PELAYANAN KEPADA ORANG KAYA (1)

colosseum-rome-1 Copy

[AkhirZaman.org] Kornelius, penghulu laskar Roma, adalah orang kaya dan keturunan ningrat. Kedudukannya adalah satu kepercayaan dan kehormatan. Lahir sebagai seorang kafir, dibina dan dididik melalui hubungan dengan orang Yahudi, dia telah mendapat pengetahuan tentang Allah yang benar, lalu dia menyembah-Nya sambil menunjukkan ketulusan imannya dengan menaruh belas kasihan kepada orang miskin. “Ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah.” Kisah Para Rasul 10:2

Kornelius tidak mengetahui Injil sebagaimana dinyatakan dalam hidup dan kematian Kristus, dan Allah mengirim pekabaran langsung dari surga kepadanya, dan melalui pekabaran lain menuntun rasul Petrus untuk melawat dan mengajar dia. Kornelius tidak bergabung dengan gereja Yahudi, dan tentunya dia dianggap kafir dan najis oleh imam-imam Yahudi; tetapi Allah membaca ketulusan hatinya lalu mengutus para pesuruh dari takhta-Nya bergabung dengan hamba-Nya di bumi dalam mengajarkan injil kepada pejabat Roma ini.

Demikianlah sekarang ini Allah sedang mencari jiwa-jiwa di antara pejabat tinggi maupun rakyat jelata. Ada banyak orang seperti Kornelius, yaitu orang-orang yang Ia ingin supaya bergabung dengan gereja-Nya. Mereka menaruh rasa simpati terhadap umat Tuhan. Tetapi ikatan dengan dunia ini menjerat mereka dengan ketat. Diperlukan keberanian moral bagi orang -orang ini untuk bergaul dengan kalangan rendahan. Ikhtiar khusus harus dibuat untuk jiwa-jiwa ini, yang sedang berada dalam bahaya besar karena tanggungjawab dan pergaulan mereka.

Banyak yang telah dikatakan tentang kewajiban kita terhadap orang miskin yang diabaikan; bukankah perhatian juga harus diberikan kepada orang-orang kaya yang diabaikan? Banyak orang yang menganggap golongan ini sebagai tidak berpengharapan dan hanya sedikit berbuat untuk membuka mata mereka, yang karena dibutakan dan disilaukan oleh kemuliaan duniawi telah kehilangan kekekalan dari pandangan mereka. Ribuan orang kaya telah memasuki liang lahat tanpa mendapat amaran. Tetapi walaupun mereka itu kelihatan acuh tak acuh, banyak di antara orang kaya yang menanggung beban jiwa. “Siapa yang mencintai kekayaan tidak puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia.” Dia yang berkata kepada kencana, “Engkaulah kepercayaanku” telah “menyangkal Allah yang di atas.” “Tidak seorang pun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, karena terlalu mahal pembebasan nyawanya dan tidak melihat lubang kubur.” Pengkhotbah 5:10; Ayub 31:24; Mazmur 49:7, 8

mib 201405061007225262 Kemegahan CopyKekayaan dan kehormatan dunia tidak dapat memuaskan jiwa. Banyak di antara orang kaya yang rindu akan jaminan ilahi, suatu pengharapan rohani. Banyak yang merindukan sesuatu yang dapat mengakhiri hidup mereka yang monoton dan tidak bertujuan. Banyak pula dalam hidup ini merasakan keperluan akan sesuatu yang mereka tidak punyai. Hanya sedikit di antara mereka yang pergi ke gereja, karena mereka merasa hanya mendapat sedikit manfaat. Ajaran yang mereka dengar tidak menyentuh hati. Apakah kita tidak akan mengadakan pendekatan pribadi terhadap mereka?

Di antara korban kekurangan dan korban dosa didapati mereka yang pernah mempunyai kekayaan. Orang-orang yang memiliki berbagai keterampilan dan kedudukan yang berbeda dalam kehidupan yang telah dikalahkan oleh kecemaran-kecemaran dunia, oleh penggunaan minuman keras, oleh pemanjaan nafsu, dan telah jatuh di bawah penggodaan. Sementara orang-orang sudah jatuh ini memerlukan belas kasihan dan pertolongan, bukankah suatu perhatian harus diberikan kepada orang-orang yang belum sempat terperosok sedalam itu, tetapi sedang melangkahkan kaki di jalan yang sama?

Ribuan orang yang berada pada kedudukan terpercaya dan terhormat sedang memanjakan kebiasaan yang dapat merusak jiwa dan tubuh. Para pelayanan injil, pejabat pemerintah, pengarang, orang-orang kaya dan yang berbakat, orang-orang yang mempunyai kemampuan bisnis yang luas dan kemampuan untuk penggunaannya, sedang dalam bahaya maut karena mereka tidak menyadari pentingnya pengendalian diri dalam segala hal. Mereka perlu memberikan perhatian kepada prinsip-prinsip pertarakan, bukan dalam arti yang sempit atau berat sebelah, tetapi di dalam terang maksud Allah yang besar terhadap umat manusia. Seandainya prinsip-prinsip pertarakan yang sejati itu ada di depan mereka, maka banyak sekali orang dari kalangan atas yang akan mengakui nilai dari prinsip-prinsip itu dan menerimanya dengan segenap hati.

Kita harus menunjukkan kepada orang-orang ini akibat dari pemanjaan berbahaya yang mengurangi kemampuan fisik, mental dan moral. Bantulah mereka menyadari tanggungjawab mereka sebagai penatalayan-penatalayan dari karunia-karunia Allah. Tunjukkanlah kepada mereka kebaikan apa yang dapat dilakukan dengan uang yang sekarang mereka belanjakan untuk sesuatu yang hanya membahayakan mereka saja. Kemukakanlah sumpah pertarakan yang hakiki, imbaulah agar uang yang dibelanjakan untuk minuman keras, tembakau atau kegemaran-kegemaran lain sebagainya digunakan untuk menolong orang miskin yang sakit atau untuk mendidik anak-anak dan orang muda demi kegunaan mereka di dunia ini. Tidak banyak yang akan menolak imbauan seperti itu.

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam injil, karena injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Roma 1:16

9-fghjkty CopyAda bahaya lain yang khususnya mengancam orang kaya, dan ini juga merupakan bidang pelayanan bagi misionaris kesehatan. Sangat banyak orang yang makmur di dunia ini, yang tidak pernah tunduk kepada bentuk-bentuk kejahatan yang lazim, namun menuju kebinasaan karena cinta akan kekayaan. Mangkuk yang sukar dibawa bukanlah mangkuk yang kosong, tetapi yang penuh sampai ke bibirnya. Inilah yang perlu diseimbangkan dengan sangat hati-hati. Penderitaan dan kesengsaraan mendatangkan kekecewaan dan kesedihan; tetapi kemakmuranlah yang paling berbahaya bagi kehidupan rohani.

Mereka yang menderita kemunduran dilambangkan dengan semak yang dilihat Musa di padang belantara, yang walaupun menyala tetapi tidak hangus. Malaikat Tuhan ada di tengah-tengah semak itu. Jadi di dalam kehinaan dan penderitaan pun terang hadirat dari yang Tidak Kelihatan itu menerangi kita untuk menghibur dan memelihara. Seringkali doa dilayangkan bagi mereka yang menderita penyakit atau kesengsaraan; tetapi doa-doa kita paling dibutuhkan oleh orang-orang yang kepada mereka dipercayakan dengan kemakmuran dan pengaruh.

Di lembah kehinaan di mana manusia merasakan kebutuhannya dan bersandar pada Allah untuk menuntun langkah kaki mereka, ada keselamatan yang sebanding. Tetapi orang yang dianggap berdiri di puncak yang tinggi, dan yang dianggap memiliki kebijaksanaan besar karena jabatannya–mereka ini berada dalam bahaya besar. Kecuali orang-orang seperti ini bergantung pada Allah, mereka pasti jatuh.

Alkitab tidak mempersalahkan orang karena kaya, asalkan dia mengumpulkan kekayaannya secara jujur. Bukan uang, tetapi cinta akan uang itulah akar segala kejahatan. Adalah Allah yang memberikan kepada manusia kekuatan untuk meraih kekayaan; dan di tangan dia yang bertindak sebagai penatalayan Allah dengan menggunakan hartanya secara tidak mementingkan diri maka kekayaan itu merupakan suatu berkat, baik bagi pemiliknya maupun bagi dunia. Tetapi banyak dari mereka yang terbelit dalam perhatian akan harta dunia menjadi tidak peka terhadap tuntutan-tuntutan Allah dan kebutuhan sesamanya. Mereka menganggap kekayaan mereka itu sebagai alat untuk memuliakan diri sendiri. Mereka mengumpulkan rumah dan tanah; mereka memenuhi rumah mereka dengan segala kemewahan, sementara di sekitar mereka ada manusia-manusia yang berada dalam kemelaratan dan kejahatan, dalam penyakit dan kematian. Mereka yang hidup hanya untuk melayani diri sendiri tidak mengembangkan dalam dirinya perangai Allah, tetapi perangai si jahat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *