INTEGRITAS DALAM BISNIS KRISTEN

protect-business Copy

 

[AkhirZaman.org] Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh mengatur tindakan kita dengan standar dunia. Di segala zaman umat Tuhan berbeda dari dunia sama seperti pengakuan mereka adalah lebih tinggi daripada pengakuan orang yang tidak mengenal Tuhan. Uang bukan dosa, tetapi “cinta akan uang“ adalah akar dari segala kejahatan (1 Timotius 6: 10). Hasrat akan keuntungan adalah hawa nafsu yang sedang merajalela. Jika kekayaan tidak dapat diperoleh melalui kejujuran, manusia berusaha memperolehnya dengan cara menipu. Semuanya ini dilakukan agar orang kaya boleh mendukung keroyalan mereka, atau memanjakan hasrat mereka untuk menimbun kekayaan.

“Dunia sedang merampok Allah dengan rencana besar-besaran. Makin banyak Allah memberikan kekayaan, makin gigih manusia mengakui harta itu sebagai ‘milik mereka sendiri’ dan digunakan sesuai dengan keinginan mereka. Tetapi apakah orang-orang yang mengaku pengikut-pengikut Kristus mengikuti kebiasaan adat dunia? Apakah kita akan menyita kedamaian angan-angan hati, hubungan dengan Allah, persekutuan dengan saudara-saudara karena kita gagal memberikan bagi pekerjaan-Nya bagian yang Ia tuntut sebagai milik-Nya? Jikalau Tuhan telah memberkati kita dengan kekayaan janganlah menganggap kekayaan itu sebagai ‘milikmu sendiri.’ Anggaplah kekayaan itu hanya dipercayakan Allah kepada kita.” R&H 17 Desember 1889

Fakta bahwa di antara mereka yang mengaku saleh, dosa-dosa yang sama pun muncul, menuntut kerendahan hati jiwa yang dalam dan tindakan yang sungguh-sungguh pada bagian dari pada pengikut Kristus. Orang Kristen sejati tidak mau digerakkan oleh motif-motif dan hasrat-hasrat yang sama seperti mereka yang memiliki rumah dan harta benda yang didapat dengan cara mencuri atau menipu. Allah menghendaki agar kehidupan kita boleh mencerminkan kehidupan dari Pencipta kita Yang Agung: agar, seperti Yesus, kita boleh hidup untuk berbuat baik kepada orang –orang lain.

“Setiap perbuatan jahat yang dilakukan terhadap anak-anak Allah dilakukan juga terhadap Kristus sendiri di dalam pribadi hamba-hambaNya yang kudus.”

1.    Jujur Dalam Usaha

Kristus berusaha menanamkan kesan kepada para pendengar-Nya bahwa seseorang yang berupaya menipu sesamanya dalam hal terkecil sekalipun akan berimbas pada perkara-perkara yang besar. Ketidakjujuran yang terkecil akan menyiapkan hati untuk melakukan ketidakadilan yang lebih besar. Kristus mengajarkan bahwa integritas yang paling ketat harus mengendalikan tindakan kita terhadap sesama kita.

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Matius 7: 12

“Orang-orang yang terus berbuat hal-hal yang tidak jujur akan terus melakukan kebiasaan mereka hingga mereka menipu jiwa mereka sendiri, dan kehilangan sorga dan hidup kekal. Mereka mengorbankan kehormatan diri dan agama hanya karena keuntungan duniawi yang tidak seberapa.” R&H 18 September 1888

Orang-orang yang memperkaya diri mereka di atas kerugian orang lain akan menjadikan jiwa mereka tidak peka terhadap pengaruh Roh Allah. Pendapatan yang diperoleh dengan cara-cara yang demikian adalah suatu kutuk yang mengerikan. Adalah lebih baik miskin daripada berdusta, lebih baik lapar daripada menipu, lebih baik mati daripada berbuat dosa. Sifat royal, ketamakan, pemerasan yang dimanjakan oleh mereka yang mengaku saleh, sedang mencemari iman mereka, dan membinasakan kerohanian mereka.

Gereja berada dalam suatu tingkat tanggung jawab yang besar atas dosa-dosa anggota jemaat-Nya. Jemaat memberikan tempat kepada kejahatan jika gagal mengangkat suara-Nya terhadap hal itu. Pengaruh yang paling ditakuti bukanlah para penantang yang terbuka, bukan orang-orang kafir, dan para penghujat, melainkan para “Gurubesar Kristus yang tidak konsisten.” Inilah orang –orang yang menahan berkat Allah kepada umat-Nya.

Dunia usaha tidak terletak di luar batas-batas pemerintahan Allah. Tuntutan-tuntutan-Nya harus diketahui dan dipatuhi dalam setiap tindakan kehidupan. Mereka yang memiliki harta sejati dalam segala urusan bisnis mereka akan menunjukkan persepsi kebenaran yang jelas sama seperti ketika mempersembahkan permohonan-permohonan mereka kepada takhta kasih karunia.

2.    Jujurlah Kepada Orang Lain, dan Kepada Allah

Adalah paling baik untuk bertindak jujur kepada sesama manusia dan kepada Allah. Kita harus bergantung kepada Kristus untuk segala kesenangan yang kita nikmati, untuk masa depan, dan kehidupan yang baka, dan kita tidak dapat memperolehnya tanpa menghargai pahalanya. Mereka yang menyadari kebergantungan kepada Allah akan  merasa bahwa mereka harus jujur kepada orang lain dan di atas semuanya mereka harus jujur kepada Allah. Pengelakan terhadap perintah Allah yang positif mengenai perpuluhan dan persembahan dicatat dalam buku sorga sebagai perampokan terhadap Dia.

“Haruslah ada padamu batu timbangan yang utuh dan tepat; haruslah ada padamu efa yang utuh dan tepat—supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan oleh Tuhan, Allahmu.”
Ulangan 25: 15

Tuhan telah membeli kita dengan darah-Nya yang mahal, dan itu adalah karena rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga kita boleh berharap akan karunia keselamatan yang ajaib. Kita dipanggil untuk bertindak jujur, suka akan belas kasihan, dan berjalan rendah hati bersama Allah kita. Kita ‘menipu Allah’ jika kita berlaku tidak jujur kepada sesama kita dan kepada Allah kita, dan berarti kita menghina otoritas Allah, dan melalaikan fakta bahwa Kristus telah membeli kita dengan nyawa-Nya sendiri.

Dunia sedang merampok Allah dalam segala bidang usaha. Semakin Dia memberikan kekayaan, semakin merjalela manusia mengklaimnya sebagai milik mereka sendiri untuk dipergunakan sesuai dengan kehendak mereka sendiri.

Tetapi biarlah mereka yang mengklaim sebagai orang-orang Kristen mengingat dalam pikiran mereka bahwa mereka sedang berbisnis dengan modal yang dipercayakan kepada mereka dari Allah, dan bahwa mereka dituntut setia mengikuti arahan dan petunjuk dari Alkitab.

“Jika hatimu jujur kepada Allah, engkau tidak akan menggelapkan apa yang menjadi milik Tuhan dan tidak akan menginvestasikannya dalam kegaitan-kegiatan usahamu sendiri yang mementingkan diri.”

3.    Jangan Pernah Mengambil Keuntungan Dari ‘Kemalangan’ Orang Lain.

Allah tidak menyetujui kebijakan yang akan memperkaya satu golongan melalui penindasan dan kesengsaraan orang lain. Mereka yang mau mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain guna memperkaya diri mereka, atau yang berusaha menguntungkan diri mereka melalui kelemahan atau ketidakmampuan orang lain, adalah para pelanggar baik terhadap prinsip maupun terhadap perintah dari Firman Allah.

“Janganlah engkau memperkosa hak orang asing dan anak yatim; juga janganlah engkau mengambil pakaian seorang janda menjadi gadai.” (Ulangan 24: 17). “Apabila kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli daripadanya, janganlah kamu merugikan satu sama lain”

“Celakalah dia yang membangun istananya berdasarkan ketidakadilan dan anjungnya berdasarkan kelaliman, yang mempekerjakan sesamanya dengan cuma-cuma dan tidak memberikan upahnya kepadanya.”
Yeremia 22:13

4.    Jangan ‘Membungakan’ Uang

“Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya ia dapat hidup di antaramu. Janganlah engkau mengambil “bunga uang atau riba” dari padanya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup di antaramu. Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kauberikan dengan meminta riba. Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, untuk memberikan kepadamu tanah Kanaan, supaya Aku menjadi Allahmu.” Imamat 25:35-38

Keselamatan yang Yesus berikan adalah cuma-cuma. Prinsip kasih inilah yang menjadi dasar dari kehidupan-Nya. Belaskasihan, kebaikan, rahmat dan anugrahnya telah mengalahkan rasa cinta diri. “Berkorban bagi yang tidak layak adalah inti dari kasih,” maka prinsip ini biarlah tercermin dalam diri umat-umat-Nya. Daud berkata bahwa yang boleh tinggal dalam kemah dan gunungNya yang kudus adalah orang:

“yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya.” Mazmur 15: 5

5.    Membangun Tabiat di Atas Yesus , Batu Karang

Suatu tabiat yang lebih berkenan kepada Allah harus lebih digemari daripada kekayaan. Kita diperintahkan untuk lebih mengasihi Allah, dan mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri; tetapi pengalaman hidup sehari-hari menunjukkan bahwa hukum tersebut tidak diindahkan. Banyak yang berdalih bahwa kecuali mereka lihai, dan berusaha menguntungkan diri mereka, mereka akan mengalami kerugian. Allah memberi pahala tidaklah dengan keberhasilan dunia semata.

Kejujuran dalam perjanjian dan integritas moral akan diperkenankan Allah, dan menjadikan pria dan wanita menjadi berkat bagi diri mereka sendiri dan bagi masyarakat. Tetapi mustahil untuk menjaga suatu hati nurani yang bersih dan setuju dengan kehendak sorga tanpa pertolongan Ilahi serta suatu prinsip yang menyukai kejujuran demi kebenaran.

6.    Muliakanlah Allah Dalam Kesederhanaan

Uang yang digunakan untuk mengagung-agungkan diri, berinvestasi dalam bentuk bangunan yang megah dan barang mewah, telah membangkitkan kecemburuan orang lain. Tuhan tidak mengijinkan kita melewati batas. Tidak banyak yang memahami sebab-sebab keadaan masyarakat saat ini. Keadaan semacam inilah yang membuat tidak sanggup mengatasi masalah korupsi moral, kemiskinan, dan kejahatan yang meningkat. Jika kita mau lebih memperhatikan Firman Allah, mereka akan menemukan suatu solusi atas masalah-masalah yang membingungkan ini.

business-man-and-woman Copy

“Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri ;dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Filipi 2: 3-7).

Alkitab tidak mempersalahkan orang kaya karena ia kaya! Alkitab tidak mengatakan bahwa mencari kekayaan adalah dosa, atau mengatakan bahwa uang adalah akar segala kejahatan. Sebaliknya Alkitab mengatakan bahwa Allah yang memberikan kuasa untuk mendapatkan kekayaan. Dan kesanggupan ini adalah suatu talenta yang indah jika “diabdikan” kepada Allah dan digunakan untuk memajukan pekerjaan-Nya.Alkitab mengajarkan bahwa kekayaan itu berbahaya jika ditempatkan bersaing dengan “harta baka”. Bila keduniawian dan faktor badani menghisap pikiran, kasih, dan pengapdian yang dituntut Allah kekayaan itu menjadi satu jerat.

Alkitab mencatat seorang yang kaya raya yang bergerak dalam bidang bisnis pajak. Dia adalah Zakheus si pemungut cukai. Bisnisnya telah membuat dia menjadi sangat kaya, tetapi disisi lain dia menderita tekanan dari bangsanya sendiri, karna ia memungut pajak dari mereka untuk Bangsa Roma. Ia menyadari bahwa kekayaan yang dia dapatkan tidak membuat dia bahagia. Banyak orang yahudi yang mencibirnya, tetapi dia tidak dapat menghindar dari kenyataan yang ia hadapi, sampai suatu peristiwa terjadi mampu mengubah hidupnya ketika Juruselamat mengunjungi kota Yeriko.

Bukan suatu kebetulan Yesus datang ke kota Yeriko, selain Ia menyembuhkan banyak orang, Ia juga rindu untuk melepaskan orang berdosa dari berbagai penderitaan, tekanan hidup dan keputusasaan, salah satunya adalah Zakheus. Ketika Yesus singgah di rumahnya dan mereka makan bersama-sama dengan Dia, maka keselamatan terjadi bagi Zakheus dan keluarganya.

Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” Lukas 19:9-10

Bagi Zakheus, Yesus lebih berharga dari pada kekayaan yang dia miliki. Kasih, belaskasihan dan pengampunan yang Yesus berikan baginya tidak tergantikan oleh harta apapun yang ada didunia ini. Dia tahu telah melakukan banyak kesalahan selama ia menjalankan bisnisnya, tetapi ia dengan rendah hati mencari dan mengijikan Yesus untuk hadir dalam kehidupannya, ia sendiri pun “diubahkan.” Sebagai gantinya, dia berjanji seperti yang tertulis :

Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Lukas 19:8

Pertobatan Zakheus adalah menjadi kehendak sang Juruselamat, dimana setiap harta yang dipercayakan kepada umat-Nya dapat digunakan sebagai saluran berkat bagi banyak orang dan memajukan pekerjaan-Nya. Hal yang sama dapat tejadi pula dalam kehidupan kita sebagai pengikut-pengikut-Nya.

“Allah adalah sumber kekayaan, segala sesuatu yang berharga adalah milik-Nya, tetapi seringkali kita menganggap-Nya miskin seolah-olah Allah membutuhkan harta kita untuk membantu pekerjaan-Nya. Bukan uang anda yang Ia inginkan, melainkan ‘diri andalah’ yang Ia rindu selamatkan. Biarlah kita didapati sebagi hamba-hamba yang setia, teguh berdiri memegang prinsip-prinsip yang benar untuk mengelola Harta milik-Nya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *