Paskah: Beritakan Hingga Ia Datang.

bp27[AkhirZaman.Org] Hari Minggu besok, 8 April 2012, dunia Kristen akan merayakan hari raya Paskah secara besar-besaran.  Di Amerika Serikat Semua toko serba ada akan tutup, hanya beberapa toko yang menjual makanan saja yang akan tetap buka.  Mengapa?  Karena Hari raya Paskah, begitu sebutannya dalam Bahasa Indonesia, sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut Easter, bagi kebanyakan orang Kristen merupakan hari raya yang lebih besar dari Natal (Christmas).

APAKAH YANG SEHARUSNYA DIPERINGATI PADA PERAYAAN INI?

Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus yang membawah kemenangan. 

APA YANG DIBUAT DI BANYAK GEREJA KRISTEN PADA HARI RAYA BESAR INI?

Selain mengadakan kebaktian, mereka juga mengadakan drama anak-anak, dan beberapa kegiatan lainnya, lalu dilanjutkan dengan kegiatan mencari telur-telur yang diwarnai, yang pada malam menjelang hari Easter itu, para orang tua menaruh keranjang berisikan telur-telur yang diwarna-warnai, yang menurut ceritera yang berkembang dan banyak dipercayai oleh anak-anak bahwa keranjang itu dibawa oleh kelinci easter lalu disembunyikan di tempat-tempat tertentu, dan anak-anak harus mencarinya. 

MENGAPA KELINCI DAN TELUR? 

Keduanya melambangkan kesuburan. 

Kegiatan-kegiatan ini tidak tertulis di Alkitab, jika demikian dari manakah bentuk  acara-acara ini diadopsi?  Jawabnya adalah dari tradisi-tradisi kekafiran yang masuk ke dalam gereja.

BAGAIMANA KISAH PASKAH ALKITAB YANG BENAR?

Alkitab mencatat bahwa Paskah atau Passover mulai dirayakan di tanah perhambaan Mesir oleh bangsa Israel.  Ketika Firaun tidak mau mengijinkan bangsa Israel keluar dari Mesir, Allah menurunkan 10 bela atau tulah atau kutuk ke atas mereka.  Bela yang terakhir, bela yang kesepuluh adalah kematian semua anak sulung Mesir, dari anak manusia sampai anak binatang (Keluaran 12:12).  Allah melalui hambaNya, Musa, memerintahkan bangsa Israel untuk merayakan Paskah dengan cara menyembelih seekor anak domba, jantan, tidak bercela dan satu tahun usianya (ayat 3-6), darah anak domba itu harus dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas (ayat 7), dagingnya harus dipanggang dan dimakan bersama roti yang tidak beragi beserta sayur pahit (ayat 8).  Tambahan instruksi diberikan bahwa satu tulangpun dari anak domba itu tidak boleh dipatahkan (ayat 46).

BAGAIMANA CARA MEREKA MEMAKAN DAGING ANAK DOMBA PASKAH ITU?

Mereka memakannya sambil pinggang mereka sudah berikat, kasut sudah dikenakan pada kaki mereka dan tongkat sudah di tangan; Mereka harus buru-buru memakannya; karena itulah Paskah bagi TUHAN (ayat 11).   Begitu Firaun dan seluruh bangsa Mesir menangis dan meraung akibat kematian anak sulung mereka, Firaunpun memerintahkan agar bangsa Israel segera keluar tinggalkan Mesir, maka bangsa Israel yang sudah bersiap itu keluarlah  dari tanah perhambaan mereka.

Tuhan memerintahkan agar Paskah ini dirayakan setiap tahun sebagai peringatan akan peristiwa kelepasan yang besar ini.  Dan ini menjadi satu hari raya yang harus dikenang terus oleh bangsa Israel.  Keluarnya bangsa Israel dari Mesir menandai dimulainya sejarah perhitungan penanggalan bangsa Israel sebagai satu bangsa yang merdeka.

Setelah bangsa Israel terlepas dari perbudakan Mesir ini, Tuhan memerintahkan agar bangsa ini  merayakan 7 hari raya tahunan atau 7 Sabat Tahunan.  7 Sabat Tahunan ini adalah upacara tambahan selain perayaaan Sabat hari ketujuh, yang harus dirayakan setiap minggu/pekan.  Setiap tahun bangsa Israel harus tiga kali datang ke tempat yang ditentukan oleh Allah untuk merayakan 7 hari raya Sabat tahunan itu (Imamat 23:1-4; Ulangan 16:16). 

HARI-HARI RAYA APA SAJA YANG HARUS DIRAYAKAN ITU?

  1. Hari Raya Paskah – hari ke-14 bulan pertama (Abib/Nisan) – Imamat 23:5
  2. Hari Raya Roti Tidak Beragi – hari ke-15 s/d hari ke-21 (7 hari) dari bulan pertama (Abib/Nisan) – Imamat 23:6-8
  3. Hari Raya Hulu Hasil – hari ke-16 bulan Abib/Nisan (hari sesudah Sabat) – Imamat 23:11

Di bulan pertama ini bangsa Israel merayakan 3 hari raya Tahunan berturut-turut.  Kemudian,

  1. Hari Raya 7 Minggu (Pentakosta) – 7 miggu sesudah Sabat itu, yaitu dihitung hari ke-50 sesudah hari ke-16 bulan Abib/Nisan- ini jatuh di bulan ketiga, yang disebut bulan Sivan – Imamat 23:15, 16

Di bulan ketiga ini bangsa Israel merayakan satu hari raya yang disebut Hari Raya Tujuh Minggu atau Hari Raya Pentakosta.

Lalu di bulan ketujuh, bangsa Israel merayakan 3 hari raya berturut-turut, yaitu:

  1. Hari Raya Meniup Serunai – hari pertama bulan ke-7 (Tishri) – Imamat 23:24, 25
  2. Hari Pendamaian – hari ke-10 bulan ke-7 (Tishri) – Imamat 23:27-33
  3. Hari Raya Pondok Daun – hari ke-15 s/d hari ke-21 – Imamat 23:34-36

Ketujuh hari raya ini disebut Sabat Tahunan  atau hari perhentian tahunan yang harus dirayakan oleh Bangsa Israel.

LAMBANG DARI APAKAH 7 HARI RAYA ITU?

Itu adalah lambang dari Yesus Kristus dan seluruh pekerjaan pelayananNya.

Setiap kali bangsa Israel merayakan ketujuh hari raya ini (ini sebelum Yesus datang menjelma menjadi manusia),  pikiran mereka ditujukan ke masa yang akan datang, yaitu ke saat dimana BAYANGAN itu akan menjadi WUJUD dalam Diri Yesus Kristus.  Yesus Kristuslah Juru Selamat yang dilambangkan dengan Anak Domba Paskah yang tersembelih itu.

Pada waktu setiap keluarga bangsa Israel menyembelih seekor anak domba yang tak bercela, dan ketika anak-anak bertanya kepada orang tua mereka, mengapa anak domba yang tak bercela dan tak bersalah ini harus mati?  Para orang tua Israel harus mengajarkan kepada anak-anak mereka turun temurun, kalau bukan anak domba yang mati, maka mereka yang harus mati.  Kematian anak domba ini menggantikan kematian manusia yang berdosa.

Pada malam sebelum Yesus ditangkap lalu disalibkan keesokan harinya, Yesus melembagakan satu upacara yang harus dilakukan oleh semua orang yang percaya akan Dia.  Upacara itu disebut Upacara Perjamuan Kudus, dengan cara memakan roti tak beragi melambangkan tubuh Kristus yang dipecah- pecahkan dan meminum anggur yang melambangkan darah Kristus yang tercurah karena dosa kita.  Setiap kali kita memakan roti tak beragi dan meminum anggur itu kita memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang (1 Korintus 11:26 ).

APA YANG TERJADI SETELAH YESUS MATI DI KAYU SALIB?

Begitu Yesus mati di kayu salib, semua upacara bayangan di kaabah berakhir sudah, karena wujud yang dilambangkan dengan upacara-upacara itu sudah datang.  Yesus yang dilambangkan dengan anak domba Paskah itu sudah mati.  Yesus mati untuk menggenapi tuntutan Perintah Allah yang dilanggar yaitu kematian pelanggarnya.  Kematian Yesus adalah menggantikan kematian Adam dan Hawa dan kematian semua keturunan mereka termasuk Anda dan saya.  Semua kita yang lahir di bawah garis keturunan Adam dan Hawa berhutang nyawa kepada Yesus Kristus.  Oleh kematianNya,  Yesus Kristus mengadakan pengampunan atas semua dosa manusia mulai dari Adam sampai kepada seluruh keturunannya bahkan yang hidup menjelang kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali nanti.

Pertanyaannya sekarang, PERLUKAH KITA, ORANG KRISTEN MERAYAKAN “PASKAH”?  Jawabnya, TIDAK PERLU!  Mengapa?  Karena itu sudah dihapuskan di kayu salib!

Jika benar-benar ingin merayakan Paskah yang sejati dan bersifat Alkitabiah, maka harus ada penyembelihan anak domba.  Karena tanpa penyembelihan anak domba, maka itu bukanlah perayaan Paskah yang benar.  Pertanyaan selanjutnya, “Perlukah kita sesudah Yesus mati di kayu salib menyembelih anak domba untuk merayakan Paskah?  Jawabannya, TIDAK!  Mengapa?  Karena Yesus Kristus yang dilambangkan dengan Anak Domba itu sudah mati di kayu salib, jadi sejak kematian Yesus di kayu salib, tidak perlu lagi upacara kurban sembelihan anak domba itu. 

 Kalau begitu mengapa orang-orang kristen melakukan perayaan Paskah? 

Paskah merupakan perayaan tertua di dalam gereja Kristen.  Paus Leo Agung (440461) yang menekankan pentingnya Paskah dengan menyebutnya festum festorum – perayaan dari semua perayaan, dan berkata bahwa Natal hanya dirayakan untuk mempersiapkan perayaan Paskah.

Sesuai dengan tradisi kekristenan, Paskah menunjuk pada Perjamuan Kudus, yang didasari dari Perjamuan Malam, perjamuan perpisahan antara Yesus dengan murid-murid.  Pada malam itu sebelum Yesus mati, Yesus menjelaskan makna dari Paskah yang  dirayakan orang Yahudi.  Roti adalah sebagai lambang dari tubuh Yesus dan anggur sebagai lambang darah Yesus, yaitu perlambangan diri Yesus sebagai korban Paskah yang sesungguhnya. Rasul Yohanes dan Paulus kemudian juga mempertegas kematian Yesus sebagai penggenapan Paskah Perjanjian Lama (Yesus wafat pada saat domba-domba Paskah Yahudi dikorbankan di kenisah atau Bait Allah). Hal inilah yang kemudian diasosiasikan dengan istilah Paskah dalam kekristenan.

Gereja mula-mula sering memperingati kematian Yesus sebagai korban penebus dosa dengan perjamuan sederhana dan doa.  Tidak ada indikasi bahwa hal itu dilakukan satu tahun sekali atau pada suatu tanggal tertentu yang telah ditetapkan. Dalam perjalanan misinya, Paulus masih terus mengingatkan jemaat gereja mula-mula akan pentingnya memperingati pengorbanan Yesus sesuai dengan perkataan Yesus pada waktu Perjamuan Malam Terakhir.  Kematiannya diperingati sebagai korban keselamatan dalam perayaan  Yahudi (bahasa Ibrani: Zerah Syelamin).

Kemudian orang Yahudi yang menjadi kristen memperingati kematian Yesus dengan mengambil tanggal perayaan Paskah Yahudi, namun mereka tidak lagi mengorbankan domba Paskah karena Kristus sudah menggenapinya sebagai korban Paskah yang sejati. Perayaan ini diawali dengan berpuasa hingga Jumat jam 3 sore (ada yang melanjutkan hingga pagi Paskah).  Selanjutnya perbedaan timbul ketika peringatan kematian Yesus hendak ditetapkan menjadi suatu perayaan khusus dengan menetapkan satu hari tertentu. Orang Kristen Yahudi dan jemaat provinsi Asia kemudian merayakannya pada hari yang bersamaan dengan Paskah Yahudi, yaitu sehari setelah tanggal 14 Nisan (bulan pertama) menurut kalender mereka – kematian Yesus pada 15 Nisan dan kebangkitan Yesus pada 17 Nisan – tanpa mempersoalkan harinya; namun orang Kristen non-Yahudi yang tinggal di Kekaisaran Romawi dan juga gereja di Roma dan Aleksandria merayakannya pada hari pertama, yaitu hari Minggu – hari kebangkitan Yesus, tanpa mempedulikan tanggalnya. Metode yang kedua inilah yang akhirnya lebih banyak digunakan di gereja, dan penganut metode yang pertama perlahan-lahan mulai tergusur.  Selanjutnya Uskup Viktor dari Roma pada akhir abad ke-2 menyatakan perayaan menurut tanggal 14 Nisan adalah bidat dan mengucilkan semua pengikutnya.

Beberapa metode penghitungan yang lain di antaranya oleh beberapa uskup di Galia yang menghitung Paskah berdasarkan tanggal tertentu sesuai kalender Romawi, yaitu 25 Maret memperingati kematian Yesus dan 27 Maret memperingati kebangkitan Yesus, karena sejak abad ke-3 tanggal 25 Maret dianggap sebagai tanggal penyaliban. Namun metode yang terakhir ini tidak digunakan lama. Banyak kalender di Abad Pertengahan yang mencatat tanggal perayaan ini (25 dan 27 Maret) hanyalah sekedar alasan historis, bukan liturgis. Kaum Montanis di Asia Minor merayakan Paskah pada hari Minggu pertama setelah 6 April. Berbagai variasi perhitungan tanggal Paskah tersebut terus berlangsung.

Perselisihan seputar penghitungan hari perayaan Paskah tersebut akhirnya dibahas secara resmi pada Konsili Nicea I pada tahun 325 yang memutuskan bahwa hari Paskah adalah hari Minggu, namun tidak mematok hari Minggu tertentu. Kelompok yang merayakan Paskah dengan perhitungan Yahudi dinamakan “Quartodeciman” (bahasa Latin untuk 14) (Nisan), dikucilkan dari gereja. Uskup Aleksandria kemudian ditugaskan untuk mencari cara menghitung tanggal Paskah, karena kota itu dianggap sebagai otoritas tertinggi untuk hal-hal yang berhubungan dengan astronomi, dan sang uskup diharapkan dapat memutuskan hasilnya untuk diikuti keuskupan-keuskupan yang lain. Namun hasil yang diperoleh tidak memuaskan, terutama untuk gereja-gereja Latin. Banyak gereja masih memakai cara mereka sendiri-sendiri, termasuk gereja di Roma.

Alkitab sendiri menuliskan pesan Yesus bahwa kita diminta memperingati kematian Yesus sebagai korban penebus dosa yang lebih kearah upacara bukan historis yang menetapkan satu hari tertentu menjadi suatu perayaan dengan simbol-simbol yang rumit.  Kenyataan yang kita jumpai sekarang ini dari praktek memperingati kematian Yesus menunjukan penyimpangan.  Peringatan ini telah berubah menjadi suatu perayaan yang memasukan tradisi-tradisi kekafiran dengan penekanan-penekanan yang pada dasarnya tidak sejalan lagi dengan Firman Tuhan.

Adalah sesuatu yang  aneh,  dimana perayaan akan kematian Yesus sebagai korban penebus dosa ini terdapat kelinci coklat, telur-telur yang diwarnai, permainan membidik dan menggulingkan telor dan lain sebagainya. Theolog-theolog Kristen yang menyelidiki Alkitab sehubungan dengan hal ini,  dalam kebingungan telah sering mempersoalkan semua kegiatan yang tidak alkitabiah ini.

“Tak ada ketentuan atau ketetapan mengenai Paskah dan Lent dimasa itu, Yesus dan para rasul tidak mengajukan pertanyaan ini sebab tak seorangpun mengamalkannya dan generasi-generasi mendatang berada dalam kegelapan dan tanpa bimbingan untuk merancang menurut pikiran mereka sendiri., meskipun ibadat kebiasaan ini telah dimulai lama sebelum kelahiran Yesus. Dan keanekaragaman ibadat ini”, lanjut Irenaeus, ”tidak bermula dimasa kita tetapi lama nenek moyang kita. Sepertinya mereka tidak berpegang teguh pada ketetapan, mereka membentuk adat bagi anak cucu mereka menurut khayalan pribadi” (Eusebius ”Church History”, Book 5, Chap:24)

 “Bukanlah rasul-rasul, maka bukan pula Injil yang telah menetapkan Paskah. Sebab dimana-mana orang menyukai festival-festival, sebab mereka membuatnya berhenti dari setiap pekerjaan setiap orang di tiap tempat, menurut kesenangannya sendiri dengan adat yang umum merayakan Paskah…juru selamat dan rasul-rasul tidak menetapkan hukum untuk melakukan pesta ini…seperti juga banyak adat istiadat telah tertanam di berbagai tempat menurut kepentingannya, demikian juga pesta Paskah menjadi amalan di tiap tempat menurut khayalan pribadi orang-orang yang tidak seorang rasul pun menetapkan atas masalah ini. Dan bahwa amalan ini bukan berasal dari ketetapan tetapi sebagai satu adat istiadat, kenyataan yang mereka sendiri tujukan” (Socrates Scholasticus, “Ecclesiastical History”, Chap. 22)

Rasul Paulus dalam Kolose 2:16, 17, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;  17 semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.”

Bilamana Rasul Paulus berbicara tentang “makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat,” orang-orang Yahudi mengerti betul apa yang dimaksudkannya.  Rasul Paulus tidak berbicara tentang makanan haram atau halal, ia juga tidak berbicara tentang Sabat hari yang ketujuh, tetapi ia membicarakan tentang “hari-hari raya tahunan, Sabat tahunan yang didalamnya terdapat juga persembahan makanan dan minuman (lihat Bilangan 15:5, 6; Ibrani 9:10).  Semuanya itu, kata Rasul Paulus hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.

Setelah kematian-Nya, Yesus mengharapkan umat-umat-Nya untuk tidak disibukakan dengan “a meaningless round of ceremony “ , upacara-upacara tak bermakna, dimana perhatian umat Tuhan ditarik dari fokus yang sesunguhnya.  Apa yang dimintakan Yesus dalam hal ini hanyalah senantiasa mengenang kematian-Nya dengan mengadakan Upacara Perjamuan Kudus sesuai dengan apa yang dipesankan oleh Yesus Kristus Sendiri menjelang kematianNya(1 Korintus 11:23-26) dengan tidak harus menetapkan suatu hari, tanggal, bulan, dan tahun tertentu.  

Sebab setiap kali kamu makan roti dan minum cawan, kamu memberitakan pada dunia, kepada segenap kaum, suku, dan bangsa akan keselamatan dari dosa oleh kematian Yesus, sehingga setiap orang yang percaya dipersiapkan bagi kedatangan kembali Yesus Kristus.

Referensi:

Pdt. H I Missah.   Jawaban atas Pertanyaan Tentang Paskah.  Silver Spring, Maryland

otetw.blogspot.com/2008/04/latar-belakang-paskah-dan-tradisinya.html

wikipedia.com

[AkhirZaman.Org] Hari Minggu, 8 April 2012, dunia Kristen merayakan hari raya Paskah secara besar-besaran.  Di Amerika Serikat Semua toko serba ada ditutup, hanya beberapa toko yang menjual makanan saja yang tetap buka.  Mengapa?  Karena Hari raya Paskah, begitu sebutannya dalam Bahasa Indonesia, sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut Easter, bagi kebanyakan orang Kristen merupakan hari raya yang lebih besar dari Natal (Christmas).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *