PERSAHABATAN UMAT ALLAH: TIMBULNYA BANGSAWAN QURAISY DI MEKAH (1)

mekahdl Copy

 

[AkhirZaman.org] Kita telah pelajari dalam artikel sebelumnya bahwa keturunan Isma’il yang tinggal menetap di kota mekah, walaupun Keturunan Khuza’ah telah merampas kota Mekah dan Ka’abah itu, ialah FIHER BIN MALIK.

Fiher mempunyai pikiran dan cita-cita tinggi untuk mengambil kembali kota Mekah dan Ka’abah dari tangan kaum Huza’ah itu. Dan juga dia mempunyai mata pencaharian berdagang. Perdagangannya itu dijualnya kepada orang-orang yang datang ke Mekah yang mengerjakan ibadah Haji. Di samping berdagang kepada orang-orang yang datang ke Mekah itu, ia juga menyelidiki orang-orang yang mengerjakan ibadah Haji itu, tentang kekurangannya dan dia selalu berusaha untuk memberikan pertolongan.

Perkataan “QURAISY“ itu berasal dari kata “QIRSY”, yang artinya nama semacam binatang laut. Selain dari itu, para ulama berpendapat bahwa perkataan “QURAISY” itu artinya ialah “APA-APA YANG DIKUMPULKAN DARI SANA-SINI.”

Sebagian ulama lain berpendapat bahwa perkataan “QURAISY” itu berasal dari perkataan “QARRASYA” yang artinya mempunyai mata pencaharian dengan jalan berdagang.

Ada pula ulama yang mengatakan perkataan “ QURAISY” itu berasal dari perkataan “TAQARRASYA” yang artinya menyelidiki kekurangan orang lain. Oleh karena FIHER BIN MALIK itu mempunyai mata pencaharian dengan jalan berdagang, juga mempunyai cita-cita tinggi, suka menyelidiki kekurangan orang-orang yang datang ke Mekah untuk dibantu, maka Fiher bin Malik itu, mulai terkenal dengan nama ”QURAISY” (Kitab Kelengkapan Tarikh itu juga halaman 71-73).

Kalau kita perhatikan keturunan Fiher bin Malik itu, kita lihat pada keturunannya yang ke-enam ialah QUSHAI. Qushai adalah kenyataan dari gelar QURAISY itu, karena segala cita-cita Fiher bin Malik itu digenapi oleh Qushai. Orang-orang Arab selalu menyebut Qushai itu Pahlawan Quraisy yang berhasil merebut kembali ka’abah dan kota Mekah dari keturunan Khuza’ah. Beginilah ceritanya:

Dalam abad ke lima Masehi, Qushai kawin dengan Hubayya, anak dari Hulail Al-Khuza’y (keturunan Khuza’ah) yang memegang KEKUASAAN di Tanah Hizaz, dan juga memegang kekuasaan Ka’abah, serta dia adalah KEPALA URUSAN PERDAGANGAN di Kota Mekah. Hubayya itu adalah putri dari seorang Bangsawan dari Kaum Huza’ah (Kitab Kelengkapan Tarikh Muhammad s.a.w jilid 1 A halaman 67).

Qushai adalah seorang pemuda keturunan Bani Isma’il yang cerdik. Dia berusahan keras untuk merebut kembali ka’abah dan kota Mekah yang telah hamir 2 abad dirampas oleh keturunan Khuza’ah (Arab Selatan). Pada waktu itu ia masih seorang pemuda, dia bermaksud menikah dengan Hubayya, puteri penguasa Mekah itu.

Ia mencari jalan supaya Hubayya dan orang tuanya tertarik kepadanya. Tidak lain jalannya adalah dengan memperdengarkan nyanyian dan memperlihatkan tarian untuk menarik perhatian orang-orang yang tinggal di istana itu. Penarikan yang diadakannya itu berhasil dengan baik, sehingga Hubayya jatuh cinta kepadanya, dan orang tuanya mengizinkan Hubayya menikah dengan Qushai. Sehingga terjadilah pernikahan antara keduanya pada abad ke lima masehi.

Setelah Qushai menjadi menantu penguasa Mekah itu, lalu ia pergi mencari Bani Isma’il lainnya yang telah meninggalkan kota Mekah dan tinggal di pelosok-pelosok (terpecah belah menjadi 12 Qabilah) untuk mempersatukan mereka kembali dan merebut kembali Ka’abah dan kota Mekah dari tangan keturunan Khuza’ah itu.

Oleh karena Qushai itu datang untuk mengumpulkan Bani Isma’il tersebut, maka apabila ia datang mereka memanggil dia: “Lihatlah Quresy datang!” Lama kelamaan nama Qushai telah bertukar dengan Quraisy, karena Quraisy artinya apa-apa yang dikumpulkan dari sana-sini dan bercita-cita tinggi. Di bawah pimpinan Qushai, Bani Isma’il yang terpecah belah itu berkumpul menjadi satu kembali.

the holy kabah CopyQushai memang seorang pemuda yang cerdik. Setelah mertuanya akan meninggal dunia, dicarinya jalan supaya mertuanya menyerahkan anak kunci Ka’abah yang didam-idamkannya itu dengan jalan rajin membersihkan Ka’abah sehingga kelihatan selalu bersih dan terpelihara dengan baik.

Cita-citanya itu terkabul sebagaimana dicatat sesuai sejarah: “Mertua Qushai menyerahkan kepada anaknya kunci Ka’abah, dan Qushai menerimanya dengan baik”(KItab Kelengkapan Tarikh Muhammad SAW, jilid IA, halaman 68).

Tidak lama dari kejadian itu, Hulail Al-Khuzay (mertua Qushai) wafat. Setelah anak kunci Ka’abah dan kekuasaan Tanah Hijaz ada di tangan Qushai itu tersiar ke Jazirah Arab, semua keturunan Khuza’ah merasa tidak senang. Lalu timbul perbantahan antara mereka dengan Qushai sebab mereka mau mengambilnya kembali dari tangan Qushai.

Oleh karena sangat sulit mendapatkan kunci Ka’abah dari tangan Qushai, lalu timbullah permusuhan dan peperangan antara katurunan Khuza’ah dengan Qushai. Semua Bani Isma’il yang terpencar di mana-mana itu datang ke Mekah membantu Qushai melawan keturunan Khuza’ah.

Peperangan itu sangat hebat sebagaimana disebutkan oleh Kitab Kelengkapan Tarikh Muhammad SAW, jilid IA, halaman 69, 70: “Setelah terjadi pertempuran dan pertumpahan darah yang memakan banyak korban jiwa, barulah diadakan perdamaian antara kedua belah pihak . . . . Dalam perundingan perdamaian itu diputuskan oleh kedua belah pihak bahwa kunci Ka’abah diserahkan kepada keturunan Isma’il (kepada Qushai) . . . Dengan kecerdikan serta kecakapannya mengumpulkan Bani Isma’il itu, Qushai dapat mengusir semua keturunan Khuza’ah dari seluruh Tanah Hijaz. Lalu Qushai mendapat gelar “Mujammi” yang artinya seorang penghimpun atau pengumpul.”

Dengan keberhasilan mengusir katurunan Khuza’ah yang berkuasa selama 2 abad ini, maka kepada Qushai diberikan julukan sebagai pahlawan Quraisy. Belakangan terkenallah sebutan “Bangsawan Quraisy” di Tanah Arab, dan pada zaman sekarang terdengarlah sebutan “Kaum Quraisy Mekah.”

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *