Mengembangkan Sifat‑sifat Kristen

akhir zaman

[AkhirZaman.org] Didik dalam Kesederhanaan yang Alamiah. Anak‑anak kecil harus dididik dalam kesederhanaan sebagai seorang anak kecil. Mereka harus dilatih untuk merasa puas dengan tugas‑tugas yang kecil dan bersifat menolong, dan kesukaan‑kesukaan serta pengalaman‑pengalaman yang biasa dalam usia mereka. Masa kanak‑kanak menjadi jawab atas tangkai yang disebutkan dalam perumpamaan, dan tangkai itu mempunyai keindahannya yang tersendiri. Anak‑anak tidak boleh dipaksa untuk menjadi matang terlalu cepat, melainkan sedapat‑dapatnya harus dibiarkan dalam kesegaran dan keindahan masa kecil mereka. Lebih pendiam dan lebih sederhana kehidupan seorang anak—lebih bebas daripada keributan dan lebih serasi dengan alam—maka keadaannya akan lebih baik bagi kesegaran jasmani dan mental serta bagi kekuatan rohaninya.1

Orang tua harus dengan teladan hidup mereka memberikan dorongan untuk terbentuk kebiasaan sederhana, dan menarik anak‑anak mereka dari kehidupan yang dibuat‑buat kepada suatu kehidupan yang alamiah.2

Anak‑anak yang Tidak Terpengaruh adalah Anak‑anak yang Paling Menarik. Anak‑anak yang paling menarik adalah anak‑anak yang sederhana dan tidak terpengaruh. Tidaklah bijaksana memberikan kepada anak‑anak perhatian yang khusus…. Kesia‑siaan tidak boleh dimanjakan dengan memuji‑muji penampilan mereka, kata‑kata mereka ataupun perbuatan mereka. Jangan berikan pakaian yang mewah dan bersifat mempertontonkan kepada anak‑anak. Hal ini akan membangkitkan kesombongan di dalam diri mereka dan menimbulkan iri hati di dalam hati sahabat‑sahabatnya. Ajarkan kepada anak‑anak bahwa perhiasan yang sejati bukanlah yang di luar. “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang­-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah‑indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lernbut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” I Petrus 3:3, 4.3

 

Rahasia Daya Tarik yang Sejati. Anak‑anak perempuan harus diajar bahwa daya tarik kewanitaan yang sejati bukanlah hanya terdapat di dalam keindahan bentuk tubuh atau paras muka, bukan karena memiliki sesuatu keahlian; melainkan dalam roh yang tenang dan lemah lembut, dalam kesabaran, kedermawanan, manis budi, dan suatu kerelaan untuk berbuat dan menderita bagi orang lain. Mereka harus diajar bekerja, belajar dengan, suatu tujuan, hidup dengan suatu cita‑cita, untuk berharap di dalam Tuhan dan takut akan Dia, dan untuk menghormati orang tua mereka. Kemudian apabila mereka menjadi lebih dewasa, mereka akan bertumbuh dengan pikiran yang lebih suci, bersandar kepada diri sendiri, dan dikasihi. Mustahillah merendahkan martabat wanita seperti itu. Ia akan terlepas dari penggodaan dan ujian yang telah mengakibatkan kehancuran banyak orang.

Benih Kesia‑siaan. Di dalam banyak keluarga benih‑benih kesia‑siaan dan sifat mementingkan diri ditaburkan di dalam hati anak‑anak hampir‑hampir selama masa bayi mereka. Kata‑kata dan perbuatan mereka yang pintar dikomentari dan dipuji‑puji di hadapan mereka, dan diulangi dengan dibesar‑besarkan kepada orang lain. Dan anak‑anak kecil itu memperhatikan hal ini dan mereka dipenuhi dengan perasaan bahwa dirinya penting mereka menjadi berani memotong pembicaraan itu dan menjadi congkak dan tidak hormat. Pujian yang berlebih‑lebihan dan pemanjaan akan menambah kesia‑siaan dan kekerasan hati mereka, sehingga tidak jarang anak‑anak kecil itu memerintah seluruh keluarga, termasuk ibu dan bapa.

Kecenderungan yang dibentuk oleh pendidikan seperti ini tidak bisa dihilangkan apabila anak itu menjadi dewasa dalam pertimbangannya itu akan bertambah‑tambah dengan bertumbuhnya anak itu, dan apa yang mungkin kelihatannya cerdik di dalam diri seorang bayi, akan menjadi sesuatu yang menjijikkan dan jahat di dalam diri seorang pria atau wanita. Mereka berusaha menguasai semua teman‑temannya, dan jikalau ada orang yang menolak keinginan mereka, mereka akan merasa diri dihina dan hati mereka didukakan. Hal ini disebabkan oleh karena mereka telah dimanjakan sehingga merusak diri mereka sewaktu masih muda, gantinya telah diajar untuk menyangkal diri yang diperlukan untuk menanggung segala kesukaran dalam hidup.5

Jangan Bangkitkan Perasaan Ingin Dipuji. Anak‑anak memerlukan penghargaan, simpati dan dorongan; tetapi kita harus berhati‑hati jangan sampai membangkitkan di dalam diri mereka perasaan ingin untuk dipuji….Guru atau orang tua yang selalu mengingat akan tujuan yang sebenarnya dari tabiat dan kemungkinan‑kemungkinan untuk memperoleh sukses tidak akan memanjakan atau mendorong sifat merasa diri cukup. Ia tidak akan membangkitkan di dalam diri anak muda itu keinginan atau usaha untuk mempertontonkan kesanggupan atau keahlian mereka. Ia yang memandang lebih tinggi daripada dirinya sendiri akan menjadi orang yang rendah hati, namun demikian ia akan memiliki suatu martabat yang tidak akan dipermalukan atau dihinakan oleh pertunjukan secara luar ataupun kebesaran manusia.6

Berikan Dorongan Supaya Menjadi Sederhana dalam Makanan dan  Pakaian. Orang tua mempunyai satu tugas yang suci untuk dilaksanakan dalam mendidik anak‑anak mereka untuk menolong memikul beban rumah tangga, supaya puas dengan makanan yang biasa dan sederhana, dan pakaian yang rapih dan tidak mahal.7

O, kiranya para bapa dan ibu mau menyadari tanggung jawab mereka di hadapan Allah! Betapa suatu perubahan akan terjadi di dalam masyarakat! Anak‑anak tidak akan dimanjakan dengan cara dipuji‑puji, ataupun dijadikan sia‑sia dengan cara dimanjakan dalam berpakaian.8

Ajarkan Kesederhanaan dan Berharap. Kita harus mengajar pada anak‑anak kita pelajaran‑pelajaran tentang kesederhanaan dan berharap. Kita harus mengajar mereka untuk mengasihi dan takut dan menurut kepada Khalik mereka. Di dalam segala rencana dan tujuan hidup kemuliaan‑Nya harus diutamakan; kasih‑Nya harus menjadi sumber segala perbuatan.9

Kristus adalah Teladan Kita. Yesus, Penebus kita, hidup di dunia dengan martabat seorang raja; namun demikian Ia adalah seorang yang lemah lembut dan rendah hati. Ia adalah sebuah terang dan berkat di dalam setiap rumah tangga oleh karena Ia membawa kesukaan, harapan semangat bersama dengan diri‑Nya. Oh, kiranya kita bisa dipuaskan dengan lebih sedikit keinginan‑keinginan hati, lebih sedikit usaha untuk memperoleh benda‑benda yang sukar didapat dengan mana kita mau memperindah rumah kita, sementara perkara yang bagi Allah lebih bemilai pada permata, yaitu roh lemah lembut dan pendiam, tidak diperkembangkan. Sifat‑sifat kesederhanaan, kelemah-lembutan dan kasih yang benar akan menjadikan sebuah rumah tangga yang paling sederhanapun sebagai sebuah firdaus. Lebih baik menanggung segala kekurangan‑kekurangan dengan disertai hati yang senang daripada berpisah dengan damai dan kepuasan.10

Oleh Ellen White

1. Education, hal. 107.

2. Signs of theTimes, 2 Okt. 18944

3. Counsels to Parents, Teachers and Student, hal‑ 141­

4. Health Reformer, Desernber 1877. hal 200 201.

6 Education, hal. 237;

7. Counsels to Parents, Teachers and Students hal. 158.

8. Review and Herald, 13 April 1897.

9. Review and Herald, 13 Juni 1882.

10. Testimonies for the Church, Jilid 4, hal 622.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *