TUJUAN TUHAN MELALUI SATU LAMBANG (2)

bait-suci Copy

 

[AkhirZaman.org] Dari sejak peresmian Bait Suci di padang belantara hingga Bait Suci-Bait Suci di Yerusalem, para pengikut Tuhan mengetahui bahwa rencana keselamatan yang dilambangkan dalam upacara-upacara Bait Suci berhubungan dengan manusia, bukan binatang, tirai kain, kayu ataupun air. Aspek-aspek harafiah dari ajaran tentang Bait Suci mengajarkan kebenaran-kebenaran yang harafiah tentang bagaimana Tuhan berurusan dengan manusia. Ia tidak membersihkan dan memulihkan peralatan, melainkan orang-orang. Kebenaran-kebenaran yang mulia yang dilambangkan di dalam Bait Suci di bumi mengacu kepada tindakan-tindakan, peristiwa-peristiwa, dan hubungan-hubungan yang sangat harafiah yang ada antara Tuhan dan umat-Nya.5

Sementara Yesus berada dalam satu tempat yang sangat nyata, melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat nyata untuk menyelesaikan pertentangan besar itu, salah satu dari perhatian utamaNya yang berhubungan dengan puncak dari pertentangan besar adalah pembangunan gerejaNya di bumi. Bait Suci di bumi adalah bayangan (Ibrani 8:5) dari kebenaran-kebenaran agung ini, yang tampak dalam terang siang Perjanjian Baru. Untuk dapat melihat kebenaran-kebenaran ini dalam terangnya yang terjelas, kita tidak perlu mengurusi terlalu rinci tentang Bait Suci di bumi; kita harus melanjutkan kepada penerangan-penerangan selanjutnya yang menafsirkan dan menjelaskan tentang bayangan itu.

Bahwa Tuhan terutama berurusan dengan orang-orang; bahwa semua sarana pengajaranNya mewakili baik perananNya maupun peranan manusia dalam pertentangan besar itu.6 Tujuan dari keselamatan adalah memiliki suatu umat yang ditebus dan suci. Tujuan dari ajaran-ajaran dan upacara-upacara Bait Suci adalah untuk menjelaskan sasaran yang indah ini dan memberikan suatu penjelasan yang jelas tentang bagaimana pria dan wanita yang jujur dapat mencapai sasaran tersebut.

Tuhan berurusan dengan penghapusan dosa dari alam semesta. Bukti hidup bahwa dosa itu tidak diperlukan, dan bahwa manusia dapat mengalahkan segala kecenderungan untuk berdosa, bahwa Tuhan itu adil ketika mengharapkan ketaatan sebagai ujian iman, telah didemonstrasikan di dalam kehidupan Yesus. Ini dijamin akan berganda di dalam kehidupan para pengikutNya, khususnya dalam generasi yang mendengar pengumuman bahwa “barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran” (Wahyu 22:11) sesaat sebelum penutupan pintu kasihan.

Dalam satu artikel yang pernah ditulis pada tahun 1900 semata-mata menekankan kembali sebuah prinsip yang agung yang sering diungkapkannya—bahwa bangsa Israel (dan sejak itu orang Kristen) harus membaca “tujuan Tuhan bagi jiwa manusia” dalam pembangunan Bait Suci di padang belantara atau dalam Bait Suci yang besar di Yerusalem” (Education, hlm. 36). Tujuan yang sama disampaikan oleh Paulus ketika ia menuliskan, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Korintus 3:16).

Sama seperti umat Tuhan harus bekerja sama dengan Dia dan dengan satu sama lain dalam pembangunan Bait Suci di bumi, demikianlah juga mereka harus bekerja sama dengan Dia dalam perkembangan “Bait Suci di dalam jiwa” (Ibid., hlm. 37). Sama seperti Tuhan berdiam di dalam Bait Suci di bumi, demikianlah Ia menginginkan untuk menjadikan jiwa manusia sebagai tempat yang layak untuk kediaman Roh Kudus.

Kerja sama antara Tuhan dan manusia inilah satu-satunya jalan keselamatan yang pertama-tama datang kepada manusia melalui pembenaran dan satu-satunya jalan pemeliharaannya adalah melalui pengudusan. “Tuhan bekerja di dalam dan melalui agen manusia yang bekerja sama dengan Dia dengan memilih untuk menolong dalam pendirian bangunan Tuhan. Sebuah Bait Suci yang kudus dibangun dari mereka yang menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka.”—Signs of the Times, 14 Februari 1900.

Namun apakah proses pembangunan ini adalah suatu konsentrasi orang-orang, polesan kesalehan anggota-anggota gereja sementara banyak orang mati tanpa mendapatkan peringatan? Tidak demikian! Tidak sekejap pun! Mereka yang ingin menggenapi tujuan Tuhan bagi mereka, yang berurusan dengan bagaimana cara terbaik untuk bekerja sama dengan Tuhan dalam menciptakan kembali tabiat mereka sesuai dengan Polanya, adalah orang-orang yang dengan mereka Tuhan benar-benar dapat bekerja di dalam dan melalui mereka demi penyelesaian perintah Injil. “Mereka yang menginginkan sebuah tempat di dalam gerejaNya menunjukkan keinginan ini melalui kerelaan mereka untuk menjadi begitu selaras dengan kehendakNya sehingga mereka dapat dipercayakan atas kasih karunia untuk dibagikan kepada orang-orang lain.”

Tuhan sedang ada dalam proses mempersiapkan sarana-sarana manusia yang menginginkan tabiatNya, serta kuasaNya. Ketika mereka telah mengembangkan tabiat seperti itu, Ia akan dapat mempercayakan kepada mereka sebagai pameran dari kasih karuniaNya. Hanya setelah itulah, tanpa ragu dan tanya, umatNya akan menyatakan kebenaran tentang apa yang dapat dilakukan Tuhan bagi orang-orang yang berdosa yang telah sesat.7

wp41 CopyPenyelesaian yang sukses dari perintah Injil dalam Matius 24:14 sebagian besar bergantung kepada orang-orang Kristen yang, pada hari kekuasaanNya, Tuhan tidak akan malu untuk mengakui mereka. Menjadi pria dan wanita yang dapat dipercayakan oleh Tuhan atas kuasaNya bukan saja mempersiapkan mereka agar menjadi layak untuk hidup di dalam kerajaanNya melainkan juga membuka ajang atau panggung bagi Tuhan untuk memberikan pekabaran peringatan yang terakhir kepada Planet Bumi ini. Orang-orang Kristen yang dewasa adalah seperti Kristus. Mereka adalah orang-orang yang menang yang menanggapi pekabaran Laodikea (Wahyu 3:14-21)—orang-orang di bumi yang secara konsisten tergerak, dan secara spontan tertahan, untuk mengumandangkan Injil dalam kepenuhannya kepada sesama manusia.

Pelajaranatau artikel selanjutnya akan membahas kemendesakan atau ur-gensinya pada orang-orang untuk mengerti kebenaran-kebenaran ini.

Catatan

5 “Bait Suci surgawi, tempat berdiam Raja segala raja, di mana “seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya” (Daniel 7:10), Bait Suci itu dipenuhi oleh kemuliaan dari takhta yang kekal, di mana serafim, penjaga yang bersinar itu, menutup wajah mereka dalam penyembahan—tidak ada struktur dunia yang menandingi keluasan dan kemuliaannya. Namun kebenaran-kebenaran yang penting tentang Bait Suci surga dan pekerjaan besar yang dilakukan bagi penebusan manusia haruslah diajarkan melalui Bait Suci di bumi dan upacara-upacaranya.”— Patriarchs and Prophets, hlm. 357.

6 Arthur Spalding, menuliskan: “Kita tentu saja tidak dapat menganggap bahwa Bait Suci di surga adalah seperti bangunan Bait Suci di bumi. Bait Suci di surga adalah sangat jauh lebih mulia, ilahi, mengatasi jangkauan pemikiran manusia…

“Di sini (bumi pada zaman bangsa Israel purba) adalah lambang, bayangan dari yang nyata; apa yang kita sebut kegenapannya (antitype) adalah kenyataannya. Bait Suci secara keseluruhan menyatakan hubungan antara Tuhan dengan manusia dalam pekerjaan penebusan. Upacara-upacara di dalam bilik yang pertama, yaitu Bilik Suci, adalah pengantaraan Kristus bagi umatNya dalam segala generasi; upacara Hari Pendamaian dalam bilik yang kedua, yaitu Bilik Maha Suci, adalah pekerjaan penutup dalam pelayanan Kristus dalam persiapan bagi penghapusan dosa terakhir pada peng-hakiman pelaksanaan hukuman….

“Kita berbicara tentang semua ini dalam bahasa manusia; karena hanya dengan demikianlah, melalui lambang dan perkataan, Tuhan dapat menyatakan gagasan kepada manusia tentang pekerjaan pendamaian dan penghakiman yang besar itu. Pikiran manusia tidak dapat menjangkau kenyataan-kenyataan tentang peristiwa penghakiman di surga; buku-buku Tuhan, tidak seperti buku-buku atau catatan-catatan kita, adalah tanpa salah dan lengkap; darah yang simbolis—bukan darah yang sesungguhnya melainkan kehidupan yang dilambangkan oleh darah; Bilik Suci dan Bilik Maha Suci adalah kediaman Tuhan yang agung dan roh-roh yang melayaniNya, yang terlalu suci untuk dikatakan; hari pendamaian bukanlah hari yang harafiah, namun sebuah periode yang panjangnya hanya Tuhan yang tahu. Dan demikian juga semua lambang dan upacara-upacaranya.”—Volume 1, hlm. 108-111.

Heppenstall berkomentar, “Sifat dan makna Bait Suci di surga tidak dapat ditetapkan dengan data-data ilmiah. Pengetahuan yang terinci tentang bahan dan ukuran dari Bait Suci di bumi tidak dapat menggambarkan secara memadai tentang hal-hal yang surgawi atau menghasilkan ulang pekerjaan Tuhan di takhtaNya. Kita melihat dalam Bait Suci di bumi pernyataan yang kurang lengkap dan pasti tentang Imam Besar agung kita di surga. Kristus tidak berurusan dengan lampu-lampu kilat, membalikkan roti, atau mengayunkan dupa ukupan. Kenyataan-kenyataan ini tidak berurusan dengan tempat, bahan, atau rancangan arsitektur, namun kegiatan-kegiatan ilahi yang dipusatkan pada pertentangan besar itu sendiri.”—Our High Priest, hlm. 20.

7 “Dengan menyatakan tabiat Kristus di dalam kehidupan kita sendiri, kita bekerja sama dengan Dia dalam pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa. Hanya melalui pernyataan tabiatNya di dalam kehidupan kita sajalah maka kita dapat bekerja sama dengan Dia… Ketika mereka yang mengaku melayani Tuhan mengikuti teladan Kristus, mempraktekkan prinsip-prinsip hukumNya di dalam kehidupan mereka sehari-hari; ketika setiap tindakan menjadi saksi bahwa mereka mengasihi Tuhan mengatasi apapun dan mengasihi sesama mereka seperti mengasihi diri sendiri, maka gereja akan memiliki kuasa untuk menggerakkan dunia.”—Christ’s Object Lessons, hlm. 340.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *