KONSEP UNISEKS: SEBUAH JALAN UNTUK MENERIMA HOMOSEKSUAL

akhir zaman

[AkhirZaman.org] Setiap pembahasan tentang pakaian saat ini tidak akan lengkap tanpa isu uniseks. Salah satu fenomena di zaman kita adalah pertumbuhan yang menjamur dari butik dan salon rambut yang semua tampak sama. Toko-toko dan tanda-tanda uniseks muncul di seluruh bagian negeri yang menawarkan pakaian dan tatanan rambut yang hampir sama baik untuk pria maupun wanita. Apakah arti penting dari perkembangan ini? Apakah hal ini wajar ataukah ada sebuah bahaya kerohanian yang melekat di dalam kecenderungan yang semakin meningkat ini?

Pertama, jangan menutup mata terhadap catatan pertumbuhan tajam homoseksualitas dalam beberapa tahun belakangan ini. Amerika telah dibanjiri oleh berita koran dan kisah dalam majalah tentang gerakan gay, dan bagaimana ini dengan bangga keluar dari persembunyiannya untuk menuntut hak-haknya. Parade dan demonstrasi gay menarik perhatian banyak orang dan publikasi yang meluas. Forum-forum televisi secara terbuka telah membahas masalah ini di hadapan jutaan pemirsa, dengan baik lesbian maupun gay ikut mengambil bagian.

Psikiatri telah memberikan pengakuan formal kepada praktek ini sebagai perilaku seks yang NORMAL. ORGANISASI-ORGANISASI GEREJA PROTESTAN YANG BESAR tidak hanya membuka pintu bagi keanggotaan, melainkan juga mengurapi orang yang mengakui sebagai homoseksual untuk menjadi pelayan jemaat. Gereja-gereja telah didirikan secara eksklusif bagi perbaktian kaum homoseksual, dan sebagian perkawinan telah dilakukan dan dicatat secara terbuka antara dua orang berjenis kelamin sama dan sampai sejauh ini, sudah ada enam negara bagian di Amerika Serikat yang melegalkan pernikahan homoseksual, termasuk diantaranya New York.

Banyak yang telah ditulis tentang penyebab-penyebab peningkatan yang spektakuler dari kecenderungan yang sudah sangat tua ini. Sangat sedikit tampaknya yang memahami secara pasti mengapa terjadi kemunculan yang tiba-tiba, namun saya percaya kita dapat menemukan alasan-alasan dengan meneliti beberapa perkembangan sosial yang sejajar yang telah memberikan dorongan nyata kepada gerakan gay. Selalu ada penyebab dari suatu akibat, dan selama berabad-abad keadaan yang sama telah menghasilkan akibat yang sama.

Semua pelajar Alkitab mengenal kutukan keras terhadap sodo-mi yang tercatat baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Tuhan menyebut ini sebagai salah satu kekejian yang terburuk, dosa yang amat merusak dan membinasakan. Dunia kafir kuno berteka-teki dengan perbuatan buruk. Nama ini diambil dari kota Sodom yang menjadi pelabuhan bagi homoseksual militan. Paulus berbicara dalam Roma 1:26 dan 27 tentang “hawa nafsu yang memalukan”, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.” Pikiran-pikiran keji yang “melakukan hal-hal demikian, PATUT DIHUKUM MATI, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.” Kata Paulus dalam ayat 32.

Tanah Kanaan,yang harus dikuasai oleh bangsa Israel, dipenuhi dengan kejahatan sodomi atau homoseksualitas. Ini adalah salah satu alasan Tuhan memberikan petunjuk-petunjuk tersurat kepada mereka untuk tidak kawin campur atau berbaur dengan penduduk negeri itu. Mereka harus menghindarkan setiap kontak yang memberi pengaruh kepada bangsa Israel untuk bergabung dalam praktek-praktek bejat mereka. Selanjutnya, mereka diberikan perintah-perintah khusus terhadap gaya berpakaian yang dapat menciptakan iklim melakukan dosa ini. “Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah KEKEJIAN BAGI TUHAN, ALLAHMU.” Ulangan 22:5.

Karena sodomi meliputi perubahan peran seks yang biasanya diikuti dengan suatu pola tindakan dan gaya berpakaian seperti lawan jenis, Tuhan memperingatkan umatNya agar tidak membuka pintu bagi pencobaan dalam masalah ini. Mereka harus menjaga garis batas yang jelas antara pakaian pria dan wanita. Perjanjian Baru menegaskan prinsip pemisahan dalam hal berpenampilan. Paulus menulis, “Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu,bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang, tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung.” 1 Korintus 11:14, 15.

Sekarang kita siap untuk melakukan pengamatan terhadap pemandangan sosial modern yang dapat menjelaskan mengapa kita melihat peningkatan yang mengejutkan tentang homoseksualitas. Jikalau Tuhan melihat bahwa identitas seksual yang kabur dapat menyebabkan masalah, maka kita harus mengakui sedang memiliki sebuah masalah besar. Kita sedang melihat tiga faktor yang sedang bekerja saat ini yang belum pernah bekerja sebelumnya dalam sejarah manusia pada saat yang sama. Secara terpisah, tidak satupun dari faktor ini akan begitu berkesan. Namun ketika kita melihat akibat gabungan dari pengaruhnya, ini menjadi menakutkan bahkan untuk dipikirkan saja. Ketiga keadaan masa kini tersebut adalah:

1. Gerakan Kebebasan Perempuan, yang tujuan utamanya adalah pergantian peran antara pria dan wanita dalam banyak kehidupan sosial, ekonomi dan keagamaan.

2. Revolusi gaya busana celana panjang maupun mini, yang telah menyebabkan mayoritas perempuan menolak gaya berpakaian feminin yang tradi-sional.

3. Kecenderungan yang semakin berkembang pada pria untuk berpakaian berjumbai-jumbai, dengan gaya rambut feminin, dan demaskulinisasi yang mengikutinya.

Kombinasi dari keadaan-keadaan yang saling berhubungan ini telah menjembatani ribuan homoseksual di perbatasan melintasi batas menuju perbuatan yang tidak wajar. Banyak di antara mereka hanya memerlukan sedikit kebingungan psikotis agar ketiga gerakan populer ini menusuk mereka.

Dr. Charles Winck, profesor Sosiologi di Universitas Kota New York, adalah salah satu tokoh utama yang merasakan bahwa mode masa kini dalam berpakaian yang saling bertukar membawa kita kepada bahaya besar. Dalam bukunya yang provokatif, The New People, ia menggabungkan berbagai cara bahwa konsep uniseks yang diterapkan dalam berbagai bidang menyebabkan deseksualisasi pada orang Amerika. Ia percaya bahwa bahkan kelompok di atas usia 30-an dapat dipengaruhi secara kritis oleh perubahan-perubahan radikal di sekeliling mereka, meskipun mereka tidak sepenuhnya menyadari bagaimana itu terjadi.

Dr. Winick menunjukkan bahwa bahkan pria pebisnis yang tenang sekalipun masuk ke dalam kemeja dan celana panjang berpola dan bercorak pastel. Toko pakaian pria melakukan bisnis cepat dalam perhiasan, alat-alat dandan beraroma, tata tambut, perawatan kuku, krim wajah,dan pengharum badan. Jaring rambut dan gelombang permanen secara diam-diam diberi nama seperti “pelatih” dan “perawatan rambut.”

Dalam bukunya Dr. Winick mendaftar beberapa ratus halaman barang-barang di dalam kebudayaan kita yang telah menjadi netral, lunak dan sebagai akibatnya membosankan. Sebagai contoh: Orang-tua memberikan semakin banyak nama yang dapat saling bertukar kepada anak-anaknya seperti Kim, Chris, Leslie, Gene, Lee dan Dana. Ia percaya bahwa kekaburan dalam perbedaan antara laki-laki dan perempuan sedang menggiring masyarakat kita kepada kesulitan besar, karena orang tidak dapat mengatasi situasi-situasi kehidupan yang kritis hingga mereka menjadi pasti tentang identitas seksual mereka. Pakaian uniseks adalah membingungkan mereka dan menciptakan krisis emosional yang serius bagi banyak orang. Ahli sosiologi Winick tidak mempermasalahkan bagaimana definisi maskulinitas dan femininitas sepanjang definisi itu jelas. “Setiap kombinasi dalam hubungan peran lelaki dan perempuan dapat menjadi sehat dan efektif kecuali jikalau peran-peran tersebut dikaburkan.” Tulisnya didalam Medical Opinion and Review, sebuah majalah kedokteran.

Dengan baik para penulis Alkitab maupun ahli sosial memusatkan kepada pakaian dan penampilan uniseks sebagai suatu faktor penting dalam menciptakan kebingungan seksual, bagaimanakah seharusnya sikap pribadi kita terhadap mode yang semakin menyebar ini? Sebagai orang kristen sejati, kita tidak dibiarkan tanpa tuntunan dalam masalah ini.

E.G. White memberikan penjelasan tentang kedudukan Alkitab dalam perkataan berikut ini:

“Saya ditunjukkan kepada Ulangan 22:5: “Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.” ADA KECENDERUNGAN YANG SEMAKIN MENINGKAT DALAM PENAMPILAN DAN PAKAIAN WANITA MENJADI SEMAKIN SERUPA DENGAN JENIS LAINNYA, DAN MENATA PAKAIAN MEREKA SANGAT SERUPA DENGAN PAKAIAN PRIA, NAMUN TUHAN MENYATAKAN ITU SEBAGAI KEKEJIAN.” Testimonies for the Church, Vol. 1, hlm. 457.

Perhatikanlah bahwa ia menyebut KEKEJIAN BAGI WANITA mengenakan pakaian mereka serupa dengan pakaian pria. Maka masalahnya bagi kita adalah bukan lagi apakah pakaian itu sesungguhnya pakaian lawan jenis. Pakaian itu barangkali dibuat hanya untuk satu jenis saja, namun dirancang seperti lawan jenis. Maka pengaruhnya dapat dimengerti adalah mendorong biseksual atau homoseksual melintasi batas ke dalam satu tenda yang pasti.

Sekarang pertanyaannya muncul: Di manakah harus ditarik garis pembatas antara gaya berpakaian atau berpenampilan pria dan wanita? Tampaknya tidak akan ada perbedaan pendapat tentang mengenakan pakaian yang sesungguhnya bagi jenis kelamin lain. Ini jelas dilarang. Namun tampaknya ada banyak perbedaan pendapat tentang tingkat keserupaan yang ada tanpa menjadi kekejian.

Banyak orang yakin bahwa setelan celana panjang adalah diciptakan sesuai dengan celana panjang pria. Namun jikalau tidak, berapa banyak perubahan kecil yang harus dilakukan untuk menjadikan kategori ini dirancang demikian? Tentang ini Ellen White mengatakan ini adalah kekejian. Sementara setelan celana panjang semakin lebar dan gaya jas berubah menjadi semakin maskulin, apakah masih memungkinkan untuk melacak titik perubahan dari gaya menuju kekejian?

Setiap bulan ketika setelan celana panjang semakin disesuaikan ke arah uniseks, wanita-wanita Kristen tetap terus membelinya dari gaya-gaya yang ada. Pada akhirnya, satu perubahan kecil dapat menempatkan mereka dalam kategori “dirancang sangat serupa seperti pakaian pria.” Selaras dengan strategi akhir zamannya yang perlahan-lahan, Setan dapat menggiring gereja Tuhan ke dalam tenda uniseks sama seperti ia telah menggiring begitu banyak orang dalam dunia ini sebagaimana juga mengenai masalah rok mini. Dan ini akan dilakukan dengan cara sedemikian sehingga hanya sedikit yang akan mengetahui ke mana langkah-langkah kecil ini menuju. Memang benar bahwa beberapa pakaian atas untuk setelan celana panjang sangat feminin dalam gaya dan potongannya, sementara yang lain amat maskulin. Banyak wanita Kristen yang baik membela pemakaian jenis yang feminin, dan yang lain yang sama salehnya tidak melihat bahaya mengenakan yang lebih maskulin. Bukanlah tujuan dalam pelajaran ini untuk menentukan garis pembatas antara kedua gaya tersebut yang memisahkan antara yang benar dan salah.

Sepanjang yang saya ketahui, sekarang ini tidak seorangpun dengan jelas dapat memastikan di mana garis pembatasnya dapat ditarik. Setiap wanita Kristen harus mempertimbangkan bahaya-bahaya yang terlibat dalam mengambil langkah pertama yang akan mendorong trend uniseks. Langkah-langkah kecil itu yang digunakan oleh Setan untuk menggiring ke arah perangkapnya seringkali kelihatan sedemikian tidak berbahayanya sehingga dapat dibela dengan semangat yang benar.

Memang sulit untuk mendebat pendapat bahwa setelan celana panjang adalah lebih sopan dibandingkan dengan banyak gaya gaun masa kini sebagaimana gerakan “feminimisme” (akan dibahas lebih jauh berikut). Namun dengan mempertimbangkan pengetahuan kita tentang “modus operandi” Setan, kita harus bertanya, Kemanakah setiap mode akan menggiring kita? Akankah itu menjadi selangkah lebih dekat dengan kekejian yang memalukan yang telah diamarkan Tuhan? Adakah kita akan menolong jutaan orang yang masih berdiri pada kegelisahan tapal batas dosa sodom dan gomora yang akan berulang dan mencapai puncaknya di akhir zaman ataukah sebaliknya menjadi jalan bagi merasuknya homoseksualitas.

Disadur dari buku: Creeping Compromise (Kompromi Perlahan-lahan), New York: Homeward Publishing, “Uniseks”, 2002.

By Joe Crews

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *