjadi gemetar dan putus asa. Akhirnya, Abu Sofyan, pemimpin Quraisy pergi menemui Rasulullah di luar kota Mekah dan menyatakan ke-Islam-annya dan menyerah. Kemudian Rasulullah memerintahakan pasukannya memasuki Mekah dari empat jurusan (arah). Dengan demikian kota Mekah jatuh ke tangan Kaum Muslimin tanpa perlawanan sama sekali. Patung-patung dan berhala-berhala di sekeliling Ka’abah mereka hancurkan seraya meneriakkan, ‘Telah datang kebenaran, dan telah lenyap kebatilan (kepalsuan), sesungguhnnya kebatilan itu pasti lenyap.”

Cucu Abdul Muththalib sendiri yang pernah dua tahun dipeliharanya sebelum ia wafat, yang kemudian diserahkan kepada anaknya yang bernama Abu Thalib untuk memelihara Muhammad semasa ia kanak-kanak, dan Abdul Muththalib sendiri memberinya nama Muhammad karena ayah dari Muhammad (Abdullah) telah wafat waktu dia masih berusia tiga bulan dalam kandungan ibunya. Dialah yang diperkenankan Tuhan untuk menghancurkan batu-batu berhala dan patung-patung yang ada dalam Ka’abah di Mekah itu. Supaya kaum Quraisy kembali menegakkan agama Ibrahim yang terkenal di Tanah Arab dan pernah menjadi agama bangsa Arab semasa Isma’il masih hidup.

Demikianlah sejarah masuknya berhala ke dalam Ka’abah di kota Mekah itu, dibawa oleh Khuza’ah dari Arab Selatan sesudah Isma’il wafat lalu diteruskan penyembahan kepada berhala itu oleh kaum Quraisy, karena Qushai menikah dengan Hubayya puteri dari Hulail Al Kuza’y penguasa kota Mekah yang menyembah berhala. Dan batu-batu berhala serta patung-patung yang lebih dari dua abad disembah oleh kaum Quraisy peninggalan keturunan Khuza’ah itu, pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijrah (dalam tahun 630 Masehi) dimusnahkan oleh Muhammad bersama-sama orang Islam dari Madinah.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *